Produksi Padi SR-1 di Trenggalek Capai 84.151 Ton

JATIMPEDIA, Trenggalek – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengonfirmasi bahwa capaian produksi padi di daerahnya pada triwulan pertama musim tanam (subround/SR-1) mencapai 84.151 ton, atau 50 persen dari target 2024 sebanyak 165.931 ton.

“Pada masa tanam subround 1 (Januari-April), produksi padi kami telah mencapai 84.151 ton. Capaian ini sudah menutup 50 persen dari target produksi padi tahun 2024 sebanyak 165.931 ton,” kata Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapan) Kabupaten Trenggalek Purwanto, di Trenggalek, Rabu.

Capaian produksi SR-I itu didapat dari 9.281 hektare lahan panen yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Trenggalek.

Pihaknya mengasumsikan per hektare lahan di Trenggalek menghasilkan panen padi sebanyak sembilan ton, sehingga didapatkan hasil 84.151 ton.

Baca Juga  Sumenep Perketat Pengawasan Distribusi Pupuk Bersubsidi

“Kalau kantong-kantong produksi padi cukup merata, hanya saja ada beberapa kecamatan yang memiliki lahan yang luas di bandingkan kecamatan lain. Tapi selisihnya tidak signifikan,” katanya pula.

Purwanto menyebutkan kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Trenggalek, Durenan, Karangan, dan Kecamatan Tugu.

Daerah-daerah itu menjadi penyumbang produksi beras terbanyak di Kabupaten Trenggalek.

“Dengan lahan yang lebih luas tentu saja produktivitasnya juga lebih tinggi. Namun asumsi produksi tetap sembilan ton per hektare,” ujarnya pula.

Dalam masa tanam SR-I, dia menyebut tidak ada sawah atau lahan yang mengalami gagal panen, meskipun sejumlah titik terkena serangan hama wereng.

Namun, dia menyebut serangan hama wereng itu tidak terlalu berpengaruh pada hasil panen. Apalagi pada SR-I ketersediaan air di Trenggalek cukup melimpah saat musim penghujan.

Baca Juga  Realisasi KUR Rp90,45 Triliun di Kuartal I-2024

“Ada beberapa titik terkena serangan wereng, namun tidak terlalu mempengaruhi hasil,” ujarnya pula.

Meskipun hasil panen padi SR-I di Trenggalek menunjukkan tren positif, namun masa tanam padi pada SR-II (Mei-Agustus) jadi tantangan petani.

Kondisi itu disebabkan oleh pasokan air yang berkurang drastis dampak kemarau. Padahal tanaman padi membutuhkan suplai air yang cukup untuk produktivitas.

Untuk mengantisipasi dampak itu, pihaknya mengimbau kepada petani agar mempersingkat jarak waktu antara masa panen-tanam.

Selain itu, pihaknya mengimbau petani untuk menanam varietas padi yang memiliki umur pendek sehingga cepat panen, serta memilih padi yang memiliki toleransi tinggi terhadap air.

“Misalnya seperti MD 70 dan Pejajaran, varietas yang kami imbau sesuai saran Kementan. Jika umumnya umur padi 100-101 hari, varietas itu sudah bisa panen di umur 70-an hari,” katanya lagi. (sat)

Baca Juga  Pemkab Sidoarjo Salurkan Bansos Untuk Ojol Rp4,6 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *