Kupat Ketheg, Kuliner Langka dari Gresik Yang Dimasak dengan Minyak Bumi Mentah

JATIMPEDIA, Gresik –  Kupat Ketheg, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kupat Giri, kuliner unik yang hanya bisa ditemukan di kawasan Makam Sunan Giri. Namun sejak 7 Agustus, kuliner langka khas Gresik ini bisa ditemui di even Grisse Djadoel yang digelar di atrium Gressmall hingga Minggu (10/8).

Syaikhu Busiri, pemerhati budaya founder Omah Dhuafa mengatakan, kupat ketheg merupakan makanan kegemaran Sunan Giri saat momen Lebaran tiba. Sejak itulah, masyarakat sekitar menjadikannya sebagai tradisi tahunan yang terus dilestarikan hingga kini.

Bahan dasarnya adalah ketan putih murni yang menghasilkan tekstur kenyal dan cita rasa gurih, sangat cocok dinikmati bersama parutan kelapa dan siraman gula merah.

“Tak seperti ketupat pada umumnya, kupat ketheg memiliki rahasia dalam proses pembuatannya. Salah satu unsur paling penting adalah air lanthung—air berwarna kehijauan yang berasal dari endapan minyak mentah di sumur tua kawasan Gunung Anyar, dekat dengan Makam Dewi Sekardadu, ibu kandung Sunan Giri,” kata anggota FKB DPRD Gresik ini

Baca Juga  Menikmati Hari Minggu Panen Sayur di Kebun Percobaan Petrokimia Gresik

Sementara itu salah satu UMKM penjual kupat ketheg, Ruthmaida menjelaskan proses membuat kuliner ini sama seperti membuat ketupat pada umumnya, namun bahan yang disiapkan berbeda, yakni rendaman airnya menggunakan air ketheg, kemudian isi ketupatnya berasal dari beras ketan, dan bukan beras biasa.

“Prosesnya, beras ketan dicuci menggunakan air ketheg hingga beberapa kali, namun proses pencuciannya tidak bisa langsung dilakukan, karena kondisi air ketheg yang baru diambil masih keruh sehingga perlu diendapkan selama tujuh hari agar menjadi jernih dan terlihat bersih saat digunakan memasak,” paparnya saat ditemui di Festival Grisse Djadoel di Gresmall.

Setelah itu, beras ketan dimasukkan ke dalam janur yang berbentuk segi empat dan dimasak seperti ketupat pada umumnya.

Baca Juga  Gubernur Khofifah Apresiasi Tim Ekspedisi 77 Kibarkan 77 Bendera Merah Putih di Puncak Arjuno

“Dalam penyajiannya juga berbeda, jika ketupat biasa disajikan dengan opor ayam, namun kupat ketheg selalu didampingi dengan parutan kelapa yang disiram cairan gula merah, sehingga rasa gurih kelapa dan manis gula merah selalu menyertai dalam sajian khas warga Gresik ini, mirip seperti jajanan pasar,” ucapnya.

DIkatakan, makanan ini memiliki daya tarik tersendiri, mulai dari rasa hingga cara produksinya serta memiliki rasa yang gurih dan kenyal.

Perempuan yang juga istri kepala desa ini mengaku banyak warga dari Gresik dan luar kota yang mencari kuliner ini saat Ramadhan dan Lebaran, karena rasa dan bahan dasarnya dari ketan, atau tidak seperti ketupat yang berbahan dasar beras.

Baca Juga  Pembangunan Monumen Reog Jadi Destinasi Wisata Baru Ponorogo

Erik Pramono Bangun, GM Gressmall mengaku pihaknya selalu mendukung tradisi lokal yang ada di wilayah setempat, termasuk kuliner kupat ketheg. Untuk itu, pihaknya menggelar festival jajanan tempo dulu yang digelar tiap tahun pada bulan Agustus

“Ini komitmen kami Gressmall maupun Dharma Graha Utama Group dalam mendukung kemajuan  kuliner lokal Gresik serta UMKM Kabupaten Gresik,” kata Erik Pramono. (ind)