Pemkab Lamongan Salurkan 3,6 juta Liter Air Bersih Atasi Kekeringan 60 Desa
JATIMPEDIA, Lamongan – Plh. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamongan Joko Raharto menyatakan dampak kekeringan meluas hingga ke 122 dusun di 60 desa yang ada di 13 kecamatan dari sebelumnya baru menimpa 47 desa dan berakibat pada terjadinya krisis air bersih hingga Oktober 2024.
“Jika dihitung berdasarkan Kepala Keluarga (KK) sejumlah 20.013 Kepala Keluarga (KK) dan 80.536 jiwa terdampak,” ujar Joko usai memberangkatkan penyaluran 107.000 liter bantuan air bersih ke Lima Kecamatan terdampak di halaman Polres Lamongan.
Sebagai langkah penanganan kekeringan yang terjadi, Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui BPBD terus menggencarkan penyaluran air bersih sebanyak 712 rit air atau 3.690.000 liter air.
Adapun 60 desa yang terdampak kekeringan dan berada di 13 kecamatan itu yakni Kecamatan Tikung, Sarirejo, Lamongan, Kembangbahu, Mantup, Sambeng, Sugio, Kedungpring, Deket, Glagah, Modo, Bluluk dan Sukodadi.
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sugeng Widodo menuturkan upaya pemkab setempat dalam mengatasi kekurangan air bersih mendapat apresiasi warga karena dikirimkan langsung ke desa-desa yang membutuhkan.
Selain itu, lanjutnya, proses permintaan yang mudah melalui kepala desa dengan mengajukan permohonan melalui WhatsApp atau surat dan bantuan akan dikirimkan dalam waktu singkat.
Tak hanya dikirimkan air, masyarakat pun diimbau untuk memanfaatkan sistem penampungan air hujan guna menjaga pasokan air bersih sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada bantuan saat musim hujan tiba.
“Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus bekerja keras dalam menangani masalah air bersih ini. Bantuan air yang diberikan selama ini dilakukan secara gratis,” ujarnya.
Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, pemkab setempat berharap tantangan kekeringan dapat teratasi dan kehidupan sehari-hari masyarakat kembali normal.
Salah satu warga Dusun Sukorejo, Desa Kembangbahu, Sugik mengungkapkan jika krisis air bersih sudah dirasakanya hampir dua bulan sehingga bantuan pengiriman air sangat meringankan beban mereka.
“Alhamdulillah setidaknya kita tidak beli air untuk kebutuhan rumah tangga, biasanya untuk mandi dan cuci kita beli Rp50 riibu untuk 500 liternya,” tutur Sugik. (sat)