SKK Migas Siapkan Pasokan Gas Untuk Industri Smelter Nikel
Jakarta, JP – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mempersiapkan pasokan gas untuk kebutuhan proyek pabrik pengolahan dan pemurnian nikel (smelter) PT Vale Indonesia di Sulawesi.
Hal tersebut menyusul dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) milik perusahaan untuk proyek smelter di Sulawesi.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya akan menangkap peluang permintaan pasokan gas dari industri smelter yang saat ini tengah berkembang. Adapun untuk PT Vale Indonesia, regulator hulu bakal menyiapkan gas alam cair atau LNG dari PT Donggi Senoro LNG.
“Nanti kita penuhi, nanti dari Donggi Senoro LNG. Kalau gak ya pipa, karena di situ LNG. Jadi Donggi Senoro itu alhamdulillah juga jumlah cadangannya, lebih besar saat bangun DSLNG,” kata Dwi ditemui di Bandung, dikutip Jumat (7/10/2022).
Terpisah, Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan bahwa pihaknya sendiri sebetulnya sudah mulai melakukan penjajakan mengenai pemasok gas untuk kebutuhan smelter. Meski begitu, ia belum merinci dari mana pasokan gas untuk Vale tersebut akan terpenuhi.
“Ada beberapa tapi kita sedang tahap penjajakan ya, saya rasa lebih baik apabila sudah ada kepastian. Harapan kami dari dalam negeri, kalau bisa. Nama detailnya saya gak tahu namanya juga baru penjajakan ya kami lihat dan evaluasi ya harapannya besar bisa domestik ya,” ujarnya ditemui beberapa waktu lalu di DPR.
Menurut dia, proses diskusi dengan SKK Migas sendiri terkait pembelian gas hingga kini masih terus bergulir. Namun ia berharap agar segera mendapatkan kepastian gas untuk proyek smelternya.
“Saya juga baru paham ini memang kompleks ya. Kita kerja sama dengan pemerintah dan intinya, setelah pabrik ini jadi, pasokan (gas) itu harus ada. Tapi ada komitmen dari pemerintah untuk bantu,” katanya.
Untuk diketahui, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) saat ini sedang mengerjakan tiga proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel baru. Antara lain proyek ekspansi kapasitas smelter nikel matte yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Kemudian, smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, serta smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Ketiga proyek tersebut diperkirakan bakal menelan dana hingga US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$). (raf)