Pengamat Pertambangan Ferdy Hasiman Sebut PTFI Bakal Ekspor Konsentrat Karena Alasan Ini

JATIMPEDIA, Gresik – Pengamat pertambangan Ferdy Hasiman menilai keberadaan 100 ribu ton bijih konsentrat milik PT Freeport Indonesia yang tidak bisa diolah karena produksi shutdown akibat pasokan gas dari PT Linde terganggu bakal diekspor. Sehingga dia yakin konsentrat mentah tersebut bakal diekspor ke luar negeri.

PT Freeport akan menggunakan regulasi relaksasi izin ekspor bijih konsentrat dari Menteri ESDM. Dasar aturannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 6 Tahun 2025 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 6 Tahun 2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral Logam di Dalam Negeri.

Salah satu poin utama dalam revisi ini adalah pemberian izin ekspor bagi perusahaan yang fasilitas pemurniannya mengalami kerusakan akibat keadaan kahar. Adapun perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut adalah Freeport. “Ini (izin ekspor) berlaku enam bulan sejak rekomendasi izin ekspor diberikan,” ucap Ferdy Hasiman mengutip pernyataan Menteri ESDM.

Baca Juga  Smelter Freeport di Gresik Bakal Jadi Industri Smelter Terbesar di Dunia

Izin tersebut, kata Ferdy, bisa diperpanjang tiap 3 bulan jika unit instalasi pengolah smelter belum selesai dilakukan perbaikan akibat kondisi kahar atau force majeur seperti akibat kebakaran pada Oktober 2024 atau kondisi PT Linde yang bermasalah dengan mesin produksinya.

“Dengan dasar regulasi yang ada, saya yakin PT Freeport Indonesia akan mengalihkan konsetrat hasil tambang dari Tembagapura akan diekspor. Terlepas ada masalah dengan unit produksinya di Gresik, namun sepanjang izin ekspor konsentratnya masih dipegang hingga September maka mereka akan melepas material konsentrat ke luar negeri,” kata pengamat pertambangan ini.

Diakui, jika konsentrat 100 ribu ton tersebut diekspor maka ini akan mempengaruhi target produksi smelter Freeport. Tahun ini PTFI mentargetkan kapasitas produksi 1,7 juta ton konsentrat, 600 ribu ton katoda tembaga, 50 ton emas dan 200 perak murni.

Baca Juga  Tiga PG di Lingkungan SGN Raih Penghargaan SMK3 dari Menaker

Sementara tahun ini PT Freeport baru berproduksi pada akhir Mei 2025 setelah melakukan perbaikan unit produksi pasca kebakartan pada Oktober 2024 lalu.

“Ye resikonya kalau pabriknya terhambat karena kerusakaan pasti akan mempengaruhi target produksi. Namun kita apresiasi juga kepada PTFI yang sudah membangun smelter di Gresik. Kalaupun ada izin ekspor konsentrat saya yakin PTFI akan mengekspor itu (konsentrat),” kata Ferdy Hasiman.

Sebelumnya Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas mengatakan ada 100 ribu ton konsentrat tidak bisa diolah di smelter Gresik. Penyebabnya, PT Linde yang selama ini memasok gas ke smelter maupun smelting berhenti produksi karena bermasalah menyebabkan partikel debu mencemari lingkungan sekitar.

Penghentian produksi ini memperpanjang ‘masa istirahat’ pabrik PT Freeport Indonesia di Gresik. Pada Oktober 2024 produksi terhenti karena ada kebakaran di unit pengolahan asam sulfat. Perbaikan dilakukan oleh PT Freeport hingga pada pekan ketiga Mei 2025 berperasi kembali .

Baca Juga  Petrokimia Gresik Dukung Hilirisasi sulfur

“Produksi smelter sebenarnya dijadwalkan dimulai pada pekan ketiga Juni. Namun karena progres perbaikan yang cepat, akhirnya bisa lebih awal,” ujar Tony saat mendampingi kunjungan petinggi Freeport-McMoRan di Gresik, Kamis (22/5/2025).

Tony menjelaskan bahwa saat ini proses pemurnian sudah berjalan, dan produksi katoda tembaga ditargetkan keluar pada minggu keempat Juni 2025. “Setelah konsentrat tembaga dimasukkan, bahan tersebut diolah di furnace menjadi anoda tembaga. Selanjutnya dibawa ke electrorefinery untuk menghasilkan katoda tembaga,” jelasnya.

Namun kini produksi terganggu karena cooling tower bermasalah hingga menyebabkan pencemaran udara di sekitar. PT  Linde. PT Linde Indonesia adalah bagian dari Grup Linde. Perusahaan ini mengoperasikan fasilitas produksi gas industri besar di Gresik dan memasok gas untuk kebutuhan industri seperti pemrosesan tembaga oleh PT Freeport Indonesia. (ris)