Wilmar Sukses Dampingi Petani Padi Sidoarjo Panen 8 Ton Gabah Perhektar

JATIMPEDIA, Sidoarjo – PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) berhasil mendampingi para petani mengolah lahan tidak produktif seluas 6 hektare (ha) di Desa Kedung Rawan, Sidoarjo, Jawa Timur.

Kesuksesan itu terbukti dengan produksi gabah yang mencapai 8 ton per ha pada musim tanam (MT) ketiga. Selain WPI, program pendampingan itu juga didukung PT Wilmar Chemical Indonesia yang memproduksi Pupuk Mahkota dan Syngenta menyediakan pestisida.

Rice Business Head PT WPI Saronto menjelaskan, dalam program pendampingan yang telah berlangsung sejak 2023, WPI berhasil mendampingi para petani menghidupkan kembali lahan tidak produktif tersebut. Pada MT ketiga, petani mampu mencapai produksi gabah hingga 8 ton per ha. “Keberhasilan ini bisa menunjukkan ke petani, kalau dikelola dengan baik, hasilnya akan bagus,” kata Saronto di sela panen padi swakelola di Desa Kedung Rawan pada 8 Mei 2024.

Sesuai komitmen awal, pendampingan perusahaan hanya dilakukan hingga tiga kali musim tanam. Setelahnya, lahan akan dikembalikan ke masyarakat untuk dikelola secara mandiri. Meski demikian, WPI akan tetap memberikan pendampingan teknis hingga mereka mampu mengelola sendiri. Perusahaan juga membangun pintu air khusus untuk lahan tersebut di saluran irigasinya. “Kemitraan ini tetap berlanjut karena kami menyerap hasil panen petani,” ujar dia.

Awalnya, lahan tidak produktif tersebut sudah 10 tahun tidak digarap petani karena termasuk ke dalam daerah banjir. Lahan itu kemudian ditawarkan ke WPI agar memberikan pendampingan ke petani. Saronto menjelaskan, menghidupkan lahan tidur tidak mudah. Pada MT satu, pengelolaan lahan dapat dikatakan gagal karena masih banyak gulma yang tumbuh dan menelan biaya cukup besar. Saat panen, hasilnya hanya 1,6 ton per ha dari target 6 ton per ha.

Baca Juga  Amankan G20 di Bali, PLN Siapkan 66 SPKLU Waktu Ngecas Cukup 2 Jam

Belajar dari MT satu, perusahaan mulai menganalisa kembali dan melakukan perbaikan pada pengelolaan lahan. Pada MT dua, selain biaya dapat ditekan, hasil panen melonjak hingga 6 ton per ha.

Saronto menambahkan, pengelolaan lahan tidur bertujuan untuk mendukung peningkatan produksi pangan melalui lahan yang sudah ada. WPI telah berencana kembali melakukan pendampingan lahan tidak produktif lainnya. Salah satunya ada di Mojokerto seluas 20 ha. “Kendalanya adalah biayanya besar dan potensi gagal pada MT satu, itu yang menyebabkan lahan tidur banyak yang dibiarkan,” tutur Saronto dalam keterangan yang dikutip Jumat (10/05/2024).

Pada kesempatan itu, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Abriyani Susilowati menilai, kemitraan antara pemerintah, perusahaan, dan petani seperti gayung bersambut karena adanya bantuan bagi kebutuhan petani. Saat ini, kian banyak petani berusia lanjut, sehingga tenaganya berkurang. Sementara itu, kebutuhan pangan terus meningkat yang dibarengi berkurangnya luas lahan.

Baca Juga  Idhul Adha 2022, Wilmar Bantu 148 Ekor Hewan Kurban

“Kami menyambut baik kerja sama ini, dengan harapan bisa membantu petani dan mendapatkan hasil lebih baik,” jelas Abriyani. Pemda Sidoarjo berharap, peningkatan produksi pangan di Sidoarjo dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan sendiri, mengingat selama ini wilayah tersebut belum dikenal sebagai lumbung pangan. Kenaikan harga beras juga akan berdampak terhadap inflasi.

Sedangkan Ketua Kelompok Tani Suko Tani Imam Baihaqi mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi karena mendapat pendampingan dari perusahaan dan Dinas Pertanian daerah dalam menghidupkan lahan tidak produktif. Petani juga tidak perlu keluar modal karena sarana produksi telah disediakan perusahaan. Mereka juga berkomitmen untuk meneruskan metode yang diajarkan dalam pendampingan tersebut.

“Zaman sekarang petani harus maju agar tidak dipandang sebelah mata,” ujar Baihaqi. Petani juga dapat menjual hasil panennya ke WPI, sehingga tidak perlu lagi tergantung tengkulak. Mereka juga akan mengajak petani lainnya untuk bergabung dalam program tersebut. (ris)

Baca Juga  SGN dan Pertamina NRE Akan Bangun Pabrik Bioetanol Pertama di Banyuwangi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *