Mitsubishi dan ITB Teliti Serta Kembangkan Pembangkit Listrik Berbahan Amonia

Jakarta, JP – Mitsubishi Heavy Industries, Ltd (MHI) menyepakati kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan penelitian dan pengembangan bersama pembangkit listrik berbahan bakar amonia dengan turbin gas, pada 26 September 2022.

MHI dan ITB tercatat sudah beberapa kali melakukan penelitian bersama terkait berbagai solusi energi bersih untuk membantu Indonesia mencapai dekarbonisasi.

Sebagai bagian dari inisiatif yang sedang berlangsung tersebut, penelitian baru ini akan menerapkan keahlian ITB dalam bidang teknik reaksi kimia dalam rangka mengoptimalkan pembangkitan listrik menggunakan bahan bakar amonia.

Setelah pengujian demonstrasi dengan turbin gas H-25 MHI, kedua mitra R&D ini akan mengupayakan aplikasi komersial pembangkit listrik berbahan bakar amonia di Indonesia.

Pada tahun 2020, MHI dan ITB menandatangani nota kesepahaman (MOU) untuk melakukan penelitian bersama terkait solusi energi bersih generasi berikutnya dan analisis big data yang berkenaan dengan pembangkit listrik.

Pada Februari 2022, kedua mitra menyetujui perpanjangan MOU selama lima tahun, melanjutkan kolaborasi untuk mengembangkan teknologi yang akan mempercepat dekarbonisasi di Indonesia.

Baca Juga  HCML Ikut Kelola Lingkungan Berkelanjutan di Era Transisi Energi

Kini, berdasarkan MOU yang sama, akan dilaksanakan penelitian dan pengembangan bersama terhadap pembangkit listrik berbahan bakar amonia menggunakan fasilitas di ITB, dengan tiga tujuan utama: untuk menggalakkan pengembangan teknologi antara Jepang dan Indonesia; untuk mendorong pertukaran teknologi dan personel dengan pendidik dan anggota tim peneliti ITB; dan untuk memajukan penerapan energi bersih di Indonesia.

Seremoni penandatanganan perjanjian baru dilaksanakan di Tokyo pada 26 September saat berlangsungnya Asia Green Growth Partnership Ministerial Meeting (AGGPM) ke-2, yang diselenggarakan di bawah naungan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI).

I Gede Wenten, Wakil Rektor ITB, menyampaikan bahwa transisi energi berperan penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) global, dan dalam jangka panjang akan berdampak pada pengurangan pemanasan atau perubahan iklim. Kolaborasi penelitian antara ITB dengan MHI ini berfokus pada penggunaan NH3 pada pembangkit listrik, adopsi yang lebih luas akan membantu mengurangi penggunaan batu bara.

Baca Juga  Pertamina EP Cepu Zona 11 Gelar Serah Terima Sertipikat Hak Pakai BMN Hulu Migas

“Dalam jangka panjang, produksi NH3 diharapkan lebih banyak mengandung NH3 ramah lingkungan yang menggunakan energi terbarukan. Saya berharap R&D bersama ini akan berdampak positif terhadap upaya melakukan transisi energi yang berkelanjutan,” ujar I Gede Wenten, Kamis(13/10).

Junichiro Masada, Anggota Senior dan Senior General Manager Divisi Transisi Energi MHI, berharap penggabungan kemampuan teknologi MHI yang ekstensif dalam pembangkit listrik dengan keahlian ITB yang terspesialisasi dan pengetahuan yang kuat tentang kondisi di Indonesia, akan menghasilkan penelitian yang benar-benar inovatif dalam teknologi energi bersih.

“Kerja sama kami dengan ITB tentunya akan melahirkan ide-ide baru dan mendorong transisi energi di Indonesia,” ujarnya.

Berdasarkan MOU 2020 yang menargetkan dekarbonisasi sektor energi Indonesia yang disepakati antara MHI dan ITB, sebuah lembaga yang telah banyak menelurkan individu-individu terkemuka dalam bidang pemerintahan, akademik dan keuangan Indonesia, telah dilakukan studi kelayakan bersama tidak hanya terhadap sumber energi baru seperti hidrogen dan amonia, namun juga terhadap sistem kontrol kualitas udara (AQCS) dan solusi jaringan mikro.

Baca Juga  Pertamina Patra Niaga Pastikan Layanan SPBU Kembali Gunakan Sistem Digital

Untuk melatih para insinyur yang akan berkontribusi bagi masa depan Indonesia, MHI dan ITB juga telah mengadakan pembelajaran bersama dengan topik mulai dari analisis big data hingga energi biomassa, sistem siklus gabungan gasifikasi batubara terpadu (IGCC), penggunaan hidrogen, dan pengembangan AQCS.

Nota kesepahaman yang baru ditandatangani tersebut berlangsung di tengah upaya Indonesia dalam meningkatkan dekarbonisasi sektor energinya. Hal ini dinyatakan dalam komitmen, yang diumumkan secara resmi, untuk mencapai 23% penggunaan energi terbarukan pada tahun 2025 dan mengurangi emisi gas rumah kaca nasional sebesar 29% pada tahun 2030. Ke depannya, MHI, dengan dukungan dari merek solusi dayanya, Mitsubishi Power, akan berupaya memberikan kontribusi lebih lanjut untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia, serta stabilisasi pasokan listrik dan perlindungan lingkungannya. (raf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *