Semester I-2025, Permata Bank Catat Laba Bersih Rp1,6 Triliun
JATIMPEDIA, Jakarta – PT Bank Permata Tbk atau Permata Bank (kode saham: BNLI) melaporkan kinerja yang positif pada semester I 2025 dengan membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,6 triliun atau meningkat 7,6 persen year on year (yoy).
Direktur Utama Permata Bank Meliza M. Rusli mengatakan perseroan tetap fokus menjalankan bisnis secara prudent dan memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang melalui inovasi, efisiensi operasional dan sinergi bersama Bangkok Bank, di tengah tantangan ekonomi global.
“Kami mengapresiasi kinerja yang solid di semester pertama tahun ini, yang mencerminkan kepercayaan nasabah kepada kami, kedisiplinan dalam menjalankan strategi, serta komitmen kuat kami dalam menjaga kualitas aset secara berkelanjutan,” kata Meliza dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Pada paruh pertama tahun ini, total aset Permata Bank mencapai Rp264,2 triliun atau meningkat sebesar 2,3 persen yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Simpanan nasabah terjaga baik sebesar Rp189,3 triliun, yang didorong oleh pertumbuhan dana murah (current account savings account/CASA sebesar 9,9 persen.
Rasio CASA meningkat dari level 56,3 persen pada Juni 2024 menjadi 62,7 persen pada Juni 2025.
Adapun penyaluran kredit Permata Bank tumbuh 7,4 persen yoy menjadi Rp162,6 triliun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit dari segmen korporasi dan komersial masing-masing sebesar 9,3 persen yoy dan 12,2 persen yoy menjadi Rp97,1 triliun dan Rp20,7 triliun, diikuti pertumbuhan segmen konsumen sebesar 1,7 persen menjadi Rp44,1 triliun.
Perseroan menyampaikan kualitas kredit terjaga semakin baik tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) gross dan loan at risk (LAR) yang tercatat lebih sehat, masing-masing pada level 2,1 persen dan 7 persen, dibandingkan dengan 2,4 persen dan 7,8 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan membukukan cadangan atas potensi penurunan risiko kredit secara konservatif, Permata Bank membentuk NPL coverage dan LAR coverage ratio yang memadai, masing-masing di level 346 persen dan 101 persen.
Lebih lanjut, dalam melakukan penyelesaian kredit bermasalah, Pemata Bank menyampaikan bahwa pihaknya secara konsisten melakukan upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset.
Pada akhir Juni 2025, Permata Bank membukukan rasio cost to income (CIR) yang lebih efisien menjadi 48,5 persen dibandingkan pada akhir Juni 2024 sebesar 49,6 persen.
Dari sisi likuiditas, Permata Bank terus menjaga struktur likuiditas yang sehat sesuai dengan ketentuan Basel III dan regulasi yang berlaku di Indonesia
Loan-to-deposit ratio (LDR) tercatat optimal di level 85,6 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi semester I tahun 2024 yang berada di level 78,2 persen.
Liquidity coverage ratio (LCR) rata-rata pada kuartal II 2025 juga tercatat di level 281,8 persen dan net stable funding ratio (NSFR) yang terjaga pada level 125,5 persen pada akhir Juni 2025, jauh di atas batas minimum regulasi sebesar 100 persen.
Dari sisi permodalan, rasio CAR dan CET-1 pada semester I tahun 2025 tercatat kuat masing-masing sebesar 33,5 persen dan 25,6 persen.
Menurut perseroan, rasio permodalan Permata Bank saat ini merupakan salah satu yang terkuat di antara bank-bank komersial terbesar di Indonesia.
Sementara itu, unit usaha syariah (UUS) Permata Bank melanjutkan kinerja yang positif dengan pencapaian laba operasional sebelum provisi sebesar Rp385,9 miliar atau tumbuh sebesar 11,8 persen.
Pertumbuhan ini didukung dengan pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang tumbuh mencapai 9,2 persen yoy dan konsistensi pengendalian biaya dengan baik.
Pada sisi pendanaan, simpanan nasabah mencapai Rp28,01 triliun, didorong oleh pertumbuhan CASA sebesar 26,0 persen yoy.
Pertumbuhan ini pun membuat rasio CASA UUS Permata Bank meningkat menjadi 68,8 persen, di atas rata-rata industri perbankan syariah Indonesia.(cin)