PLN Sebut AI Hingga EV Jadi Motor Pertumbuhan Konsumsi Listrik

JATIMPEDIA, Jakarta – Direktur Teknologi, Engineering dan Keberlanjutan PT PLN Evy Haryadi nilai penggunaan pendingin ruangan (AC), akal imitasi (AI) dan kendaraan listrik (EV) adalah motor pertumbuhan konsumsi listrik pada dekade mendatang.

“PLN mengidentifikasi setidaknya tiga motor pertumbuhan konsumsi listrik dalam dekade mendatang, yakni AC, ekspansi pusat data berbasis akal imitasi (AI) dan adopsi kendaraan listrik (EV),” ucap Evy dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Faktor-faktor itulah, lanjut dia, yang diyakini akan menjaga kesinambungan bisnis, sekaligus menopang agenda transisi energi.

Selama 10 tahun ke depan, pemerintah menargetkan tambahan kapasitas 69,5 gigawatt (GW). Dari angka tersebut, 76 persen atau 52,9 GW direncanakan bersumber dari energi baru terbarukan (EBT) dan teknologi penyimpanan energi.

Baca Juga  Smelter Freeport di KEK Gresik Cegah Potensi Kehilangan 60 Ton Emas Pertahun

Evy menekankan bahwa pembentukan demand menjadi strategi utama, terutama untuk menopang sektor-sektor yang diproyeksikan melonjak tajam konsumsinya.

“Misalnya sektor perikanan di kawasan timur. Dengan menyiapkan cold storage berbasis listrik, otomatis akan memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus kebutuhan energi di sana,” kata dia.

Hal tersebut terkait dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Implementasi dari RUPTL tersebut memiliki tantangan, yakni kebutuhan investasi hingga Rp3 ribu triliun dan kepastian tumbuhnya permintaan listrik baru di berbagai sektor.

Kebutuhan investasi untuk mengembangkan pembangkit listrik EBT sebesar Rp3 ribu triliun menuntut kepercayaan investor yang tinggi. PLN berupaya meyakinkan pasar dengan memperbaiki profil risiko.

“Risiko kita sudah turun dari 30,7 ke 27,4 atau kategori medium risk. Dengan perbaikan ini, peluang mendapatkan investor akan semakin terbuka,” kata Evy.

Baca Juga  Tarif Listrik Triwulan II 2025 Tetap, PLN Komit Layanan Optimal

Untuk memperlancar eksekusi proyek yang rata-rata memakan waktu 3–5 tahun, PLN memperkuat tiga aspek, yakni pemetaan geospasial, pembentukan working group lintas sektor dengan project management office (PMO), serta keseimbangan antara proyek jangka pendek dan jangka panjang.

Strategi ini diharapkan mampu mengantisipasi keterlambatan pembangunan sekaligus menjaga kesinambungan pasokan listrik.

Ia meyakini, dengan menitikberatkan pada tantangan pendanaan dan kebutuhan menciptakan demand, RUPTL 2025–2034 tidak sekadar peta jalan energi, melainkan instrumen strategis yang menentukan apakah Indonesia mampu mencapai target ekonomi 8 persen per tahun serta mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.(cin)