SKK Migas Jabanusa Sampaikan Kinerja Hulu Migas di Hadapan Mahasiswa UMG
Gresik, JP – Sosialisasi terkait industri hulu migas terhadap ketahanan energi nasional terus dilakukan. Kali ini sosialisasi dilaksanakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Jawa Timur, Selasa (13/9).
Acara tersebut dihadiri Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik, Dr. Eko Budi Leksono S.T., M.T., SKK Migas Perwakilan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pertamina Hulu Energi – West Madura Offshore (PHE WMO), KKKS Petronas, KKKS Pertamina Hulu Energi – Tuban East Java (PHE TEJ) dan KKKS Saka Indonesia Pangkah Ltd. (SIPL).
“Kami berterima kasih kepada Bapak Rektor UMG dan jajaran civitas akademika UMG atas kesempatan yang diberikan kepada SKK Migas Perwakilan Jabanusa untuk melaksanakan Kuliah Umum ini,” kata Kepala Departemen Humas SKK Migas Jabanusa Indra Zulkarnain.
Kuliah umum ini sangat penting. “Ini merupakan salah satu program kerja SKK Migas Perwakilan Jabanusa untuk memberikan sosialisasi kepada civitas akademika, dan memberikan pemahaman yang benar mengenai industri hulu migas,” lanjutnya.
Sejumlah narasumber menyampaikan bagaimana industri migas berjalan dan menjadi bagian dari upaya menciptakan ketahanan energi nasional yang menyokong pembangunan. Salah satu dari empat pemateri yang hadir adalah Dimas A.R. Pear (Spesialis Dukungan Bisnins SKK Migas) yang memaparkan peran kegiatan hulu migas dalam pemenuhan kebutuhan energi Indonesia.
“Kami ingin memberikan pandangan jelas dan menyeluruh soal industri hulu migas, dan berharap civitas akademika ini bisa melakukan diseminasi informasi ke publik agar semakin banyak yang memahami,” kata Dimas.
Menurut Dimas, publik jarang mengetahui seluk beluk industri hulu migas. “Kendati bahan bakar minyak (BBM) merupakan produk olahan yang bersumber dari minyak mentah hasil dari industri hulu migas ini dinikmati masyarakat, namun jarang sekali atau tak banyak yang memahami lika-liku industri hulu migas ini,” katanya.
Selain itu, Dimas juga menyampaikan tentang event terbesar SKK Migas yaitu Oil and Gas Convention and Exibition (IOGCE). IOGCE adalah kegiatan konvensi berskala internasional yang diselenggarakan oleh SKK Migas. Kegiatan ini didukung kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan para pemangku kepentingan yang rencananya akan diselenhggarakan pada November 2022.
Sementara itu, Adhi Kurniawan dari KKKS SIPL menjelaskan tentang upaya peningkatan produksi yang dilakukan Saka dari sumur yang sudah ada, serta upaya eksplorasi dari sumur baru agar produksi meningkat. “Berbagai usaha dan strategi ini dilakukan SIPL sejalan dengan peran industri hulu migas untuk menjaga ketahanan energi nasional, dimana hal tersebut penting dalam menghadapi masa transisi yang sedang berjalan.” katanya.
Eko Wagianto – Office Environment PHE WMO menjelaskan, secara geografis, cakupan wilayah Regional 4 tersebar di Jawa Timur, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua yamg terdiri dari aset lepas pantai (offshore) dan daratan (onshore). “Selain itu terdapat satu aset downstream yaitu Donggi Senora LNG,” katanya.
Salah satu lokasi yang berdekatan dengan Gresik berada di perairan Madura yang digarap PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). PHE WMO memiliki kontrak pada 7 Mei 2011 – 6 Mei 2031. Area konsesi seluas 1,666.26 kilometer persegi, dan setelah pelepasan pertama mencapai 1,499.32 kilometer persegi.
Tercatat pada 31 Agustus 2022, PHE WMO memiliki fasilitas berupa Gathering Station (PPP), Onshore Receiving Facility, Platform, Exploration Wells, Development Wells, Production Wells, Suspended Wells, Abandon Wells, dan Subsea pipelines. Khusus subsea pipelines atau jaringan pipa ini sepanjang 141.61 kilometer untuk minyak dan 162.99 kilometer untuk gas bumi.
Data terakhir pada 9 September 2022, produksi minyak harian PHE WMO mencapai 2086 BOPD, produksi likuid harian 15.194 BLPD, Water Cut 86,27 persen, dan produksi gas harian 45,203 MMSCFD. Semua diproses dengan Onshore Receiving Facility (ORF) memiliki kapasitas proses 300 MMScfd sebanyak dua fase yang menampung 20.000 BBLS Condensate. Sementara kapasitas minyak mentah di FSO Abherka mencapai 600.000 BBLS dengan akomodasi 150 pax.
“Tentu saja kontribusi industri hulu migas terhadap ketahanan energi nasional tak hanya mencakup pemenuhan kebutuhan minyak dan gas. Lebih jauh, PHE WMO juga memiliki program unggulan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk pengembangan masyarakat lokal dan lingkungan,” kata Eko.
Salah satu CSR unggulan adalah ekowisata Pesisir Labuhan berupa Taman Pendidikan Mangrove dan Taman Wisata Laut Labuhan. Program ini dikembangkan sejak 2014 melalui penanaman mangrove sebanyak 17 ribu bibit pada tahun pertama. “Ini terus bertambah hingga pada 2022 mencapai lebih dari 76 ribu bibit,” ujar Eko.
Selain itu ada konservasi terumbu karang melalui penanaman fragmen karang sebanyak 480 dengan menggunakan kubah beton berongga. “Kami juga memantau dan mengidentifikasi burung untuk menentukan indeks keanekaragaman hayati,” lanjut Eko.
Kehadiran PHE WMO juga memicu inovasi produk lokal berupa sejumlah makanan olahan yang bergizi, antara lain urap mangrove dan kopi mangrove. “Setidaknua ada sepuluh produk pangan bergizi yang dihasilkan warga dan menjadi andalan kuliner yang ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung.”
Aspek lingkungan juga mendapat perhatian dengan pengembangan eco edufarming yang diawali dengan program HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) Sumber Barokah pada 2013-2017. Program ini mendistribusikan air bersih ke 400 KK di tiga desa. Sebanyak 31 persen adalah pelanggan industri rumah tangga dengan pendapatan Rp 616 juta. Sebanyak 17 KK miskin berlangganan air bersih dengan iuran hasil pertanian.
“Penjelasan ini kami harapkan bisa memberi pemahaman, bahwa industri migas, khususnya PHE WMO, tak hanya memperhatikan aspek produksi minyak dan gas bumi. Namun kami berusaha agar semua aspek, termasuk aspek kemanusiaan dan lingkungan, bisa kami perhatikan sebagai bentuk kepedulian terhadap pembangunan bangsa,” kata Eko.
Cahyo Tri Mulyanto, Field Manager PHE TEJ, berharap kepada mahasiswa UMG untuk dapat berkontribusi dalam industri hulu migas.“Semua jurusan, berbagai keilmuan, dapat berkontribusi di industri hulu migas, saya berharap kalian yang dari akuntansi, kesehatan, ekonomi dapat sama-sama memajukan Indonesia” katanya saat memberikan paparan.
Pemaparan para narasumber ini mendapat respons antusias dari peserta kuliah umum. Tanya jawab pun terjadi. Rata-rata civitas akademika UMG memberikan pertanyaan kritis soal dampak industri migas ini terhadap lingkungan dan masa depan industri tersebut.
Sesi tanya jawab ini memberikan ruang kepada SKK Migas Jabanusa untuk menyampaikan kesiapan indusri hulu migas Indonesia menghadapi perubahan zaman dan masa depan. (sat)