Harga Properti Residensial Tumbuh Terbatas dan Penjualan Turun Triwulan III-2024

JATIMPEDIA, Jakarta – Bank Indonesia dalam hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menyampaikan bahwa harga properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2024 mengalami pertumbuhan yang terbatas. Berdasarkan data yang ada, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tercatat tumbuh sebesar 1,46% (yoy), meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan yang tercatat pada triwulan II 2024 yang mencapai 1,76% (yoy).

Tren terbatasnya pertumbuhan harga properti ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, termasuk inflasi dan tingkat suku bunga yang relatif lebih tinggi. Hal ini juga menjadi indikasi adanya penyesuaian harga di pasar properti, di mana permintaan cenderung melambat meskipun masih ada potensi pertumbuhan di sektor-sektor tertentu, terutama pada segmen pasar properti yang lebih terjangkau.

Baca Juga  KCI Jalankan 60 Perjalanan KA Comuter di Daop 8 Selama Lebaran

Selain itu, survei juga mengungkapkan penurunan dalam sektor penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2024. Penurunan ini terjadi di hampir seluruh tipe rumah yang ada, terutama pada rumah tipe kecil. Angka penjualan tercatat mengalami kontraksi yang cukup signifikan sebesar 7,14% (yoy). Penurunan ini sejalan dengan rendahnya permintaan pasar, khususnya di tengah peningkatan biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi yang membuat banyak konsumen lebih berhati-hati dalam melakukan keputusan pembelian properti. Tipe rumah kecil, yang biasanya lebih terjangkau, juga mencatatkan penurunan penjualan, yang mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat pada segmen ini juga turut tertekan.

Dari sisi pembiayaan, survei mencatatkan bahwa sebagian besar pembiayaan untuk pembangunan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2024 bersumber dari dana internal pengembang, dengan pangsa sebesar 74,31%. Hal ini menunjukkan bahwa para pengembang masih mengandalkan modal sendiri dalam membangun proyek properti, meskipun di tengah kondisi ekonomi yang kurang stabil. Selain itu, pembiayaan melalui skema pembelian rumah oleh konsumen lebih banyak menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang mencatatkan pangsa sebesar 75,80% dari total pembiayaan. Meskipun ada penurunan dalam penjualan, KPR tetap menjadi instrumen utama yang digunakan oleh masyarakat untuk membeli rumah, mengingat skema ini memungkinkan pembayaran secara bertahap dan lebih terjangkau bagi banyak konsumen.

Baca Juga  Semester I-2024, Jasindo Bukukan Premi Asuransi Rp 1,77 Triliun

Secara keseluruhan, meskipun harga properti residensial tumbuh positif, namun laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penurunan penjualan dan ketergantungan pada pembiayaan internal pengembang serta KPR mencerminkan adanya tantangan dalam pasar properti residensial, terutama dalam segmen pasar yang lebih terjangkau. Diharapkan, dengan adanya kebijakan yang lebih mendukung sektor ini, pasar properti dapat kembali pulih dan lebih stabil di masa depan, serta memenuhi kebutuhan perumahan yang terus berkembang di Indonesia.(raf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *