Masjid Tan’im, Tempat Miqat Favorit Jamaah Haji dan Umrah Karena Dekat Masjidil Haram

JATIMPEDIA, Makkah – Umrah menjadi ibadah favorit jamaah haji asal Indonesia yang masih menunggu wukuf di Arafah yang akan jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah 1443 H. Untuk mengawali ibadah umrah ini, para jamaah harus mengambil miqat dengan keluar terlebih dari Kota Suci Makkah. Masjid Tan’im atau juga dikenal sebagai Masjid Aisyah menjadi lokasi favorit bagi jamaah untuk bermiqat atau mengambil tempat untuk berganti pakaian ihram dan kemudian berniat melakukan umrah sunah. Lokasi ini merupakan batas tanah Haram terdekat.

Tan’im berjarak sekitar 7 kilometer di utara Masjidil Haram. Dengan demikian, hanya diperlukan waktu sekitar 15 menit dengan menggunakan mobil dari lokasi hotel jamaah haji Indonesia menuju Tan’im. Dibandingkan dengan lokasi miqat yang lain seperti Ji’ranah dan Hudaibiyah, Tan’im menjadi yang paling dekat.

Dalam hadits disebutkan ketika menjalankan haji Wada’ yang dilakukan oleh Rasulullah saat itu, istri Nabi Muhammad, Aisyah dalam kondisi menstruasi. Ia diperbolehkan menjalani seluruh rangkaian ibadah, kecuali thawaf. Setelah bersih dari haid, Nabi Muhammad meminta Abdurrahman, saudara Aisyah menghantarkannya ke desa Tan’im guna mengambil miqat di daerah tersebut.

Baca Juga  Pak Yes Ajak Warga Lamongan Lawan Rokok Ilegal

Peristiwa yang berlangsung pada tahun 9 Hijriyah ini menjadi dasar Tan’im sebagai tempat miqat. Inilah yang menjadi alasan mengapa masjid di situ disebut sebagai Masjid Aisyah.

Lokasi Tan’im merupakan perlintasan lalu lintas dari Makkah ke Madinah dengan jalur yang ramai. Kompleks Masjid Aisyah telah tertata dengan rapi sehingga memudahkan jamaah beraktivitas. Terdapat lokasi parkir yang luas, toilet untuk mandi dan berganti baju ihram, hingga masjid yang nyaman untuk shalat. Pepohonan di sekitar masjid juga menjadi kesejukan di tengah kegersangan.

Tan’im terus diperbaiki dari masa ke masa, dari pemerintahan ke pemerintahan. Renovasi terakhir dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang menghabiskan dana 100 juta riyal. Luas keseluruhan sekitar 84 ribu meter persegi dengan luas bangunan 6.000 meter persegi. Masjid ini buka selama 24 jam, yang memungkinkan siapa pun untuk mengambil miqat sewaktu-waktu.

Baca Juga  1.000 Petugas PPIH Akan Dikerahkan Saat Puncak Haji Armuzna

Sebagai tempat miqat, otomatis, lokasi ini menjadi tempat strategis bagi taksi untuk mencari penumpang yang menuju Masjidil Haram. “Khamsa riyal-khamsa riyal (5 riyal-lima riyal),” begitu biasanya para supir-supir menawarkan jasanya.

Aturan menumpang taksi di Makkah berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Di sini, tarif dikenakan per penumpang. Dalam satu kali perjalanan menuju Masjidil Haram, sopir taksi dapat membawa 3 atau 4 penumpang, yang masing-masing tidak kenal, dan semuanya membayar sendiri. Di Makkah, naik taksi juga masih didasarkan pada sistem tawar-menawar, tidak berdasarkan argo.

Sejumlah pedagang asongan juga menggelar dagangan seperti sabun mandi, ikat pinggang, sandal, dan kebutuhan harian jamaah. Mereka mengambil tempat di dekat lahan parkir yang menjadi lalu-lalang jamaah dari dan menuju kendaraannya atau dekat toilet yang menjadi lokasi untuk berganti baju ihram.

Umumnya jamaah tidak berlama-lama di sini karena lokasinya hanya sebagai tempat mengambil miqat. Setelah selesai mandi, berganti baju ihram, dan shalat sunah, mereka langsung menuju Masjidil Haram untuk umrah.

Baca Juga  Tenda Mewah Jamaah Haji Korea Sekelas Haji Furoda Tapi Biayanya Lebih Murah

Ruangan dalam masjid cukup luas dengan permadani tebal berwarna merah yang sangat halus sehingga nyaman untuk sujud. Hembusan penyejuk udara dengan suhu yang pas membuat jamaah dapat menjalankan shalat dengan khusyu. Dari luar, masjid tersebut terlihat dibangun dua tingkat, namun ketika masuk ke dalam, hanya ada satu lantai dengan langit-langit yang tinggi serta disinari dengan pencahayaan yang terang. Terdapat dua menara yang semakin menambah keindahan bangunan.

Di pelataran masjid yang struktur bangunannya masih menyatu, jamaah dapat menunggu rombongannya yang masih shalat. Lantai marmer berwarna putih yang selalu dibersihkan dan atap yang terbuat dari struktur bangunan yang kokoh menjadi tempat berlindung dari teriknya panas matahari. Pelataran tersebut berada dalam lokasi yang terbuka di mana udara dapat keluar dan masuk dari berbagai arah. (cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *