Gaya Hidup

Tertarik dengan Lingkungan Asri, UNDP Sambangi Kampung Ondomohen Surabaya

JATIMPEDIA, Surabaya – Kota Surabaya, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, memiliki lokasi yang menjadi rujukan survei UNDP tersebut. Lokasi tersebut ialah, Kampung Berseri Astra (KBA) Kampoeng Oase Ondomohen, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng, yang menjadi lokasi yang dijadikan bahan penelitian oleh UNDP untuk mencari model inovatif pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

 

Sebagai informasi, UNDP adalah salah satu badan PBB yang bergerak dalam pengembangan kapasitas negara-negara untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goals atau (SDGs)

 

Saat dikonfirmasi, Selasa (6/5/2025), Staf Environment Unit UNDP, Hartoni Anwar menyampaikan, kunjungan ke KBA Kampoeng Oase Ondomohen Surabaya adalah tindak lanjut dari kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) yang ditandatangani pada April 2024 lalu tentang upaya pengurangan sampah yang masuk ke badan air, khususnya limbah plastik.

Baca Juga  PT Perikanan Indonesia Percepat Ekspor Ikan di Singapura AS dan Jepang

 

“Jadi Environment Unit di UNDP kita ingin mengembangkan inovasi pengelolaan sampah yang langsung melibatkan masyarakat, karena itu kita lakukan survei terlebih dahulu ke beberapa tempat yang sudah ada penerapannya,” jelas Hartoni.

 

Adapun tujuan dari survei itu, Hartoni menerangkan, adalah untuk mengidentifikasi praktik-praktik lokal yang efektif dan bisa diadopsi dalam program nasional maupun internasional.

 

“Total ada lima titik lokasi yang akan dikunjungi oleh UNDP sebagai lokasi survei, meliputi Surabaya, Sidoarjo, Bekasi, Solo, dan Badung (Bali). Jadi kami ingin menggali potensi yang sudah ada untuk nantinya dikembangkan dan direplikasi di daerah lain,” ucap Hartoni.

 

Diketahui, survei UNDP ini turut merujuk pada riset pakar lingkungan dari University of Georgia, Amerika, Jenna Jambeck pada 2015 yang merilis studi berjudul ‘Plastic Waste Inputs from Land Into the Ocean’ dan menyebut Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia, setelah Tiongkok.

Baca Juga  Pemkot Surabaya Siapkan Kolam Renang Khusus Pelajar dengan Harga Murah

 

Penelitian itu menunjukkan hasil bahwa, Indonesia membuang sekitar 1,29 juta metrik ton sampah plastik ke laut setiap tahun. Angka ini diambil dari kombinasi populasi, pengelolaan sampah yang buruk, dan tingkat konsumsi plastik sekali pakai yang tinggi.

 

“Data Jenna Jambeck itu yang memicu pemerintah membuat Perpres 83 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut,” ujar Hartoni.

 

Pasca berbagai inisiatif seperti peraturan presiden dan proyek berbasis komunitas, posisi Indonesia dalam daftar negara penyumbang sampah plastik ke laut mengalami pergeseran dan menurun ke peringkat kelima pada tahun 2023.

 

Kampoeng Oase Ondomohen Surabaya 

 

Alasan di balik Kota Surabaya yang dipilih menjadi lokasi pertama, adalah karena diketahui telah memiliki ekosistem komunitas pengelola sampah yang berjalan cukup efektif. UNDP mengetahui adanya praktik nyata pemrosesan limbah rumah tangga meski dengan lahan yang sempit.

Baca Juga  Eri Cahyadi Canangkan 1 Kelurahan 1 Ambulans

 

Terlebih dengan lokasi kampung yang terletak di jantung Kota Surabaya, dan merupakan kampung urban yang aktif mengembangkan praktik pengelolaan lingkungan, sampah, hingga ketahanan pangan.

 

Melalui pendekatan urban farming, warga memanfaatkan lahan terbatas untuk menanam sayur, buah, hingga beternak ikan. Praktik itu sekaligus menjawab SDGs yakni SDGs 2: Zero Hunger, karena pangan diproduksi mandiri oleh warga; SDGs 11: Sustainable Cities and Communities, dengan menjadikan kampung bersih, hijau, dan layak huni; dan SDGs 17: Partnerships for the Goals, lewat kolaborasi warga, pemerintah, dan lembaga internasional. (cin)