Haji

Kemenag : 50.000 Jemaah Ikut Murur, 30.000 Jemaah Ikut Tanazul

JATIMPEDIA, Makkah – Wukuf di Arafah, puncak ibadah haji yang ditunggu-tunggu jutaan umat Muslim, akan berlangsung pada Kamis, 5 Juni 2025. Pemerintah Indonesia melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan dua skema penting untuk mengurai kepadatan dan menjaga kesehatan jemaah lansia, disabilitas, dan risiko tinggi (risti): murur dan tanazul.

Tahun ini, diperkirakan sekitar 50.000 jemaah haji Indonesia akan mengikuti skema murur, sementara 30.000 jemaah lainnya akan menjalani skema tanazul. Jumlah itu bukan angka kecil—artinya sekitar 40 persen dari total 203.320 jamaah haji reguler Indonesia.

Murur adalah skema pergerakan jemaah dari Arafah dengan bus, hanya melintas Muzdalifah tanpa turun dari kendaraan, lalu langsung menuju Mina untuk lempar jumrah dan mabit.

Musytasyar Dini PPIH Arab Saudi, KH M. Ulinnuha, menegaskan bahwa murur memiliki dasar hukum yang kuat dalam fikih. Dalam riwayat sahih, sejumlah sahabat yang bertugas atau perempuan yang khawatir mengalami haid lebih awal diberi izin Nabi Muhammad SAW untuk tidak mabit di Muzdalifah.

Baca Juga  Jamaah Haji Indonesia Yang Tiba di Tanah Sudah 130 Ribu Orang

“Menurut Mazhab Hanafi, mabit di Muzdalifah hukumnya sunnah. Jadi, murur dibolehkan, hajinya sah, dan tidak terkena dam,” jelas KH Ulinnuha.

Setelah mabit di Muzdalifah, jemaah biasanya melanjutkan mabit di Mina. Namun, untuk menghindari kepadatan, PPIH menerapkan tanazul, yakni pemulangan lebih awal ke hotel di Makkah setelah selesai lempar jumrah aqabah.

“Tanazul juga mengacu pada Mazhab Hanafi yang menyatakan mabit di Mina hukumnya sunnah. Maka jemaah yang memilih langsung kembali ke hotel tidak terkena dam dan hajinya tetap sah,” terangnya.

Sekitar 30.000 jemaah, terutama dari sektor Syisyah dan Raudhah, akan mengikuti tanazul tahun ini. Mereka yang melempar jumrah pada 11, 12, dan 13 Zulhijjah akan langsung kembali ke hotel, bukan kembali ke tenda Mina.

Baca Juga  200 Calon Haji Kabupaten Situbondo Gagal Berangkat Karena Ini

Dengan jutaan jemaah berkumpul di satu lokasi yang sama, risiko kepadatan, kelelahan, bahkan heatstroke sangat tinggi. Skema murur dan tanazul menjadi solusi strategis untuk menjaga kelancaran ibadah sekaligus melindungi jamaah rentan.

KH Ulinnuha mengingatkan, semua jemaah tetap harus menjaga niat, kekhusyukan, dan kesehatan selama puncak ibadah.

“Mari kita jaga niat, kesehatan, dan memohon kepada Allah agar dikaruniai haji yang mabrur,” ujarnya. (cin)