Inovasi NK Cafe Kembangkan Inovasi Bibit Tanaman Buah dan Sayur
Malang, JP – Manajemen NK Cafe di Karangploso Malang beriovasi mengembangkan bibit tanaman sayur dan buah. Pemilik NK Cafe, Djoni Sudjadmiko berharap inovasi ini menjadi pioner kebangkitan usaha para petani dan pemuda.
Djoni mengatakan, usaha pembibitan akan menciptakan produksi ekonomi sekaligus mata rantai pasar finansial. Di satu sisi, peluang usaha pertanian membutuhkan keberanian uji coba sekaligus praktik.
“Inovasi yang saya lakukan dengan mengembangkan bibit buah melon, semangka, mentimun, gambas dan lain lain. Sementara yang sayur mayur seperti bayam, kangkung, pakcoy, bunga kol dan lain lain,” ujarnya, Senin (7/11).
Hasilnya, kata Djoni, cukup bagus. Tidak hanya masa panen yang lebih pendek, tapi bentuk buah tidak sama dengan pada umumnya. Terpenting lebih tahan hama.
Pria yang lebih senang disapa tukang taman ini menjelaskan, inovasi ini juga menyertakan gerakan literasi botani agar petani muda lebih cerdas dalam usaha pertaniannya.
“Uji coba bibit yang kita lakukan ini terbilang cepat, bahkan melampaui target. Bibit cepat berbuah. Kalau inovasi ini hasilnya sangat bagus, akan kami kembangkan ke seluruh indonesia,” jelasnya.
“Keberhasilan pengembangan bibit sayur dan buah, akan dilanjutkan dengan penelitian bibit padi. Kami akan coba agar dalam satu hektar bisa menghasilkan 14 ton padi sehingga menguntungkan sekaligus berdampak pada kesejahteraan para petani,” tambahnya.
Menurut Djoni, petani berhak ikut menikmati nilai tambah industri pengolahan, sehingga tidak hanya mengurusi on farm tetapi juga masuk ke kegiatan off farm dengan dukungan akses pembiayaan yang lebih luas.
“Jadi itu tugas kita semua, bukan hanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pengusaha swasta diharapkan ikut berperan sebagai off taker dan melakukan pendampingan atau pembinaan, serta adopsi teknologi di sistem budidaya maupun pemasaran atau market place,” terangnya.
Ditambahkan Djoni, masalah pertanian di Indonesia sangat klasik. Saat panen harga jatuh, sebaliknya saat produksi sedikit harga meningkat. Kondisi tersebut akhirnya dimanfaatkan tengkulak yang merugikan petani.
Untuk itu, diperlukan kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia agar dapat mencapai swasembada tanaman pangan.
“Jika produksi banyak, namun tak ada yang mau menyimpan, mendistribusikan dan mengolah menjadi produk bernilai tinggi, maka ujung-ujungnya menjadi hambatan. Karena itu perlu kebijakan untuk mengimbangi pertumbuhan permintaan,” pungkasnya. (sat)