Strategi Agen Pemegang Merek Menghadapi Risiko Pasar Otomotif 2025
JATIMPEDIA, Jakarta – Industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan berat pada 2025 dengan adanya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen, penerapan opsen pajak daerah, serta kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 6,5 persen. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyatakan kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat semakin menekan daya beli konsumen dan menghambat pertumbuhan industri otomotif.
Ketua I GAIKINDO, Jongkie Sugiarto, memperkirakan bahwa penjualan mobil pada 2025 akan sulit mencapai angka yang diharapkan. Penjualan mobil sepanjang Januari-November 2024 tercatat turun 14,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, dengan angka whole sales 784.788 unit. Penurunan ini memaksa GAIKINDO merevisi target penjualan 2024 menjadi 850 ribu unit, dari target awal 1,1 juta unit.
Produsen otomotif, seperti Hyundai, Honda, dan Toyota, mulai menyusun strategi untuk menghadapi tekanan di pasar pada tahun depan. Hyundai Motors Indonesia (HMID) berfokus meluncurkan enam model baru pada 2025 guna menarik minat konsumen. Chief Marketing Officer HMID, Budi Nur Mukmin, menegaskan bahwa faktor yang dapat mereka kendalikan adalah inovasi produk yang terus diperbarui.
Honda Prospect Motor (HPM) mengantisipasi dampak kenaikan pajak dengan menggenjot penjualan pada akhir 2024 agar konsumen tidak menunda pembelian ke tahun depan. Hingga November 2024, Honda berhasil mencatatkan retail sales sebanyak 92.327 unit dengan pangsa pasar 11,4 persen.
Toyota Astra Motor (TAM), pemimpin pasar dengan pangsa 33,3 persen, berencana menyesuaikan harga jual mobil untuk merespons kenaikan pajak dan dinamika pasar. Marketing Director TAM, Anton Jimmi Suwandy, menekankan pentingnya menjaga solusi mobilitas yang kompetitif meskipun ada peningkatan biaya produksi.
Sementara itu, pakar otomotif ITB, Yannes Martinus Pasaribu, memprediksi bahwa harga mobil pada 2025 akan naik hingga sembilan persen. Hal ini, menurutnya, dapat menekan penjualan hingga turun 30 persen, setara 500 ribu unit seperti saat pandemi Covid-19. Ia juga mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap kurang mendukung daya beli masyarakat kelas menengah, yang jumlahnya terus menurun sejak 2019.
Dengan berbagai tekanan ini, industri otomotif Indonesia diprediksi akan menghadapi tantangan besar pada 2025, memaksa para pelaku industri untuk mengadopsi strategi inovatif demi mempertahankan pasar dan daya saing. (raf)