Kopi Kenangan Dirikan Pelatihan Barista di Surabaya
Surabaya, JP – Kopi Kenangan membuka pusat pelatihan calon barista kedua, yaitu Kenangan Academy, di Surabaya. Pusat pelatihan calon barista diharapkan dapat menjangkau di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan dan Timur.
CEO & Co-founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengatakan, salah satu fokus utama pihaknya adalah untuk memperkenalkan kopi lokal berkualitas kepada konsumen Indonesia, hingga mancanegara. Untuk itu, Kopi Kenangan terus berkomitmen dalam memastikan setiap gelas kopi yang diterima konsumen memiliki kualitas yang baik.
“Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membangun Kenangan Academy, pusat pelatihan dan pengembangan profesional di bidang makanan & minuman untuk mengembangkan talenta serta memastikan kualitas produk dan pelayanan Kopi Kenangan selalu terjaga,” ungkapnya dalam keterangan pers, seperti dikutip Rabu (24/8).
Edward menjelaskan, Kenangan Academy pertama kali dibangun dan berlokasi di Pakubuwono, Jakarta Selatan, pada 2020, Kenangan Academy telah memberikan sertifikasi kepada lebih dari 2.300 baperista.
“Pelatihan ini memiliki daya tampung mencapai 30 peserta/hari untuk Kenangan Academy Jakarta dan 20 peserta per hari untuk Kenangan Academy Surabaya, kami berharap jumlah pelatihan dapat meningkat dengan lebih signifikan,” jelasnya.
Di Kenangan Academy, calon barista akan mengikuti berbagai macam pelatihan, mulai dari Kompetensi Dasar seperti pengetahuan dasar tentang kopi, espresso, dan teknik pembuatan, hingga beragam pengembangan karir untuk memperoleh Sertifikasi Barista, Sertifikasi Store Trainer, serta Leadership Development Program.
Menurut Edward, tidak hanya fokus menjaga kualitas minuman, pusat pelatihan ini juga bertujuan memastikan seluruh lulusan barista Kenangan Academy memiliki pemahaman yang holistik tentang industri kopi. Seluruh program pembelajaran di Kenangan Academy disusun agar berfokus pada hard skill, soft skill, dan pengembangan karir.
“Dengan menggunakan metode pembelajaran 70% praktik, 20% pembelajaran informal melalui mentoring dan coaching, serta 10% pembelajaran formal di kelas dan seminar,” tutup Edward. (raf)