Kuartal I/2022, Investasi di Jawa Timur Mencapai Rp 23 Triliun
Surabaya,JP – Hingga kuartal I/2022, realisasi investasi di Jatim tercatat mencapai Rp23,6 triliun. Angka ini telah berkontribusi 8,4 persen terhadap realisasi investasi nasional.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Jatim, Aris Mukiyono mengatakan, dari nilai investasi tersebut, sebanyak Rp15,38 triliun berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan sebanyak US$574,8 juta merupakan Penanam Modal Asing (PMA).
Khusus PMA didominasi di sektor pertambangan dengan masuknya PT Freeport Indonesia di JIIPE Gresik, sedangkan PMDN banyak di sektor kawasan industri dan perkantoran.
“Secara lokasi, investasi paling banyak terealisasi di Surabaya. Namun khusus PMA didominasi di Gresik,” kata Aris.
Dijelaskan, untuk meningkatkan investasi di Jatim, Pemprov Jatim mendorong pengembangan Kawasan EKonomi Khusus (KEK) dapat segera terselesaikan sejalan dengan akselerasi pemerintah pusat melalui penunjukkan Dewan Nasional di masing-masing daerah.
“Dengan adanya KEK dari sisi investasi diharapkan mampu men-generate 30 persen pembangunan ekonomi di Jatim, sekaligus memiliki multiplayer effect karena mampu menyerap tenaga kerja dan membuka lapangan pekerjaan baru, serta akan terjadi pertumbuhan ekonomi kecil di sekitar kawasan,” ujarnya.
Ditambahkan, di Jatim terdapat 2 KEK yang terus dikembangkan di antaranya KEK Singosari – Malang yang kini progresnya diperkirakan mencapai sekitar 50 persen, serta KEK di Java Integrated Industrial and Port (JIIPE) di Gresik.
“KEK Singosari difokuskan untuk basis industri pariwisata dan ekonomi kreatif, sedangkan JIIPE lebih ke manufaktur dan industri teknologi tinggi,” ujarnya.
Aris mengatakan sejauh ini Pemprov Jatim telah berupaya memberikan kemudahan izin investasi bagi para investor. Bahkan pihaknya juga turut mempromosikan KEK kepada para investor potensial.
Selain itu, lanjutnya, Jatim juga memiliki keunggulan dari sisi pekerja yang lebih kondusif alias tidak sering demo, serta dipastikan tenaga kerja di Jatim memiliki produktivitas yang tinggi.
“Namun begitu, dalam menyelesaikan pengembangan KEK ini diperlukan peran banyak pihak termasuk pengembang KEK juga harus proaktif untuk mempromosikan KEK secara terus menerus baik promosi ke negara lain ataupun melalui online,” pungkasnya. (eka)