Ini Langkah Pertamina SHU Kurangi Sampah Plastik
JATIMPEDIA, Jakarta – PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream PT Pertamina (Persero), berkomitmen mengurangi polusi plastik dalam rangka membangun masa depan dunia yang lebih hijau.
Corporate Secretary Subholding Upstream Pertamina Arya Dwi Paramita dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya memiliki komitmen kuat untuk memberikan kontribusi nyata dalam mendukung upaya pemerintah dalam memperbaiki kualitas lingkungan.
“Dalam merespons perubahan iklim, terutama untuk mencapai net zero emission (NZE), PHE turut andil dalam mengurangi polusi plastik,” katanya.
Menurut dia, langkah nyata itu sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yakni “Beat Plastic Pollution“.
Arya melanjutkan komitmen Subholding Upstream Pertamina dalam mengurangi polusi plastik direalisasikan melalui 50 inisiatif community involvement and development (CID) bertema pengelolaan sampah.
“Melalui program CID pengelolaan sampah, Pertamina berupaya membangun kesadaran kolektif akan darurat sampah plastik yang mengancam lingkungan dan kesehatan. Setiap kantong plastik yang kita hindari adalah langkah menuju masa depan yang lebih hijau,” katanya.
Salah satu program CID pengelolaan sampah adalah Rindu Resik (Rumah Inovasi Daur Ulang Sampah Residu Anorganik), yang dilaksanakan PT Pertamina EP Prabumulih Field di Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih.
Rindu Resik merupakan bagian dari program Pakar Balam (Pengendalian Agrokimia Dalam Pertanian Karet Berbasis Pengelolaan Sampah), yang mengusung inovasi berupa metode pengolahan sampah residu anorganik.
Kegiatan program Rindu Resik berhasil mengolah sampah residu anorganik menjadi wadah getah karet eco-friendly dan cacahan plastik sebanyak 1.560 ton per tahun.
Selain itu, program itu juga mampu menyuplai cacahan plastik ke industri pengolahan biji plastik serta memenuhi kebutuhan dan distribusi wadah getah karet eco-friendly bagi tiga kelurahan.
Program CID unggulan terkait pengelolaan sampah lainnya adalah Gema Dewata (Gerakan Ekonomi Masyarakat Desa Air Talas) yang diinisiasi PT Pertamina EP Limau Field.
Program Gema Dewata memberikan dampak ekonomi bagi salah satu desa transmigran asal Bali di Kabupaten Muara Enim melalui budi daya jeruk, olahan makanan berbahan dasar jeruk serta pengolahan kulit jeruk.
Program itu mengubah limbah kulit jeruk yang selama ini hanya dianggap sampah, menjadi inovasi bernilai ekonomi yakni pupuk organik Tricoderma untuk mengatasi hama dan bioplastik OraPlast yang mudah terurai/degradable.
Inovasi bioplastik juga turut berkontribusi menekan limbah plastik non-B3 yang dihasilkan oleh rumah sakit di Kota Prabumulih.
Melalui program Gema Dewata, sebanyak 10,4 ton per tahun limbah kulit jeruk termanfaatkan dan mengurangi penggunaan plastik sebanyak 37,88 ton per tahun.
Arya menambahkan pada 2024, pelaksanaan 50 program CID bertema pengelolaan sampah di lingkup Subholding Upstream Pertamina telah menjangkau lebih dari 5.000 orang penerima manfaat, mendorong terbentuknya 30 UMKM dan 51 mitra binaan dengan kontribusi nilai keekonomian kelompok berupa peningkatan pendapatan dan penghematan sebesar Rp1,2 miliar.
Dari sisi perbaikan kualitas lingkungan, program CID pengelolaan sampah berpotensi menurunkan emisi karbon sebesar 4.773 ton setara CO2 (CO2e) per tahun.
Selain itu, juga terjalin 45 kerja sama dengan stakeholder yakni institusi pemerintah, lembaga kesehatan, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan dan komunitas.
Ke-50 program CID bertema pengelolaan sampah ini juga berkontribusi mendukung capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yakni Tujuan 3 kesehatan yang baik dan kesejahteraan, Tujuan 8 pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, Tujuan 12 konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, Tujuan 13 penanganan perubahan iklim), Tujuan 14 menjaga ekosistem laut, dan Tujuan 15 menjaga ekosistem darat.(raf)