PTPN I Regional Genjot Pendapatan Melalui Kebun Teh Wonosari, Ini Strateginya
JATIMPEDIA, Lawang – Keberadaan kebun teh dan pabrik pengolah di Wonosari, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang hingga kini terus dikembangkan. PTPN I Regional 5 sebagai pengelola Kebun Teh Wonosari mengoptimalisasi aset dan produksi dengan menjadikannya sebagai destinasi agrowisata.
Sejak didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1901, Kebun Teh Wonosari hingga saat ini memiliki areal lebun seluas 550 hektar. Tanaman teh yang ditanam beragam dari 5 jenis varietas unggulan. Tanaman teh yang ada di Kebun Wonosari ada yang ditanam pada awal berdiri hingga terakhir ditanam pada 2019.
“Khusus Kebun Teh Wonosari ini kami memang mengoptimalisasikan aset agar bisa memberi kontribusi melalui pemanfaatan lahan untuk agrowisata,” kata Regi Irawan, Kabag Sekretariat dan Hukum PTPN I Regional 5.
Sebelumnya di areal Wonosari sudah ada sejumlah rumah dinas dan mess yang disulap menjadi cottages untuk disewakan kepada wisatawan yang berkunjung. Kemudian berkembang dengan didirikannya hotel berkapasitas 64 kamar.
“Tidak hanya hotel kami juga menghadirkan eduwisata dan wisata sport untuk wisatawan. Dan terakhir kami mengembangkan spot wisata di bukit Kuneer dan kafe Arjuno Geopark (Agape),” kata Regi Irawan.
Dia berharap dari sektor pegembangan Agrowisata bisa meningkatkan pendapatan PTPN I khususnya di lingkungan Regional 5 ini. Tahun ini Agrowisata Reh Wonosari ditarget bisa memberikan pendapatan Rp 11,8 miliar.
“Termasuk kami juga memperkuat lini hilir dengan menghadirkan brand Rollas Coffee untuk menambah pendapatan perseroan,”ujar dia.
Sementara untuk produksi teh, Danang Joko Prasetyo, Manager Kebun Teh Wonosari menyebutkan saat ini pihaknya mengembangkan varietas untuk meningkatkan produksi teh. Saat ini, Kebun Teh Wonosari mampu menghasilkan 1.200 ton teh di areal seluas 550 hektar.
“Dibanding 2018, produksi teh saat ini mengalami pertumbuhan sekitar 40 %. Sebab pada 2018 produksi teh hanya 800 ton ” terang Danang.
Teh yang diproduksi oleh pabrik Wonosari sebagianbesar diekspor ke Asia Tengah seperti Cina, Jepang, India dan Korea. Sementara sebagiankecil produksi dipasarkan untuk pasar domestik.
Pengolahan teh untuk pasar ekspor, kata Ivan, Asisten Teknik dan Pengolahan Pabtil Teh Wonosari, dilakukan secara khusus. Teh yang dipetik pada pagi hari antara pukul 06.00 hingga 12.00 langsung diolah melalui proses pelayuan, sortirisasi, perajangan hingga produksi akhir.
“Di tempat kami (Kebun Teh Wonosari) bisa menghasilkan 5 jenis unggulan yang seluruhnya diekspor. Rata-rata teh ekspor ini dari pabrik dijual hingga Rp 40 ribu perkilo,” tutup Ivan. (ris)