Serba Serbi

Hingga Mei, Okupansi Hotel di Sumenep Turun Drastis

JATIMPEDIA, Sumenep – Okupansi atau tingkat hunian kamar hotel di di Kabupaten Sumenep, Madura, mengalami penurunan selama empat bulan pertama 2025.

Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, okupansi kamar hotel atau Tingkat Penghunian Kamar (TPK) tercatat mengalami penurunan yang cukup mencolok bila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.

Dalam laporan yang dirilis oleh BPS, terlihat bahwa selama Januari hingga April 2025, angka TPK menunjukkan performa paling rendah selama tiga tahun terakhir.

Kepala BPS Sumenep, Joko Santoso, menilai bahwa melemahnya sektor akomodasi ini tidak lepas dari tekanan ekonomi yang dialami masyarakat, sehingga daya belanja pun ikut tertekan.

“Salah satu penyebab lainnya adalah efisiensi anggaran perjalanan dinas oleh berbagai instansi, serta semakin berkurangnya kegiatan rapat atau forum diskusi yang biasanya diselenggarakan di hotel,” jelas Joko dalam keterangan tertulisnya pada Klikjatim, Jumat (6/6).

Baca Juga  Dipicu Diskon Listrik, Kota Malang Alami Deflasi -0,6 Persen

Untuk menggambarkan situasi tersebut, Joko menyebutkan bahwa sepanjang April 2025, dari setiap 100 kamar hotel yang tersedia di Sumenep, hanya sekitar 17 hingga 18 kamar yang berhasil ditempati per malamnya.

Kendati tingkat hunian turun signifikan, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) tetap stagnan di kisaran satu malam. Hal ini sejalan dengan pola kunjungan tamu hotel di Sumenep selama beberapa tahun terakhir.

“Ini menunjukkan bahwa para pengunjung umumnya hanya tinggal untuk waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari satu malam,” tambah Joko.

Sebagai informasi, TPK menjadi indikator kunci dalam mengukur kinerja industri perhotelan. Angka yang tinggi mencerminkan keberhasilan hotel dalam menarik tamu, sedangkan TPK yang rendah bisa menjadi cerminan persoalan dalam sektor ini, termasuk kemungkinan merosotnya jumlah wisatawan yang datang ke wilayah tersebut.

Baca Juga  Tahun Ini Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah Haji

RLMT pun tak kalah penting sebagai indikator. Kenaikan durasi tinggal biasanya menandakan adanya peningkatan aktivitas ekonomi, baik dari sisi pariwisata maupun kegiatan usaha di daerah tersebut. (sat)