Mitra Tani, Upaya Bulog Tingkatkan Kesejahteraan Petani

JATIMPEDIA, Surabaya – Perum Bulog Kantor Wilayah (Kanwil) Jawa Timur berkomitmen untuk ikut meningkatkan kesejahteraan petani dalam negeri melalui program “Mitra Tani”. Tahap awal, program ini akan dijalankan di tiga daerah, yaitu di Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Nganjuk.

“Mulai tahun ini kita telah melaksanakan program Mitra Tani yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas. Kami berharap, petani mendapatkan income lebih besar dari sebelumnya. Kemudian, dengan peningkatan produktivitas, produksi juga bisa kami serap sehingga menjadikan cadangan beras nasional lebih terjaga,” ungkap Awaludin Iqbal kepada awak media di Surabaya, Selasa (18/6/2024).

Ia menjelaskan, program “Mitra Tani” terbagi menjadi dua, yaitu “Mitra Tani Mandiri” dan “Mitra Tani Kerjasama Sinergis”. Untuk Mintra Tani Mandiri, kerjasama dilakukan Bulog dengan petani. “Lahan milik petani tetapi untuk usaha tani, berupa benih padi dan pupuk disiapkan oleh Bulog. Hasilnya akan dilakukan pembagian keuntungan dan kita bisa menyerap produksi tersebut,” tandasnya.

Sementara Mitra Tani Kerjasama Sinergis adalah kerjasama dengan melibatkan pihak ketiga, bisa dengan BUMN maupun pihak swasta. Dalam hal ini Bulog telah bekerjasama dengan BUMN lain dalam program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur). “Di sini Bulog menjadi penjamin pasar atau offtaker-nya. Kami akan membeli hasil produksi padi dengan harga pasar dengan harga pemerintah,” ungkap Awaludin Iqbal.

Baca Juga  Kolaborasi Pupuk Indonesia dan Bulog Perkuat Program Makmur

Dari tiga daerah tersebut, program Mitra Tani Mandiri telah terealisasi di Banyuwangi, yaitu di lahan seluas 31 hektar, hasil kerjasama dengan swasta dan 500 hektar dengan program on farm makmur kerjasama dengan BUMN lain. Sementara di Jember juga telah terealisasi di lahan 500 hektar untuk program Makmur dan di Nganjuk program Mitra Tani Mandiri sekitar 33 hektar.

“Selain benih padi dan pupuk, untuk program Mitra Tani Mandiri ini juga dilaksankan pendampingan agar petani semakin paham bagaimana melakukan budidaya padi yang baik dan benar,” katanya.

Harapannya, melalui program tersebut akan ada peningkatan produksi dari 5 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hektar menjadi sebesar 6-7 ton GKP per hektar atau ada kenaikan produktivitas sekitar sekitar 2 ton per hektar. Dan dari peningkatan produksi tersebut akan terjadi peningkatan kesejahteraan.

“Tidak hanya harga yang naik tetapi juga produktivitas akan naik. Syukur-syukur bisa lebih dari itu karena dalam beberapa uji coba di beberapa wilayah bisa sampai 10 ton per hektar. Ketika produktivitas naik, maka baik dengan harga yang ditetapkan pemerintah, maka income atau penghasilannya pun akan naik. Kenaikan income itulah yang diharapkan untuk bisa mensejahterakan kehidupan petani,” ungkapnya

Baca Juga  Cadangan Beras Nasional Susut Tinggal Separo

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Timur yang menjadi acuan tingkat kesejahteraan petani terus mengalami kenaikan. Pada bulan Mei 2024, NTP provinsi Jatim mencapai sebesar 108,61 atau naik 0,96% dari bulan sebelumnya. Sementara Rata-rata harga produsen gabah di tingkat petani provinsi Jatim naik 6,13%.

Data BPS juga menyebutkan bahwa luas panen padi pada 2023 mencapai sekitar 1,698 juta hektare, mengalami kenaikan sebanyak 4,87 ribu hektare atau 0,29% dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 1,693 juta hektare.

Sementara produksi padi pada 2023 yaitu sebesar 9,71 juta ton GKG, mengalami kenaikan sebanyak 184,15 ribu ton atau 1,93% dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 9,53 juta ton GKG.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, selain peningkatan produktivitas, langkah tersebut juga diharapkan bisa meningkatan kualitas padi yang dihasilkan. Karena preferensi konsumen saat ini telah meningkat dari beras medium ke beras premium. “Inilah yang menjadi target kita untuk memenuhi, baik dengan skema PSO maupun skema komersial,’ tandasnya.

Baca Juga  OJK Perpanjang Restrukturisasi Kredit Hingga Maret 2024

Untuk program Makmur, ia mengatakan sebenarnya sudah berjalan dan Bulog menjadi offtaker-nya. “Harapannya di tahun ini untuk program Mitra Tani Mandiri sudah mulai berjalan sehingga saat panen kita bisa menyerap hasilnya. Baik dengan harga pemerintah ataupun dengan harga pasar,” akunya.

Terkait target penyerapan beras Bulog untuk wilayah Jawa Timur tahun 2024, Awaludin Iqbal mengatakan ditetapkan sebesar 135 ribu ton per tahun. Terbagi dalam dua saluran, yaitu komersial maupun PSO atau penugasan pengadaan. Sampai saat ini realisasi penyerapan mencapai 90 ribu ton.

Selain untuk memenuhi beras di wilayah Jatim, Bulog Jatim juga masih menjadi penyangga bagi beberapa provinsi di Indonesia, ada sekitar 16 provinsi yang selama ini kebutuhan berasnya disuplai oleh Bulog Jatim melalui kegiatan movenas (movement nasional),

“Movenas itu adalah untuk daerah yang devisit (padi red.). Dan secara nasional, daerah surplus itu hanya di 7 provinsi yang meliputi Jatim, Jateng, Jabar, Sulsel, Sumsel, NTB dan Lampung. Sementara daerah lainnya relatif merupakan daerah yang devisit dan menjadi daerah operasional Bulog. Wilayah yang memang membutuhkan tambahan suplai akan didistribusikan oleh Bulog Jatim. Jatim merupakan daerah produksi yang menyangga 30% kebutuhan nasional,” pungkasnya. (cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *