Dies Natalis, UTM Madura Kini Bertabur Profesor

JATIMPEDIA, BangkalanUniversitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar Rapat Senat Terbuka dalam rangka Pengukuhan Lima Guru Besar di Gedung Pertemuan RP Moh Noer UTM, Kamis (21/11/2024).

Di usianya yang genap 23 tahun, total jumlah profesor di kampus negeri yang berlokasi di Desa Telang, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan tersebut saat ini sebanyak 23 Guru Besar.

UTM baru saja menjadi bagian dari 96 perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia dengan predikat Akreditasi Unggul. Seiring diterbitkannya Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) bernomor 1819/SK/BAN-PT/AK/PT/IX/2024 tertanggal 24 September 2024.

Dengan tambahan 5 Guru Besar, tekad UTM dalam upaya meningkatkan penguatan performance menjadi lebih percaya diri. Bahwa di masa mendatang, UTM bisa semakin baik dan semakin unggul. Sebagaimana yang diharapkan Rektor UTM, Dr Safi’, SH, MH.

“Khususnya kepada para Guru Besar, untuk meningkatkan performance kinerjanya. Karena mereka itu kan diberikan tunjangan kehormatan dibandingkan dengan para dosen lainnya yang belum Guru Besar. Maka semestinya juga berbanding lurus dengan peningkatan performance kinerjanya, harus tiga kali lipat lebih berkualitas dari para dosen yang belum Guru Besar,” harap Dr Safi’  

Baca Juga  Gembiranya Guru Penerima Satyalancana Dapat Hadiah Uang Baru dari Gubernur Khofifah

Adapun kelima profesor yang dikukuhkan terdiri dari Prof Dr Ir Hj Siti Fatimah, MSi sebagai Guru Besar Bidang Pemuliaan Ketahanan terhadap Cekaman Faktor Abiotik, Prof Dr Rima Tri Wahyuningrum, ST, MT sebagai Guru Besar Bidang Pengolahan Citra Digital.

Selanjutnya, Prof Dr Zainul Hidayah, SPi, MApp Sc sebagai Guru Besar Bidang Sistem Informasi Geografis, Prof Dr Aeri Rachmad, ST MT sebagai Guru Besar Bidang Kecerdasan Buatan/Data Science, serta Prof Dr Achmad Amzeri SP, MP sebagai Guru Besar Bidang Pemuliaan Tanaman.

“Ke depan, riset-riset mereka tidak hanya berbasis output yang berupa publikasi jurnal saja. Tetapi lebih diarahkan pada outcome atau pada dampak perbaikan kehidupan masyarakat, sesuai risetnya,” jelas Dr Safi’.

Seperti halnya, lanjut Dr Safi’, riset Prof Amzeri berkaitan dengan pengembangan jagung asli Madura yang sebelumnya hanya menghasilkan 2 ton hingga 3 ton per hektar. Namun melalui invasi risetnya, mampu meningkatkan produksi hingga lebih dari 100 persen, mencapai 6 ton hingga 7 ton per hektar.  

Baca Juga  Smelting Peduli Launching Koperasi Jasa Sadar Gizi

Sebelumnya, UTM melalui Fakultas Pertanian berhasil mengembangkan Jagung Hibrida Madura sebagai alternatif tanaman jagung lokal Madura. Riset jagung lokal Madura hasil kerjasama dengan Balitsereal Maros Sulawesi mulai dilakukan sejak 2007. Jagung lokal di seluruh Madura dieksplor untuk mendapatkan tetua yang akan dijadikan varietas unggul.

Hasil eksplorasi mendapatkan, sebanyak 16 kultivar (kelompok jagung lokal dengan kekhasannya) jagung Madura. Tiga kultivar ditemukan di Bangkalan, tiga kultivar di Sampang, dua kultivar di Pamekasan, dan delapan kultivar di Sumenep.

Melalui metode seleksi dan selfing, 16 kultivar jagung lokal Madura itu menghasilkan variasi biji jagung dengan karakter morfologis berbeda pada setiap galurnya. Varietas biji dengan galur unggul hasil dari metode itu kemudian disilangkan dengan beberapa genotip jagung unggul dari Balitsereal Maros (Sulawesi), tanpa menghilangkan karakter jagung lokal Madura yang toleran terhadap kekeringan, rendemennya tinggi, dan daya simpan lama.

Baca Juga  Pakar Komunikasi Ingatkan Pentingnya Keterbukaan Informasi di Era Digital

Atas hasil riset itu, Dr Safi meminta Prof Amzeri serta Dekan Fakultas Pertanian UTM untuk segera membuat proposal tentang riset inovasi jagung yang ditujukan ke Kementerian Pertanian (Kementan). Karena beberapa waktu sebelumnya, Dr Safi’ bersama 50 rektor se Indonesia menghadiri undangan Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Satriyo Soemantri Brodjonegoro

“Nah di kementan mempunyai program dalam rangka mendorong hilirisasi hasil riset di perguruan tinggi, dan itu siap didanai. Bahkan kementan akan melakukan offtaker atau pembelian, Karena Selama ini kita kan terkendala di situ, kalau kita punya produk pengembangan jagung nanti hasil panennya siapa yang mau membeli, nah kementan siap menjadi offtaker nya,” pungkas Dr Safi’. (sat)  

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *