Awal 2025, RI Berpotensi Alami Defisit Beras 3 Juta Ton

JATIMPEDIA, Jakarta – Stok beras pada awal 2025 dikhawatirkan berpotensi defisit hingga 3 juta ton. Ancaman kekeringan stok beras sempat dialami  pada Januari – Februari 2024.

“Kita menghadapi Januari-Februari yang paceklik atau belum panen dengan defisit konsumsi produksi nasional sekitar 3 juta ton. Bulan Maret kita masuk Ramadan, Ramadan maju,” kata Dirut Perum BULOG Bayu Krisnamurthi dalam Rapat Dengar Oendapat dengan Komisi IV DPR RI yang disiarkan secara virtual di Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Mengingat ada potensi defisit stok beras hingga 3 juta ton, Perum BULOG pun mengharapkan agar pemerintah memberikan penugasan lebih awal untuk mendatangkan beras impor guna mengantisipasi defisit 3 juta ton yang diprediksi terjadi pada awal tahun depan. “Karena terus terang Maret itu Ramadan maju, makanya buat saya ini hal yang mungkin perlu kita antisipasi bersama,” ujarnya.

Baca Juga  Mitra Tani, Upaya Bulog Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Meski demikian, dia memastikan stok beras hingga akhir tahun dapat mencukupi kebutuhan nasional. Bayu menuturkan, pemerintah hingga saat ini telah mengamankan sekitar 1,35 juta ton beras, dan sebanyak 900.000 ton beras impor akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat.

“Pengadaan dalam negeri kami pakai skenario optimis 200.000 lagi, sehingga akhir tahun dari sisi pasokan kita mungkin akan punya 2,45 juta sekitar 2,5 juta ton [beras],” tuturnya.

Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan kuota impor beras sebanyak 3,6 juta ton di 2024. Perum BULOG telah mendatangkan sebanyak 2,4 juta ton beras impor hingga akhir Juli 2024. Adapun, Bulog akan segera melakukan kontrak untuk mendatangkan 300.000 ton beras impor.

Baca Juga  Bapanas Naikkan HET Beras Jadi Rp12.500 per Kg

Dengan demikian, total beras impor yang telah diamankan BUMN Pangan ini mencapai 2,7 juta ton. Perum BULOG juga mendapat komitmen untuk memasok sekitar 900.000 ton beras ke Indonesia.

Dia mengharapkan, keseluruhan penugasan dapat masuk ke Indonesia sebelum Desember 2024. “Jadi totalnya kira-kira 2,7 juta ton [yang sudah masuk ke Indonesia] sehingga sisanya 900.000 ton lagi dari 3,6 juta ton, kita berharap semuanya akan bisa masuk sebelum Desember 2024,” pungkasnya.  (cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *