Smelter tersebut sedang dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

“Kalau 50 persen dari 1,7 juta ton berarti 850 ribu ton. Itu akhir Agustus,” kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia di Jakarta, Rabu.

Tony menuturkan sejauh ini progres pembangunan smelter Freeport di Gresik sudah mencapai sekitar 94 persen.

Smelter tersebut akan selesai dibangun pada Mei 2024 dan mulai beroperasi pada Juni 2024, namun belum tahap produksi.

Baca Juga  Smelter Freeport Optimis Pertengahan Agustus Mulai Produksi

“Bulan Juni mulai operasi tapi belum produksi. Karena kan konsentratnya difeeding ke dalam situ di sekitar awal Agustus sehingga akhir Agustus baru keluar katoda tembaganya,” ujarnya.

Tahap awal produksi di smelter akan dimulai pada Agustus 2024 dengan kapasitas sebanyak 50 persen. Kemudian, kapasitas produksi akan mencapai 100 persen pada akhir 2024.

“Awal Agustus mulai diisi. Akhir Agustus dia keluar katoda tembaganya. Itu kan prosesnya kira-kira tiga minggu. Yang konsentrat yang diproses,” katanya.

Ia mengatakan untuk proses produksi selama satu tahun, akan dapat dihasilkan 600 ribu ton katoda tembaga.

Pembangunan smelter tersebut merupakan mandat Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI.

PTFI telah menanamkan investasi hingga 3,1 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp48 triliun per akhir Desember 2023. Ini merupakan smelter kedua PTFI. Smelter pertama dibangun pada 1996 dan dikelola oleh PT Smelting.

Baca Juga  BSI Gelontorkan Rp 1,8 Triliun Perkuat Ekosistem Keuangan Syariah

Smelter tembaga dengan Design Single Line terbesar di dunia ini nantinya mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.

Produk utama smelter adalah katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, serta PGM (Platinum Group Metal). Produk samping antara lain asam sulfat, gipsum, dan timbal. (raf)