Serba Serbi

Mepe Kasur, Tradisi Masyarakat Osing Untuk Tolak Bala

JATIMPEDIA, Banyuwangi  – Menjelang perayaan Idul Adha, masyarakat Suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar tradisi unik “mepe kasur” atau menjemur kasur. Tradisi ini dipercaya sebagai media tolak bala sekaligus simbol kerukunan dan semangat gotong royong warga setempat.

Sejak pagi, deretan kasur berwarna merah dan hitam terlihat memenuhi pinggiran jalan desa Kemiren. Tidak sekadar dijemur, warga juga tampak membersihkan kasur dengan cara dipukul menggunakan rotan untuk menghilangkan debu dan kutu yang menempel.

Tokoh masyarakat Osing, Haidi Bing Slamet atau akrab disapa Kang Edai, menjelaskan bahwa tradisi ini merupakan bagian dari ritual bersih desa.

Menurutnya, kebersihan tidak hanya dilakukan secara fisik di luar rumah, tetapi juga secara simbolis dari dalam rumah. Kasur menjadi simbol penting dalam hal ini.

Baca Juga  Tarik Wisatawan, Banyuwangi Festival 2025 Siap Digelar

“Kasur dianggap mewakili kebersihan dari dalam rumah, karena aktivitas pertama dan terakhir seseorang dalam sehari terjadi di atas tempat tidur. Maka dari itu, kasur perlu dibersihkan,” ujar Kang Edai.

Salah satu warga, Slamet, mengatakan bahwa dirinya telah mengikuti tradisi mepe kasur secara turun-temurun sejak kecil. Menurutnya, setiap tahun kasur dengan warna khas merah dan hitam dikeluarkan dari rumah sekitar pukul 08.30 untuk dijemur dan dibersihkan, lalu dimasukkan kembali menjelang sore.

“Tradisi ini sudah ada sejak saya kecil. Setiap rumah di desa ini pasti menjemur kasurnya, warnanya pun sama semua. Nanti sore kasurnya dimasukkan kembali,” jelas Slamet.

Lebih lanjut, Kang Edai mengungkapkan bahwa kasur berwarna hitam dengan tepi merah ini juga memiliki makna mendalam dalam tradisi Suku Osing. Dalam setiap pernikahan, pengantin perempuan dibekali kasur dengan warna khas tersebut. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan warna hitam melambangkan keabadian.

Baca Juga  75 Anak Muda Banyuwangi Ikuti Program Jagoan Bisnis

“Hampir seluruh warga memiliki kasur dengan warna yang sama, karena mereka percaya kasur itu membawa keberkahan dan kelanggengan dalam rumah tangga,” pungkas Kang Edai.

Tradisi mepe kasur tidak hanya menjadi simbol kebersihan dan tolak bala, tetapi juga mempererat kebersamaan antar warga serta memperkuat identitas budaya Suku Osing di tengah arus modernisasi.

Setelah memasukkan kasur ke dalam rumah, warga Osing melanjutkan tradisi bersih desa ini dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari ujung desa menuju ke batas akhir desa. Dilanjutkan dengan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini sebagai nenek moyang warga setempat.  (sat)