Kunjungi Proyek Smelter Freeport, Dirjen Bea Cukai : Bea Keluar Turun Namun Multiplayer Effectnya Positif
Gresik, JP – Pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di kawasan Java Industry Integrated Port Estate (JIIPE) secara penerimaan negara melalui bea keluar akan turun. Namun demikian multiplayer effectnya akan positif karena mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitar industri.
Hal itu disampaikan Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Askolani saat mengunjungi proyek Smelter PT Freeport Indonesia, di JIIPE Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Kamis (25/8). Ikut mendampingi Kakanwil Bea Cukai Jatim 1, Tri Wikanto, Kepala KPPBC TMP B Gresik, Bier Budi Kismuljanto, Wakil Presdir PT Freeport Indonedia Jenpino Ngabdi, serta dari manajemen JIIPE dan PTFI
Dikatakan, Bea Keluar ke depan akan semakin menurun dengan adanya kebijakan pembangunan smelter PT Freeport di Gresik, Jawa Timur. Pembangunan tersebut akan menyebabkan terjadinya penyesuaian tarif bea keluar yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 39 Tahun 2022 bahwa ketika pembangunan fisik mencapai 30 persen, maka akan terjadi penyesuaian bea keluar yang semula 5 persen menjadi 2,5 persen.
‘’Ketika pembangunan fisik mencapai 100 persen, maka tarif bea keluar menjadi nol persen. Dampaknya akan terjadi penurunan bea keluar yang signifikan ketika pembangunan smelter telah selesai, sebab kontribusi perusahaan tersebut dominan pada bea keluar,’’ terang Askolani.
‘’Khususnya bea keluar di area perrambangan di Papua selama ini didominasi oleh PT Freeport Indonesia,’’ ujarnya.
Meski demikian, dengan produksi hasil tambang olahan berupa emas, katoda tembaga, perak dan hasil tambang lainnya akan menggerakkan industri hilir secara nasional. Dan ini juga akan memberikan kontribusi pada penerimaan negara melalui pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan.
“Belum lagi tenaga kerja yang terserap dan munculnya industri hilir serta UMKM akibat hadirnya industri smelter pasti memberikan dampak positif yang cukup besar bagi wilayah sekitar maupun secara nasional,” terang Askolani.
Di tempat yang sama Wakil Presdir PT Freeport Indonesia Jenpino Ngabdi menjelaskan, hingga kini proyek Smelter sudah on the track. Progres pembangunanya sudah sampai 36,2 persen. Investasi yang sudah dialokasikan sebesar US$1,2 miliar.
“Penyelesaian konstruksi ditargetkan selesai pada akhir tahun 2023 yang akan diikuti dengan kegiatan pre-commissioning dan commissioning. Operasi smelter dapat di start-up dan ramp-up di akhir kuartal kedua tahun 2024,” kata Jenpino.
Bersama pemerintah, PTFI menggunakan kurva-S rencana pembangunan yang menjadi patokan untuk penyelesaian pembangunan smelter. Sampai akhir Juni 2022, PTFI telah memenuhi rencana yang ditetapkan. Adapun untuk target sampai akhir tahun juga masih sejalan dengan rencana dalam kurva-S tersebut.
Jenpino menambahkan, smelter yang saat ini dibangun akan memproduksi sekitar 600 ribu ton katoda tembaga dan juga rata-rata sekitar 40 ton emas per tahun. (eka)