Tag: #BankIndonesia

  • Utang Luar Negeri Indonesia Tembus 430,4 Miliar Dolar AS di Kuartal I 2025

    Utang Luar Negeri Indonesia Tembus 430,4 Miliar Dolar AS di Kuartal I 2025

    JATIMEPDIA, Jakarta – Di awal 2025, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencatat kenaikan menjadi 430,4 miliar dolar AS. Angka ini tumbuh sebesar 6,4% secara tahunan (year-on-year), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan 4,3% pada kuartal IV 2024. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya utang dari sektor pemerintah.

    Di sisi pemerintah, total ULN tercatat mencapai 206,9 miliar dolar AS dengan pertumbuhan tahunan 7,6%, lebih besar dari kuartal sebelumnya yang hanya 3,3%. Kenaikan tersebut disumbang oleh masuknya aliran modal asing melalui Surat Berharga Negara (SBN) internasional, serta penarikan pinjaman untuk pembiayaan pembangunan. Kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia tetap kuat, meskipun kondisi pasar global tengah diliputi ketidakpastian.

    Pemerintah menyatakan komitmennya dalam menjaga pengelolaan ULN tetap prudent dan transparan. Utang ini diarahkan untuk mendukung sektor-sektor strategis seperti layanan kesehatan dan sosial (22,4%), administrasi pemerintahan dan jaminan sosial (18,5%), pendidikan (16,5%), konstruksi (12%), dan transportasi serta logistik (8,7%). Menariknya, hampir seluruh utang pemerintah merupakan utang jangka panjang, mencapai 99,9% dari totalnya.

    Sementara itu, ULN swasta masih menunjukkan tren penurunan. Pada kuartal I 2025, ULN sektor swasta tercatat sebesar 195,5 miliar dolar AS, turun 1,2% dibanding tahun sebelumnya. Meski masih negatif, kontraksinya sedikit lebih kecil daripada kuartal IV 2024 yang turun 1,6%. Penurunan terbesar datang dari perusahaan non-lembaga keuangan.

    Sebagian besar ULN swasta masih berasal dari industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, kelistrikan dan gas, serta sektor pertambangan—yang secara keseluruhan menyumbang 79,6% dari total ULN swasta. Sama halnya dengan pemerintah, ULN swasta juga didominasi oleh utang jangka panjang, dengan proporsi 76,4%.

    Secara keseluruhan, struktur utang luar negeri Indonesia masih berada dalam kondisi sehat. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terjaga di angka 30,6%, dan mayoritas (84,7%) terdiri dari utang jangka panjang. Bank Indonesia bersama pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pengelolaan ULN, memastikan peran strategisnya dalam mendukung pembiayaan pembangunan nasional tanpa mengganggu stabilitas ekonomi.(raf)

  • BI : Kuartal I-2025 38,1 juta UMKM Gunakan QRIS

    BI : Kuartal I-2025 38,1 juta UMKM Gunakan QRIS

    JATIMPEDIA, Jakarta – Sebanyak 38,1 juta UMKM menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk menerima pembayaran per triwulan I 2025.

    “Hingga triwulan I 2025 pengguna QRIS Alhamdulillah sudah mencapai 56,3 juta dengan volume mencapai 2,6 miliar transaksi dan merchant QRIS ini sebagian besar adalah UMKM sebanyak 38,1 juta,” kata Deputi Direktur Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau Bank Indonesia (BI) Sri Noerhidajati di Jakarta.

    Ia menyatakan bahwa digitalisasi merupakan kunci transformasi UMKM untuk dapat meningkatkan daya saing dan ketahanan usaha, karena di tengah perubahan zaman yang begitu cepat UMKM tidak dapat berusaha dengan cara-cara yang lama.

    Ia menuturkan bahwa penggunaan teknologi, mulai dari pemasaran daring hingga sistem pembayaran, telah terbukti meningkatkan efisiensi, memperluas jangkauan pasar, dan membuka peluang baru untuk pertumbuhan usaha.

    “Perluasan akses keuangan digital memperkuat inklusi ekonomi dan keuangan bagi pelaku UMKM. Melalui inovasi seperti QRIS, UMKM memperoleh kemudahan dalam bertransaksi dan masuk ke dalam sistem keuangan nasional. Dengan QRIS ini, transaksi UMKM yang terjadi dapat tercatat secara digital dan terstruktur,” ujarnya.

    Sri Noerhidajati mengatakan bahwa data transaksi yang terekam secara digital tersebut dapat berperan sebagai track record bagi bank untuk melihat bagaimana arus kas (cash flow) sehari-hari dari UMKM.

    Ia menyatakan bahwa data tersebut dapat menjadi acuan bagi bank maupun lembaga pembiayaan lainnya untuk menilai kelayakan kredit UMKM karena data tersebut bersifat kredibel dan real-time.

    Pihaknya juga mendorong perluasan inklusi ekonomi dan keuangan UMKM melalui inovasi sistem pembayaran digital QRIS Tap yang baru diluncurkan pada Maret 2025 lalu.

    “Saat ini (QRIS Tap) masih diimplementasikan di beberapa merchant saja gitu ya. Nanti ke depan akan diperluas lagi,” katanya.

    Selain melalui inovasi teknologi digital, Sri Noerhidajati menuturkan bahwa Bank Indonesia juga mendukung peningkatan inklusi keuangan UMKM melalui kemudahan akses pembiayaan.

    Salah satunya adalah melalui pemberian Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) kepada bank yang berhasil mencapai target Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) minimal 5 persen.

    Ia menyampaikan bahwa bank yang mampu memenuhi target pembiayaan UMKM juga akan mendapatkan insentif berupa pengurangan kewajiban giro wajib minimum.

    Ia mengatakan bahwa upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan tingkat kredit UMKM yang pada Maret 2025 hanya tumbuh 1,95 persen year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan masa pandemi yang dapat mencapai 10 persen yoy.

    “Dengan kebijakan ini diharapkan menjadi insentif bagi bank untuk mau menyalurkan kredit ke UMKM,” imbuh Sri Noerhidajati.(cin)

  • BI dan Pemprov Jatim Akselerasikan Pertumbuhan Investasi di Banyuwangi

    BI dan Pemprov Jatim Akselerasikan Pertumbuhan Investasi di Banyuwangi

    JATIMPEDIA, Banyuwangi – Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) melakukan upaya akselerasi pertumbuhan investasi di Kabupaten Banyuwangi karena sejak beberapa tahun terakhir menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Jatim.

    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, mengaku senang karena kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu terus mendapatkan dukungan dari Pemprov Jawa Timur dan Bank Indonesia.

    “Kami sudah diskusi potensi dan proyek-proyek apa saja yang perlu ditingkatkan dan difasilitasi oleh pemerintah provinsi dan BI,” ujarnya.

    Ipuk mengaku telah bertemu dengan Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Petrus Endria membahas percepatan investasi Jawa Timur.

    Dalam pertemuan itu, katanya, sejumlah program yang membutuhkan intervensi lebih untuk dapat segera diselesaikan, seperti kereta gantung di Taman Wisata Alam Kawah Ijen, pengembangan Pelabuhan Tanjung Wangi, jalur transportasi untuk pengangkutan gerbong produksi PT INKA, hingga rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan Wongsorejo.

    “Investasi tersebut rata-rata berada di luar kewenangan pemerintah daerah, secara garis besar Banyuwangi terbuka untuk berbagai potensi investasi yang akan masuk,” kata Ipuk.

    Selain itu, lanjutnya, Banyuwangi juga fokus investasi di sektor pertanian dan pangan karena investasi di sektor pangan dan pertanian terbuka lebar di Banyuwangi.

    “Petani kami juga sudah banyak yang mengembangkan produk organik,” kata Bupati Ipuk.

    Informasi diperoleh, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2024 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi non-migas sebesar Rp108,23 triliun, menempatkan Banyuwangi pada posisi PDRB tertinggi ke-8 di Jawa Timur.(sat)

     

  • BI : Maret 2025, Uang Beredar Turun jadi Rp9.436,4 Triliun

    BI : Maret 2025, Uang Beredar Turun jadi Rp9.436,4 Triliun

    JATIMPEDIA, Jakarta –  Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2025 sebesar  Rp9.436,4 triliun. Pertumbuhannya mencapai 6,1 persen, menurun dibandingkan pertumbuhan bulan Februari yang sebesar 6,2 persen.

    Jumlah uang beredar (M2) pada Maret 2025  ditopang oleh uang dalam arti sempit (M1) yang tumbuh 7,1 persen. Serta uang Kuasi yang tumbuh 3 persen secara tahunan.

    “Perkembangan M2 pada Maret 2025 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih. Penyaluran kredit pada  Maret 2025 tumbuh 8,7 persen secara tahunan, turun dibandingkan bulan Februari yang tumbuh 9,7 persen,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso.

    Sementara aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 6 persen secara tahunan. Pertumbuhannya meningkat dibandingkan bulan Februari 2025 sebesar 4,1 persen.

    Sedangkan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat  terkontraksi sebesar 8,6 persen di bulan Maret 2025. Pada bulan sebelumnya,  tagihan bersih pada Pemerintah Pusat terkontraksi sebesar 5,8 persen.

    Uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah uang kertas dan logam serta simpanan dalam bentuk rekening koran. Uang beredar dalam arti luas (M2) merupakan keseluruhan uang yang ada dalam perekonomian.

    M2 terdiri dari M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka pada bank-bank umum. Sedangkan uang kuasi merupakan deposito berjangka, tabungan dan rekening tabungan valuta asing milik swasta domestik.(cin)

  • Selama Maret 2025, Uang Beredar M2 Tumbuh Jadi Rp9.436,4 Triliun

    Selama Maret 2025, Uang Beredar M2 Tumbuh Jadi Rp9.436,4 Triliun

    JATIMPEDIA, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2025 mencapai Rp9.436,4 triliun, tumbuh 6,1 persen year on year (yoy).

    “Pertumbuhan M2 pada Maret 2025 sebesar 6,1 persen (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,2 persen (yoy) sehingga tercatat Rp9.436,4 triliun,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Kamis.

    Ramdan menyampaikan bahwa perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,1 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 3,0 persen (yoy).

    Perkembangan M2 pada Maret 2025 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.

    Penyaluran kredit pada Maret 2025 tumbuh 8,7 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 9,7 persen (yoy).

    Dalam hal ini, kredit yang diberikan hanya dalam bentuk pinjaman (loans), dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (debt securities), tagihan akseptasi (banker’s acceptances), dan tagihan repo.

    Selain itu, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor bank umum yang berkedudukan di luar Negeri, dan kredit yang disalurkan kepada pemerintah pusat dan bukan penduduk.

    Selanjutnya, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 6,0 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2025 sebesar 4,1 persen (yoy).

    Sementara tagihan bersih kepada pemerintah pusat (Pempus) terkontraksi sebesar 8,6 persen (yoy), setelah terkontraksi sebesar 5,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

    Adapun uang primer (M0) adjusted pada Maret 2025 tumbuh 21,8 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 13,0 persen (yoy) sehingga tercatat Rp2.052,5 triliun.

    Uang primer (M0) adjusted menggambarkan perkembangan uang primer yang telah mengisolasi dampak penurunan giro bank di Bank Indonesia akibat pemberian insentif likuiditas.

    Perkembangan M0 adjusted pada Maret 2025 didorong oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 15,5 persen (yoy) dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 18,1 persen (yoy).

    Berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, peningkatan M0 adjusted dipengaruhi pengendalian moneter yang sudah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas.(cin)

     

  • LPS Sebut Likuiditas Perbankan Membaik di Kuartal I-2025

    LPS Sebut Likuiditas Perbankan Membaik di Kuartal I-2025

    JATIMPEDIA, Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, likuiditas perbankan membaik pada kuartal I-2025.

    Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara daring, dipantau di Jakarta, Kamis, Purbaya menjelaskan, sejumlah bank menunjukkan kenaikan suku bunga deposito di atas tingkat bunga penjaminan LPS pada Desember tahun lalu.

    Kondisi itu menunjukkan adanya persaingan yang cukup tinggi dalam mencari dana pihak ketiga (DPK).

    Namun, kata Purbaya, situasinya berangsur membaik ketika memasuki 2025.

    Mulai Januari, Februari, hingga Maret 2025, tingkat bunga deposito mulai turun ke level yang lebih rendah, dan kondisi likuiditas perbankan juga membaik sehingga persaingan mendapatkan DPK turut menurun.

    Dalam catatan LPS, rata-rata suku bunga yang dihimpun bank berada di atas 4,25 persen, atau melampaui tingkat bunga penjaminan LPS. Namun, pada Januari hingga Maret, suku bunga ini sudah turun sekitar 13 basis poin (bps) di bawah tingkat bunga penjaminan, yaitu di bawah 4,25 persen.

    “Artinya, kondisi likuiditas perbankan sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya,” ujar Purbaya.

    Sementara itu, suku bunga deposito rupiah untuk tenor 1 bulan dan 3 bulan sepanjang 2025 mengalami penurunan masing-masing sebesar 5 dan 9 bps.

    “Persaingan selalu ada, tetapi tidak seperti sebelumnya yang berada di level mengkhawatirkan. Sekarang sudah amat baik kondisi perbankannya,” tutur dia.

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

    Hal itu didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang manageable, serta kinerja sektor jasa keuangan yang tumbuh positif.

    Tingkat permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan pada Maret 2025 yang berada di level tinggi yakni sebesar 25,43 persen. Sementara likuiditas perbankan pada Maret 2025 tetap memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 116,05 persen dan 26,22 persen, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.(cin)

     

  • BI : Dua Hari Modal Asing Keluar Bersih Rp11,96 triliun

    BI : Dua Hari Modal Asing Keluar Bersih Rp11,96 triliun

    JATIMPEDIA, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik mencapai sebesar Rp11,96 triliun pada pekan ketiga bulan ini, yakni periode transaksi 14-16 April 2025.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, merinci jumlah tersebut terdiri atas modal asing keluar bersih di pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp13,01 triliun dan Rp2,24 triliun.

    Selanjutnya, terdapat modal asing masuk bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp3,28 triliun. Dengan demikian, modal asing keluar bersih menjadi sebesar Rp11,96 triliun.

    Selama 2025, berdasarkan data setelmen hingga 16 April 2025, modal asing keluar bersih di pasar saham dan SRBI masing-masing tercatat sebesar Rp36,86 triliun dan Rp7,94 triliun. Sedangkan modal asing masuk bersih di pasar SBN sebesar Rp9,63 triliun.

    Premi risiko investasi (credit default swaps/CDS) Indonesia 5 tahun tercatat turun dari 111,73 basis point (bps) per 11 April 2025 menjadi 106,39 bps per 16 April 2025.

    Nilai tukar rupiah dibuka sedikit menguat di level Rp16.810 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (17/4/2025), dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Rabu (16/4/2025) di level Rp16.820 per dolar AS.

    Adapun indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah ke level 99,38 pada akhir perdagangan Rabu (16/4/2025).

    DXY merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang negara utama antara lain euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

    Imbal hasil atau yield SBN 10 tahun stabil pada level 6,93 persen pada Kamis (17/4) pagi. Sementara imbal hasil US Treasury Note 10 tahun turun ke level 4,277 persen pada akhir perdagangan Rabu (16/4).

    Ramdan menyampaikan Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. (cin)

  • BI Malang : Penjualan Eceran Maret 2025 Tumbuh 7,33 Persen

    BI Malang : Penjualan Eceran Maret 2025 Tumbuh 7,33 Persen

    JATIMPEDIA, Malang – Penjualan eceran di wilayah kerja Bank Indonesia Malang diprakirakan tumbuh positif pada Maret 2025. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE), pertumbuhan penjualan diprediksi naik 7,33 persen (mtm), membaik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi -9,20 persen (mtm).

    Tiga kelompok komoditas utama yang mendorong peningkatan penjualan eceran adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang naik 16,28 persen (mtm), kelompok kendaraan naik 11,38 persen (mtm), serta barang budaya dan rekreasi yang meningkat 7,59 persen (mtm).

    “Peningkatan penjualan eceran tertinggi disumbang oleh bahan makanan yang tumbuh 19,36 persen (mtm), terutama untuk kebutuhan membuat kue kering menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 H,” ungkap Kepala BI wilayah Malang, Febrina dalam keterangan tertulis, Kamis (17/4/2025).

    Kenaikan juga terlihat pada sektor kendaraan, terutama mobil, yang tumbuh 12,21 persen (mtm). Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan kendaraan jelang arus mudik, terutama pada segmen MPV, SUV, serta kendaraan niaga seperti pick-up dan van.

    Sementara itu, peningkatan penjualan barang budaya dan rekreasi dipicu oleh melonjaknya permintaan tas, koper, dan perlengkapan perjalanan yang tumbuh hingga 25,58 persen (mtm). Hal ini juga berkaitan dengan persiapan mudik Lebaran.

    Bank Indonesia Malang menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat sinergi dengan pemerintah pusat dan daerah guna menjaga stabilitas serta mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Malang. (sat)

  • Inflasi Maret 1,65 persen, BI Komitmen Jaga Stabilitas Harga

    Inflasi Maret 1,65 persen, BI Komitmen Jaga Stabilitas Harga

    JATIMPEDIA, Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa pihaknya akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga, merespons rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 yang tercatat mengalami inflasi 1,65 persen month to month (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya.

    Selain itu, Bank Indonesia juga mempererat sinergi pengendalian inflasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

    “Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Selasa.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Selasa, IHK Maret 2025 tercatat inflasi sebesar 1,65 persen (mtm) sehingga secara tahunan IHK mengalami inflasi sebesar 1,03 persen (year on year/yoy).

    Inflasi inti tetap terjaga rendah. Inflasi inti pada Maret 2025 tercatat sebesar 0,24 persen (mtm), relatif stabil dari realisasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,25 persen (mtm).

    Ramdan menjelaskan bahwa perkembangan inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga beberapa komoditas global dan kenaikan permintaan periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, di tengah ekspektasi inflasi yang terjaga. Realisasi inflasi inti pada Maret 2025 disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan.

    Adapun secara tahunan, inflasi inti Maret 2025 tercatat sebesar 2,48 persen (yoy) atau stabil dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,48 persen (yoy).

    Kelompok volatile food pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,96 persen (mtm), lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,93 persen (mtm).

    Inflasi kelompok volatile food disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. Peningkatan harga bawang merah dan cabai rawit dipengaruhi oleh keterbatasan produksi akibat gangguan cuaca.

    Sementara itu, meningkatnya harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan permintaan selama periode HBKN Idulfitri.

    Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,37 persen (yoy), menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,56 persen (yoy).

    “Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” kata Ramdan.

    Di sisi lain, kelompok administered prices pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 6,53 persen (mtm), meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 2,65 persen (mtm).

    Peningkatan inflasi kelompok administered prices terutama disumbang oleh komoditas tarif listrik, seiring berakhirnya implementasi kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen kepada pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang listrik sampai dengan daya 2.200 VA.

    Inflasi administered prices yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas angkutan udara seiring dengan implementasi diskon harga tiket penerbangan berjadwal domestik kelas ekonomi selama periode HBKN Idulfitri.

    Secara tahunan, kelompok administered prices tercatat deflasi sebesar 3,16 persen (yoy), tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya sebesar 9,02 persen (yoy).(cin)

     

  • Bank Indonesia Intervensi Pasar Off-Shore untuk Stabilkan Rupiah di Tengah Tekanan Global

    Bank Indonesia Intervensi Pasar Off-Shore untuk Stabilkan Rupiah di Tengah Tekanan Global

    JATIMPEDIA, Jakarta – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 April 2025 memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar off-shore (Non Deliverable Forward/NDF) sebagai upaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah yang tengah tertekan akibat dinamika global.

    Langkah ini diambil menyusul gejolak pasar keuangan global yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat pada 2 April 2025 dan respons retaliasi tarif dari Tiongkok pada 4 April 2025. Kondisi tersebut menyebabkan tekanan di berbagai pasar keuangan dunia, mendorong arus modal keluar dari negara berkembang dan menyebabkan pelemahan nilai tukar, termasuk Rupiah.

    Di tengah libur panjang dalam rangka Idulfitri 1446 H, tekanan terhadap Rupiah tercermin di pasar off-shore NDF. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan intervensi berkelanjutan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna meredam gejolak.

    Bank Indonesia juga menyiapkan langkah lanjutan dengan intervensi agresif di pasar domestik mulai 8 April 2025, melalui transaksi valas di pasar spot dan DNDF, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

    Tak hanya itu, BI juga mengoptimalkan instrumen likuiditas Rupiah demi memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan sistem perbankan domestik.

    Seluruh langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan meningkatkan kepercayaan pelaku pasar serta investor terhadap perekonomian Indonesia. (raf)