Tag: #KilangPertaminaIndonesia

  • Kilang Pertamina Internasional Topang Kemandirian Energi

    Kilang Pertamina Internasional Topang Kemandirian Energi

    JATIMPEDIA, Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai bagian dari industri energi nasional, berkomitmen untuk mengambil peran strategis dalam mendukung ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan untuk kebangkitan menuju Indonesia yang lebih maju.

    Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional Hermansyah Y Nasroen dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan semangat Kebangkitan Nasional tidak hanya relevan dalam aspek politik dan sosial, tetapi juga dalam sektor industri, termasuk energi.

    Menurut dia, nasionalisme merupakan salah satu poin penting yang diresapi oleh ribuan pekerja KPI, baik di pusat, maupun di enam unit operasinya serta anak perusahaan.

    “Keberlanjutan operasional kilang menjadi bagian dari semangat Kebangkitan Nasional, di mana Indonesia terus berupaya mencapai kemandirian energi. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme, PT Kilang Pertamina Internasional memastikan pasokan energi yang stabil bagi Indonesia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi untuk masyarakat dan industri,” ujar Hermansyah.

    KPI telah membuktikan komitmen tersebut dengan pencapaiannya di triwulan pertama 2025, yang hingga Maret 2025, total minyak mentah diolah unit operasi, ada di angka 78 juta barel.

    Menurut dia, angka tersebut melebihi target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yakni 73,2 juta barel.

    Hermansyah menambahkan dengan memenuhi ketersediaan energi nasional, KPI juga berperan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

    “Terpenuhinya kebutuhan bahan bakar nasional juga menjadi salah satu penopang pertumbuhan perekonomian, karena pergerakan ekonomi tidak terlepas dari penggunaan bahan bakar di berbagai sektor,” katanya.

     

    Namun, upaya KPI dalam meningkatkan ekonomi tak hanya melalui pemenuhan energi nasional, melainkan juga melalui sejumlah program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL).

    Sejak berdiri pada 2017, KPI menjalankan sekitar 500 program TJSL untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kilang, yang mencakup pelatihan keterampilan, pendidikan, penyelamatan lingkungan, serta pemberdayaan ekonomi lokal maupun jenis bantuan lainnya.

    “Hingga kini, penerima manfaat langsung program TJSL KPI telah mencapai lebih dari 3.250 orang,” ujar Hermansyah.

    Ia melanjutkan sebagai bagian dari kebangkitan energi negeri, KPI juga terus berinovasi dalam pengembangan teknologi.

     

    Salah satu inisiatifnya adalah proyek green refinery, yang bertujuan untuk mengolah minyak nabati menjadi bahan bakar ramah lingkungan.

    Ia menuturkan langkah ini tidak hanya mendukung transisi energi bersih tetapi juga mencerminkan semangat Kebangkitan Nasional dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

    “Seiring dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, KPI menjaga komitmen untuk memberikan kinerja terbaik serta mengambil peran strategis untuk mendukung kemandirian energi,” kata Hermansyah. (raf)

  • Pertamina Bakal Olah Minyak Jelantah Jadi BioAvtur

    Pertamina Bakal Olah Minyak Jelantah Jadi BioAvtur

    JATIMPEDIA, Jakarta – Setelah pengembangan Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) dilakukan di Kilang Cilacap, PT Pertamina melalui Subholding Refinery and Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyiapkan dua kilang lain untuk proyek tersebut, yakni Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

    USAF sendiri merupakan proyek pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku avtur. Proyek itu menjadi andalan PT KPI untuk mendukung agenda transisi energi nasional, sekaligus mengejawantahkan dual growth strategy, yakni penguatan core business dan pengembangan new business.

    Perluasan proyek USAF ke Kilang Balongan dan Kilang Dumai jadi bentuk komitmen PT KPI untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas produksi avtur ramah lingkungan yang diikuti uji coba komersial.

    “Lalu pada tahun 2028, kami berharap dapat menyaksikan startup Green Refinery Project di Cilacap, dengan kapasitas 6 MBSD, mengolah feedstock dari UCO, POME, dan lainnya. Ini akan menjadikan Pertamina sebagai pelopor energi hijau,” tegas Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman lewat keterangan tertulis,di Jakarta, Selasa (27/5/2025).

    Taufik pun menceritakan jenjang pengembangan Bioavtur oleh PT KPI telah dimulai pada 2020. Kala itu, Kilang Cilacap berhasil memproduksi J2.4 dari Palm Kernel Oil. Setahun setelahnya, produk tersebut digunakan dalam uji coba penerbangan menggunakan pewasat CN-235. Bahkan pada 2023, penerbangan komersial Garuda Indonesia rute Jakarta-Solo sudah menggunakan bioavtur yang diproduksi PT Kilang Pertamina Internasional. “Dua uji coba tersebut membuktikan bahwa bahan bakar aviasi berbasis nabati bukan lagi konsep, tapi realitas,” tegas dia.

    Berikutnya pada 2024 lalu, PT KPI mencanangkan proyek USAF sebagai langkah penting memulai komersialisasi Sustainable Aviation Fuel berbahan baku minyak jelantah. Serangkaian aktivitas pun dijalankan, mulai dari pengembangan teknologi katalis bersama Pertamina Technology Innovation, manufacturing katalis oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, hingga sertifikasi sustainability ISCC EU dan CORSIA.

    Puncaknya ialah turn around pada Januari 2025, di mana PT KPI melaksanakan change out catalyst USAF di Refinery Unit IV (RU IV) sebagia penanda kesiapan uji komersial produksi SAF bersertifikat dari minyak jelantah. Proyek UCO to SAF sendiri merupakan inisiatif yang dinilai relevan untuk menuju pemanfaatan EBT. Penggunaan SAF itu diperkuat dengan lahirnya Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2025 dan sejalan dengan roadmap yang diluncurkan beberapa tahun lalu oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

    “KPI memiliki mandat besar dalam mendukung agenda tersebut. Project USAF ini adalah bukti nyata bahwa kami berkomitmen untuk tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga mengembangkan portofolio energi rendah karbon yang berkelanjutan,” ujar Taufik.

    Tidak sendirian, PT KPI dalam mengembangkan minyak jelantah menjadi bioavtur juga menggandeng PT Pertamina Patra Niaga yang akan mengambil peran untuk membuka peluang bisnis supaya produk itu bisa digunakan secara lebih luas. Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menerangkan pihaknya telah menyiapkan alat pengumpul minyak jelantah pada 10 SPBU yang tersebar di sekitaran DKI Jakarta.

    Dengan alat itu, Subholding Commercial and Trading PT Pertamina tersebut berupaya untuk menggandeng masyarakat agar berpartisipasi dalam pengembangan USAF. Antusiasme masyarakat pun ia sebut cukup tinggi untuk memberikan minyak goreng bekas yang sudah mereka gunakan.

    “Alat ini masih dalam skala piloting, tapi sampai hari ini sudah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta,” tandas Mars Ega.  (raf)

  • BPH Migas : Kilang Plaju Pasti Penuhi Kebutuhan BBM di Sumbagsel

    BPH Migas : Kilang Plaju Pasti Penuhi Kebutuhan BBM di Sumbagsel

    JATIMPEDIA, Jakarta  – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memastikan Kilang Refinery Unit (RU) III Plaju PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mampu memenuhi kebutuhan BBM masyarakat di Sumatera bagian selatan (Sumbagsel).

    Kepala BPH Migas Erika Retnowati dalam kunjungan kerja ke RU III Plaju, Palembang, Sumsel, Jumat (16/5/2025), mengatakan upaya tersebut sejalan dengan Astacita Presiden Prabowo Subianto, yang mengamanahkan swasembada energi melalui peningkatan produksi BBM di dalam negeri.

    “Kunjungan kerja kami ke Kilang Plaju ini dalam rangka melaksanakan tugas BPH Migas yaitu memastikan ketersediaan BBM di seluruh Tanah Air. Jadi, seperti yang sudah dicanangkan Bapak Presiden Prabowo Subianto, kita menuju swasembada energi. Artinya, BPH Migas bertugas memastikan swasembada energi ini bisa tercapai,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

    Saat ini, menurut dia, operasi di Kilang Plaju berjalan dan berproduksi dengan normal dan mampu memasok kebutuhan BBM di daerah Sumbagsel.

     

    Pencanangan swasembada energi, lanjut Erika, mendorong BPH Migas terus memastikan ketersediaan BBM di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bahan bakunya diharapkan berasal dari dalam negeri.

    Kilang minyak Indonesia, termasuk Plaju, berperan vital dalam menjamin ketahanan pasokan BBM di dalam negeri, sehingga pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian khusus secara bersama-sama agar ketersediaan BBM di dalam negeri dapat terus terjamin.

    Kilang Plaju merupakan kilang tertua di Indonesia dan berkapasitas 120 ribu barrels per stream day (MBSD) atau berkontribusi 12 persen dari seluruh kapasitas kilang PT Pertamina (Persero).

    BPH Migas mengapresiasi upaya RU III Plaju yang melakukan pemeliharaan kilang dengan baik, sehingga fasilitasnya tetap terjaga dan beroperasi normal.

    Di samping itu, BPH Migas juga mendukung pengembangan Plaju menjadi kilang hijau, yang memproduksi BBM ramah lingkungan, seperti Biosolar B35.

     

    “Kilang tertua yang dibangun tahun 1904 ini masih dipelihara dengan baik dan memiliki lahan cukup luas, sehingga memungkinkan dikembangkan lagi. Kami juga berdiskusi ke depannya kilang ini dikembangkan menjadi green energy karena kita tahu di sekitar Sumbagsel ini banyak kebun sawit yang bisa diolah menjadi energi hijau,” jelasnya.

    Mengenai kendala distribusi BBM karena terjadi pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu, BPH Migas akan melakukan koordinasi dengan kementerian terkait.

    “Untuk Bengkulu dan sekitarnya, kebutuhan BBM masih bisa dipasok dari daerah sekitarnya. Tapi, ini akan mengakibatkan biayanya semakin mahal, termasuk juga pendistribusian BBM di Pulau Enggano, yang mana penyaluran BBM Satu Harga terkendala akibat pendangkalan di Pelabuhan Baai. Kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan mengharapkan pendistribusian BBM di Sumbagsel bisa berjalan normal kembali dan kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi,” sebut Erika. (raf)

  • Dukung Swasembada Pangan, Kilang Pertamina  Manfaatkan Teknologi Bioflok

    Dukung Swasembada Pangan, Kilang Pertamina Manfaatkan Teknologi Bioflok

    JATIMPEDIA,  Dumai – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Dumai membantu kelompok nelayan mitra binaan membudidayakan ikan nila melalui pemanfaatan teknologi bioflok guna mendukung swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

    Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen mengatakan cuaca yang kerap tidak bersahabat membatasi akses nelayan melaut, sementara infrastruktur perikanan yang masih minim serta ancaman abrasi di wilayah tempat tinggal para nelayan seperti di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Dumai, Riau, semakin memperumit keadaan.

    “Melihat kondisi ini, Kilang Dumai berinisiatif memperkenalkan model perikanan dengan teknologi bioflok. Teknologi ini kami harapkan menjadi alternatif sumber ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan,” katanya sebagaimana keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu.

    Dia menyampaikan pihaknya berfikir kreatif dan beradaptasi dengan teknologi guna membantu kelompok nelayan di wilayah operasi Kilang Dumai yang kerap menghadapi tentang kondisi alam saat melaut.

     

    Ia menyebutkan terdapat kelompok nelayan yang sering berhadapan dengan tantangan besar dalam menangkap ikan di laut. Kondisi alam yang kadang kurang bersahabat dan sering dianggap sebagai situasi yang harus diterima apa adanya.

    Tetapi, ia menuturkan hal ini tidak menjadi hambatan bagi kelompok mitra binaan karena telah dibantu dengan kegiatan budidaya ikan.

    Hermansyah menjelaskan budi daya ikan nila dengan sistem bioflok menjadi peluang yang menjanjikan bagi kelompok nelayan lainnya yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mundam Jaya.

    Metode itu dinilai potensial karena hanya memerlukan kolam terpal sebagai media budi daya serta memiliki waktu pemeliharaan yang relatif singkat, sekitar 4-6 bulan hingga masa panen, tergantung pada jenis ikan yang dibudidayaka

    Selain memberikan dukungan infrastruktur kolam bioflok dan keterampilan budi daya ikan bagi Kelompok Nelayan Mundam Jaya, Kilang Dumai juga mengambil langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan program budi daya ikan nila salin dengan menghadirkan solusi energi terbarukan.

     

    “Sebagai langkah mitigasi terhadap potensi kendala serta untuk mendukung operasional budi daya, kami telah membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) off-grid dengan kapasitas panel surya 4,4 kWp dan baterai 5 kWh,” tambah Hermansyah.

    PLTS ini merupakan bagian dari program Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina, yang tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan listrik untuk operasional lampu dermaga dan kolam bioflok, tetapi juga berkontribusi dalam penghematan biaya listrik hingga Rp9,3 juta per tahun.

    Selain itu, penggunaan PLTS itu turut mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dengan estimasi penurunan 5,52 ton CO2 per tahun.

    Hermansyah menegaskan inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung keberlanjutan operasional kolam bioflok nelayan, tetapi juga sebagai upaya mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan pemanfaatan energi bersih dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

     

    “PLTS ini memungkinkan nelayan untuk tidak lagi sepenuhnya bergantung pada listrik konvensional,” katanya. (raf)

    Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa hal itu juga menjadi bagian dari komitmen Pertamina dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT), serta mendorong transisi menuju penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.

  • Sepanjang 2024 Pertamina Produksi 14,5 Juta Barel BBM Ramah Lingkungan Untuk Kapal

    Sepanjang 2024 Pertamina Produksi 14,5 Juta Barel BBM Ramah Lingkungan Untuk Kapal

    JATIMPEDIA, Jakarta  – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memproduksi Marine Fuel Oil Low Sulphur (MFO LS) atau bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan untuk kapal sebesar 14,5 juta barel sepanjang 2024.

    “Marine Fuel Oil Low Sulphur atau bahan bakar kapal dengan kandungan sulfur yang rendah merupakan jenis bahan bakar yang digunakan dalam industri perkapalan. Produk ini tentu lebih ramah lingkungan karena memiliki kandungan sulphur yang rendah,” kata Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

    Hermansyah menyampaikan sebanyak 4 kilang yang dikelola KPI tercatat memiliki kemampuan menghasilkan produk MFO LS, yaitu Kilang Dumai, Kilang Balikpapan, Kilang Plaju, dan Kilang Cilacap.

    Hermansyah menjelaskan produk MFO LS semakin memiliki pasar, khususnya setelah diberlakukannya peraturan internasional yang ketat terkait emisi sulfur (belerang) dari kapal laut.

     

    Standar ini dikeluarkan oleh International Maritime Organization (IMO) pada 2020.

    Standar baru IMO ini kemudian dituangkan dalam Keputusan Dirjen Migas No. 0179.K/DJM.S/2019 yang menyatakan pemenuhan pembatasan kadar sulfur pada bahan bakar jenis MFO dimulai efektif sejak 1 Januari 2020.

    “Sepanjang tahun 2024, KPI mampu memproduksi MFO LS sebanyak 14,5 juta barel. Dari total produksi tersebut, sekitar 50 persennya diproduksi dari Kilang Dumai,” kata Hermansyah.

    Produk MFO LS pertama kali di produksi Kilang Dumai pada tahun 2020. Pada awalnya produk tersebut digunakan untuk keperluan pengisian bahan bakar kapal yang bersandar di dermaga Kilang Dumai.

    Proses untuk melahirkan produk MFO LS memang memerlukan waktu. Persiapan produksi produk MFO LS dimulai sejak Juli 2019.

     

    Serangkaian proses mulai simulasi tertulis, analisis laboratorium, hingga percobaan lapangan telah dilaksanakan, dan akhirnya diluncurkan di Februari 2020.

    Setelah Kilang Dumai, pada Maret 2022 Kilang Plaju juga memproduksi MFO LS.

    “Selanjutnya, pada bulan Mei tahun 2024, sumber produksi bertambah dengan kemampuan Kilang Cilacap memproduksi MFO LS. Lifting perdana telah dilakukan melalui Kapal MT Bloom sebanyak 200 ribu barrel,” kata Hermansyah.

    Dengan adanya 4 kilang yang mampu memproduksi MFO LS, tentunya akan semakin memperkuat rantai pasok ketersediaan produk tersebut. Hal ini menurut Hermansyah tentunya akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan.

     

    “Dengan kemampuan produksi di 4 kilang milik KPI, tentunya akan semakin menjamin kepastian ketersediaan produk,” kata Hermansyah.

    Sebagai informasi, MFO LS bukanlah satu-satunya produk BBM rendah sulphur yang dihasilkan KPI.

    Beberapa waktu yang lalu, KPI juga telah memperkenalkan produk BBM jenis gasoil setara Euro 5 dengan merek Diesel X. Produk ini dihasilkan dari Kilang Balongan. (raf)

  • Kilang Pertamina Plaju Produksi 751 Juta Liter Gasoline Sepanjang 2024

    Kilang Pertamina Plaju Produksi 751 Juta Liter Gasoline Sepanjang 2024

    JATIMPEDIA, Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju Palembang, Sumatera Selatan, memproduksi 751 juta liter bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin bensin atau BBM jenis gasoline sepanjang 2024.

    “Produksi itu melampaui target produksi 2024 yang ditetapkan sebanyak 668 juta liter atau tercapai 112 persen dari target tersebut,” kata Pjs Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Plaju Perliansyah, di Palembang, Sabtu.

    Menurut dia, pencapaian itu menunjukkan komitmen Kilang Pertamina Plaju dalam memastikan ketersediaan bahan bakar berkualitas bagi masyarakat, sekaligus mendukung ketahanan energi nasional.

    “Setiap bulannya, kami memproduksi rata-rata 62 juta liter BBM jenis gasoline, yang disalurkan ke PT Pertamina Patra Niaga (Subholding Commercial & Trading) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel),” ujarnya.

    Dia menjelaskan, 49 persen bahan baku minyak mentah (crude oil) untuk produksi BBM gasoline berasal dari crude lokal atau daerah Sumbagsel seperti Prabumulih, Sumatera Selatan, dan perbatasan Jambi.

    Bahan baku minyak mentah dari Sumbagsel itu disalurkan ke kilang melalui pipa, sedangkan 51persen crude domestik dari daerah Jawa, diangkut melalui kapal.

    Keberhasilan produksi gasoline pada 2024 di atas target, mempertegas peran strategis Kilang Pertamina Plaju dalam menjaga ketahanan energi nasional serta komitmennya dalam memastikan pasokan BBM dan LPG bagi masyarakat terpenuhi dengan baik.

    Kinerja itu tidak lepas dari dukungan pemangku kepentingan (stakeholder) dan Pertamina Grup termasuk pihak-pihak yang mendukung keamanan suplai energi seperti kepolisian, TNI yang telah memastikan rantai pasok crude yang berkelanjutan untuk diolah di Kilang Pertamina Plaju.

    Perli juga menegaskan bahwa Kilang Pertamina Plaju, sebagai salah satu kilang paling berumur di Indonesia, akan terus berupaya bekerja optimal dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

    “Meski Kilang Pertamina Plaju sudah berusia lebih dari satu abad, kami akan terus berupaya bekerja optimal guna memenuhi kebutuhan energi untuk negeri. Kami juga berharap doa dan dukungan energi untuk negeri, serta berharap doa dan dukungan dari seluruh masyarakat agar kilang dapat terus memberikan kontribusi terbaiknya,” kata Perli pula.(raf)

  • Pertamina Luncurkan BBM Rendah Sulfur Diesel X

    Pertamina Luncurkan BBM Rendah Sulfur Diesel X

    JATIMPEDIA, Jakarta –  PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Refining and Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balongan, secara resmi meluncurkan produk terbarunya Diesel X yang merupakan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur.

    Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan peluncuran Diesel X ini memperkuat posisi sebagai BUMN energi yang mengedepankan inovasi dan keberlanjutan, sekaligus bagian dari dukungan mewujudkan swasembada energi sesuai Astacita Presiden Prabowo.

    “Peluncuran Diesel X merupakan jawaban atas tantangan dalam mewujudkan ketahanan dan swasembada energi, di mana produk ini tidak hanya memberikan performa tinggi tetapi juga mengedepankan efisiensi bahan bakar dan emisi yang lebih rendah,” katanya di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, Diesel X merupakan bentuk respons Pertamina terhadap tuntutan global untuk menyediakan energi yang lebih bersih.

    Ia mengatakan, produk terbaru ini hadir dengan teknologi terkini yang dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan menjadi solusi terbaik bagi para pelanggan di sektor industri yang menggunakan kendaraan berat seperti di pertambangan.

    Dirinya turut mengapresiasi seluruh pihak yang telah bekerja keras dalam mengembangkan produk DieselX.

    “Produk ini tidak hanya akan memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga akan berkontribusi besar dalam mewujudkan visi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi yang berkelanjutan dan inovatif,” ujar Simon.

    Lebih lanjut, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman mengatakan DieselX merupakan wujud nyata dari komitmen PT KPI untuk menghadirkan energi yang lebih bersih, efisien, dan ramah lingkungan bagi masyarakat dan industri di Indonesia.

    “Kilang Balongan telah berhasil meningkatkan proses produksi hingga berhasil memproduksi Diesel X, memastikan kualitas dan performa terbaik untuk kendaraan bermesin diesel serta sektor industri lainnya,” kata Taufik.

    Adapun DieselX yang dihasilkan dari Kilang Balongan memiliki kandungan rendah sulfur kurang dari 10 ppm. Saat ini kapasitas Kilang Balongan untuk memproduksi Diesel X mencapai 200 ribu barrel per bulan dan pada momentum peluncuran akan dilakukan pengiriman perdana sebanyak 52 ribu barrel untuk sektor industri yaitu PT Freeport Indonesia.

    Selain itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyatakan, inovasi Diesel X yang diproduksi dan dikelola PT KPI merupakan wujud upaya untuk menuju kemandirian energi dalam mendukung swasembada energi yang diprogramkan pemerintah.

    Produk ini berstandar EURO V yang menjadikan Diesel X ideal untuk kendaraan alat berat yang digunakan dalam industri pertambangan. Selain itu, Diesel X juga menawarkan peningkatan efisiensi bahan bakar sekitar 7 persen.

    “Produk ini merupakan hasil sinergi Pertamina Group, risetnya dilakukan di Laboratorium Research, Technology and Innovation Pertamina, produksinya di Kilang Pertamina Internasional kemudian dipasarkan melalui Pertamina Patra Niaga,” kata Fadjar.

    Selain itu, Fadjar mengatakan pada kesempatan yang sama di periode Januari 2025, Pertamina juga meluncurkan produk lain yaitu BBM Diesel B40 dan bahan bakar penerbangan, Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang berbahan baku Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah.(raf)

     

  • Sepanjang 2024, Kilang Pertamina Catat 52,6 Juta Jam Kerja Aman

    Sepanjang 2024, Kilang Pertamina Catat 52,6 Juta Jam Kerja Aman

    JATIMPEDIA, Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mencatatkan 52,6 juta jam kerja aman sepanjang 2024.

     

    Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen mengatakan, aspek Health, Safety, Security and Environment (HSSE) dan kehandalan kilang menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan kilang dapat beroperasi dengan aman. Salah satu indikator yang dipakai untuk menunjukkan kinerja itu adalah jam kerja aman.

    “Sepanjang tahun 2024, unit operasi dan proyek KPI membukukan 52,6 juta Jam Kerja Aman,” kata Hermansyah dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.

     

    Pencapaian jam kerja aman ini, lanjut Hermansyah, juga menjadi salah satu tanda kredibilitas KPI dalam mengelola kilang minyak.

    Menurutnya, penerapan HSSE dalam proses bisnis KPI, tidak hanya dilakukan melalui peningkatan sarana dan prasarana saja, tetapi juga dilakukan melalui program internalisasi budaya HSSE mulai dari level front liner hingga pimpinan tertinggi.

    Saat ini, KPI terus menggulirkan program Safety Leadership Program 4.0. Program ini ditujukan untuk menumbuhkan budaya aman dalam diri setiap orang.

    Budaya aman yang kuat memiliki dua komponen utama yaitu teknikal dan non teknikal. Komponen teknikal mencakup penguasaan standar keselamatan kerja dan penggunaan alat pelindung diri (APD), serta perlengkapan lainnya.

    “Sedangkan aspek non-teknikal melibatkan nilai komunikasi, kepemimpinan dan nilai keselamatan yang tertanam dalam setiap individu,” jelasnya.

     

    Untuk semakin menumbuhkan budaya keselamatan ini, KPI turut memperingati Bulan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3) Tahun 2025. Peringatan tidak hanya dilakukan di Kantor Pusat, namun juga di semua unit operasi KPI.

    Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, kesadaran dan kepatuhan terhadap aspek HSSE tidak boleh berhenti di Bulan K3, melainkan harus menjadi denyut nadi setiap aktivitas perusahaan.

    “Melalui momentum ini, kami ingin memastikan semua elemen perusahaan memprioritaskan keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan operasional,” ujar saat membuka peringatan bulan K3 di Kantor Pusat KPI, Jakarta, Rabu (22/1).

    Taufik juga menekankan bahwa keberhasilan implementasi HSSE berkontribusi langsung pada keberlanjutan bisnis perusahaan sekaligus mendukung ketahanan energi nasional.

     

    “Manfaatkan Bulan K3 untuk mempererat jejaring dengan para pemangku kepentingan, sehingga kolaborasi ini memberikan dampak positif bagi perusahaan dalam menghadapi tantangan bisnis ke depan,” katanya.

    Peringatan Bulan K3 KPI 2025 ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan memastikan kesehatan dan keselamatan pekerja, penciptaan lingkungan kerja yang aman dan efisien, penerapan operasional yang ramah lingkungan, serta membangun kolaborasi yang kuat antara seluruh pemangku kepentingan.

    Prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) juga menjadi dasar kegiatan ini, di mana perusahaan menekankan pentingnya integrasi aspek keselamatan, lingkungan, dan tata kelola dalam semua proses operasional.

    “KPI ingin memastikan bahwa keselamatan dan keberlanjutan menjadi prioritas utama di setiap aktivitas, sehingga tahun 2025 dan seterusnya dapat berjalan dengan aman, selamat, dan sukses,” tegas Taufik.

     

    Ketua Pelaksana Bulan K3 KPI, Yusuf Mansyur, menjelaskan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah menciptakan ruang untuk edukasi, pelatihan, dan kolaborasi.

    Kegiatan ini melibatkan beragam agenda menarik, termasuk Lomba Kampanye Lingkungan, Kompetisi First Aider, Lomba Debat “HSSE I Know Better Than You”, hingga pemberian penghargaan HSSE Award KPI.

    Semua kegiatan dirancang untuk memperkuat komitmen seluruh elemen perusahaan terhadap budaya keselamatan dan keberlanjutan.

    “Kami menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi HSSE di semua level organisasi, seperti lomba, seminar, dan kompetisi interaktif yang relevan dengan kebutuhan perusahaan,” ucap Yusuf. (cin)

  • Kilang Pertamina Plaju Mulai Produksi dan Suplai Perdana B40

    Kilang Pertamina Plaju Mulai Produksi dan Suplai Perdana B40

    JATIMPEDIA, Jakarta – Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju Palembang, Sumatera Selatan pada Januari 2025 ini melakukan produksi dan suplai perdana bahan bakar nabati (BBN) Biodiesel 40 persen atau B40.

    “Kilang Plaju mulai menjalankan mandatori pemerintah untuk program Biodiesel 40 persen sebagai BBN guna mendukung swasembada energi,” kata Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Pertamina Plaju, Siti Rachmi Indahsari, di Palembang, Selasa.

    Dia menjelaskan, pemerintah menetapkan penerapan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan campuran bahan bakar nabati Biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40 persen atau B40 mulai 1 Januari 2025.

    Implementasi program mandatori B40 itu tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No.341.K/EK.01/MEM.E/2024 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Sebagai Campuran Bahan Bakar Jenis Minyak Solar dalam Rangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit sebesar 40 persen.

    Langkah itu sejalan dengan agenda Astacita Presiden Prabowo Subianto terkait ketahanan dan swasembada energi, serta target pemerintah mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

    Bahkan setelah berhasil memproduksi B40, pemerintah segera menyiapkan rencana peningkatan lebih lanjut ke B50 pada 2026.

    B40 adalah campuran bahan bakar nabati berbasis CPO atau sawit, yakni Fatty Acid Methyl Esters (FAME).

    Kadar FAME di produk B40 sebesar 40 persen, sementara 60 persen merupakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.

    Menurut dia, Kilang Pertamina Plaju merupakan pioner dalam produksi Biosolar sejak program implementasi Biosolar B20 pada Januari 2019 yang terus ditingkatkan komposisinya secara bertahap menjadi B30 pada 2019, meningkat lagi menjadi B35 pada 2023, hingga saat ini menjadi B40 yang dilakukan lifting perdana pada Senin (13/1).

    Kesiapan sarana dan fasilitas (sarfas), serta keberanian pekerja dalam menerima tantangan untuk menyediakan energi yang lebih baik untuk masyarakat, membuat Kilang Refinery Unit III Plaju Palembang, Sumsel, dan Refinery Unit VII di Kasim, Sorong, Papua Barat ditunjuk pemerintah untuk menjalankan mandatori produksi B40.

    Sebelumnya sudah ada sarfas existing untuk memproduksi B35 yang sudah diproduksi, juga sesuai dengan permintaan Biosolar dari TBBM Kertapati dengan rata-rata realisasi lifting 765 MB per bulan, dengan total lifting sepanjang 2024 tercatat sebesar 9.179 MB.

    Untuk produk B40, Kilang Pertamina Plaju menargetkan kemampuan produksi mencapai 750 MB/bulan, kata Rachmi.

    Sementara General Manager (GM) Refinery Unit III PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Hermawan Budiantoro saat lifting perdana Biosolar B40 di Palembang baru-baru ini menjelaskan bahwa produksi B40 merupakan bentuk dukungan kepada pemerintah dalam meningkatkan bauran energi terbarukan serta cita-cita swasembada energi.

    Selain itu, penyerapan FAME sebesar 40 persen akan meningkatkan konsumsi dari CPO, produk dari kelapa sawit mengingat Indonesia sebagai negara agraris.

    “Kami siap mendukung program pemerintah dalam target bauran energi terbarukan secara nasional, ini pembuktian diri bahwa Indonesia mampu berdikari,” ujarnya.

    Produk B40 dari Kilang Pertamina Plaju yang dihasilkan sebesar 750 MB (Million Barrel) per bulannya akan didistribusikan via pipa (pipeline) ke Integrated Terminal Palembang untuk kemudian didistribusikan ke wilayah Sumbagsel, sebagaimana yang diterapkan pada produk B35 selama ini.

    Untuk itu, Kilang Pertamina Plaju akan memperkuat koordinasi dan sinergisitas dengan PT Pertamina Patra Niaga Region Sumbagsel , kat GM Refinery Unit III PT KPI, Hermawan Budiantoro. (raf)