Tekan Angka Stunting Tahun Ini, Pemkot Surabaya Perkuat Kolaborasi
JATIMPEDIA, Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus menekan angka stunting dengan menggelar Rembuk Stunting 2025 di Graha Sawunggaling, Jumat (25/4). Kegiatan ini melibatkan berbagai sektor sebagai bentuk penguatan kolaborasi demi mewujudkan target Zero Growth Stunting.
Dalam forum tersebut, Pemkot memberikan apresiasi kepada para mitra yang aktif mendukung percepatan penurunan stunting. Pemerintah juga menandatangani komitmen bersama sebagai simbol sinergi lintas sektor.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, Ikhsan, menegaskan tekad pemerintah untuk menyelesaikan persoalan stunting. Ia menyebut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Ketua Tim Penggerak PKK Rini Indriyani rutin turun ke lapangan, memantau langsung dan memberikan dukungan.
“Kita menguatkan komitmen kembali untuk penuntasan stunting, dengan model ini kita mengecek lagi apa yang akan kita lakukan,” kata Ikhsan.
Ia menyampaikan bahwa angka stunting di Surabaya menunjukkan penurunan signifikan. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, prevalensi stunting di Surabaya berada di angka 1,6 persen—terendah se-Indonesia.
“Jadi angka stunting yang awalnya 48 persen turun hingga sekarang 1,6 persen terendah se-Indonesia. InsyaAllah kita sudah tahu kondisi anak-anak, itu yang akan tetap kita kejar,” ungkapnya.
Pemkot fokus pada dua hal utama: menyelesaikan kasus stunting yang ada dan mencegah munculnya kasus baru lewat berbagai program yang terus digulirkan. Surabaya juga membuka peluang replikasi program oleh daerah lain.
“Pak Wali juga mengajak ke Surabaya bahwa program dan aplikasi kita silakan kalau mau direplikasi. Tapi kan memang masing-masing daerah tidak sama, jadi mereka bisa ke sini menyiapkan tim dan programernya, nanti dibantu prosesnya di sini,” jelas Ikhsan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk (DP3A-PPKB), Ida Widyawati, menjelaskan bahwa Rembuk Stunting 2025 bertujuan menjadikan pencegahan stunting sebagai prioritas semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
Kegiatan ini juga memperkuat koordinasi program antara pusat dan daerah, memperluas akses makanan bergizi, serta mendorong ketahanan pangan. Acara berlangsung secara hybrid dan diikuti oleh 7.236 peserta.
“Tentunya untuk meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat bagaimana cara untuk mencegah stunting,” paparnya.
Ida menyebut, Rembuk Stunting 2025 merupakan kegiatan keempat yang digelar Pemkot Surabaya dalam upaya pencegahan stunting. Salah satu langkah konkret adalah pemberian tablet tambah darah rutin kepada remaja putri di sekolah dan pendampingan calon pengantin melalui Kelas Catin.
“Kita ingin menyiapkan calon suami istri bisa mencapai ketahanan keluarga dan melahirkan anak-anak yang sehat,” jelasnya.
Sebanyak 6.800 personel Tim Pendamping Keluarga (TPK) tersebar di seluruh Surabaya. Mereka mendampingi keluarga baru atau pasangan usia subur sejak sebelum menikah hingga pasca-pernikahan melalui tes kesehatan dan kunjungan rumah.
“Kami juga memberikan apresiasi atas kolaborasi yang solid dari berbagai mitra kerja dalam upaya pencegahan stunting, seperti PHRI, BUMD, LSM, POGI Kota Surabaya, IDAI Jawa Timur, PERSAGI Surabaya, Baznas, dan Bangga Surabaya Peduli (BAP). Sinergi dari berbagai pihak ini diharapkan dapat semakin mempercepat terwujudnya Surabaya Zero Growth Stunting,” pungkasnya.
Tiga narasumber turut hadir dalam rembuk ini. Perwakilan Bappeda Provinsi Jawa Timur memaparkan aksi konvergensi pemerintah daerah dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting sesuai UU Nomor 59 Tahun 2024. Narasumber dari BKKBN Jawa Timur menjelaskan program Quick Win kementerian, sementara Prof. Dr. Sri Sumami membahas strategi pencegahan stunting selama 8.000 Hari Pertama Kehidupan. (ind)