Sepatu Bata Tutup, Generasi 80-90 an Pasti Merasa Kehilangan

JATIMPEDIA, Jakarta – Generasi anak-anak tahun 1970 hingga 1990 an pasti pernah merasakan memakai sepatu bata. Namun kini produk sepatu lokal yang pernah berjaya itu harus menutup usahanya.

PT Sepatu Bata Tbk memutuskan untuk menutup pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024, karena kerugian yang diderita perusahaan.

“Keputusan untuk menghentikan aktivitas Pabrik PT Sepatu Bata Tbk yang berada di Purwakarta,” kata Corporate Secretary Sepatu Bata Hatta Tutuko seperti dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/5/2024).

Dikatakannya, perusahaan telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.

Baca Juga  Desainer Muda Surabaya Luncurkan Busana Muslim Belamour

Hatta menegaskan, perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta. Sebab, permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun.

Di sisi lain, kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia.

“Dengan adanya keputusan ini, maka perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta,” tegas Hatta.

Sepatu Bata merupakan merek alas kaki legendaris di Indonesia. Merek ini sudah masuk ke Tanah Air sejak zaman Hindia Belanda.

Bisnisnya pun terbilang berkembang pesat. Namun, pandemi covid-19 beberapa tahun lalu nyatanya ikut menghajar bisnis sepatu asal Ceko itu.

Pada 2021, perusahaan menutup sejumlah gerai yang kurang menguntungkan. Itu dilakukan sebagai upaya memperbaiki kinerja perusahaan.

Baca Juga  RSJ Menur Jatim Luncurkan Tiga Layanan Unggulan

Perusahaan menyebut kinerja penjualan perseroan anjlok 49 persen dari Rp931,27 miliar pada 2019 menjadi Rp459,58 miliar pada 2020. Imbasnya, kerugian perusahaan yang 2019 hanya Rp23,44 miliar melonjak jadi Rp177,76 miliar pada sepanjang 2020.

Dalam paparannya, perseroan menyatakan penurunan kinerja merupakan dampak pandemi Covid-19 yang menekan daya beli masyarakat. Masalah tersebut telah membuat pertumbuhan belanja konsumen melambat dari 5,01 persen menjadi 2,84 persen pada kuartal I-2020. (cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *