Otomotif

Hyundai Tetap Gencar Produksi Meski Pasar Lesu, Ekspor Jadi Fokus Utama

JATIMPEDIA, Jakarta – Meski permintaan pasar otomotif domestik belum mengalami lonjakan signifikan, para produsen otomotif tetap menjaga aktivitas produksi demi mempertahankan pasokan ekspor. Salah satunya adalah Hyundai yang konsisten menjadikan Indonesia sebagai basis produksi global.

Dikutip dari JAWAPOS menurut Wiranata Suganda, Production Director PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI), mengungkapkan bahwa sepanjang 2024, pihaknya telah merakit sekitar 84 ribu unit kendaraan. Jumlah ini tergolong stabil sejak pabrik tersebut mulai beroperasi pada 2019. Produksi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus ekspor ke berbagai negara.

“Kami mengekspor dua model utama, yaitu Stargazer dan Creta, ke lebih dari 70 negara. Tujuan ekspornya termasuk kawasan Timur Tengah dan Meksiko,” jelas Wira saat ditemui di pabrik Hyundai, Cikarang, Rabu (14/5).

Baca Juga  AHM Luncurkan Motor Supersport CBR1000RR-R Fireblade Terbaru

Fasilitas produksi HMMI merupakan bagian dari investasi Hyundai senilai Rp20 triliun di Indonesia. Saat ini, kapasitas maksimal pabrik mencapai 150 ribu unit per tahun. Namun, Hyundai membuka peluang untuk meningkatkan kapasitas menjadi 250 ribu unit per tahun sesuai dengan proyeksi investasi tahap kedua, tergantung pada dinamika pasar otomotif.

Lini produksi HMMI saat ini mencakup model Creta, Stargazer, Kona EV, Ioniq 5, dan New Santa Fe. Hyundai juga menegaskan komitmennya terhadap penggunaan komponen lokal, dengan Kona EV telah mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 80%.

Di sisi lain, data GAIKINDO mencatat bahwa ekspor mobil buatan Indonesia mencapai 36.789 unit per Februari 2025, meningkat 10,1% dibandingkan Januari. Secara tahunan (year-on-year), angka ini juga naik 5,5% dibanding Februari 2024.

Baca Juga  GAIKINDO: Penjualan Mobil Bisa Tembus Satu Juta Unit Jika PPN 12 Persen Ditunda

Namun, Ketua Umum GAIKINDO Yohannes Nangoi memperingatkan soal dampak dari kebijakan tarif impor terbaru Amerika Serikat yang dapat mengganggu rantai pasok otomotif global. Kondisi ini berpotensi menyebabkan negara-negara yang terdampak mengalihkan ekspor mereka ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

“Kita harus waspada agar pasar dalam negeri tidak diserbu produk impor karena negara lain kesulitan ekspor ke AS. Kalau tidak hati-hati, justru bisa menggerus pangsa pasar kita sendiri,” jelas Nangoi.(raf)