Head Regional PTPN I Regional 4 Kupas Masa Depan Industri Gula Dalam Buku

JATIMPEDIA, Surabaya – Head Regional PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 1 Regional 4, Subagiyo memaparkan masa depan industri gula nasional. Pemikiran itu dituangkan dalam Surabaya m buku berjudul “Harapan Baru Industri Gula Nasional”.

Peluncuran sekaligus bedah buku digelar  pada, Senin (23/12/2024). Buku ini mendapat sambutan hangat dari para akademisi, pelaku industri, dan wartawan. Hadir dua panelis ternama, yakni Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur Lutfil Hakim dan Guru Besar Bidang Ilmu Investasi dan Keuangan Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si.

Kedua panelis memberikan pandangan kritis dan apresiasi terhadap isi buku yang membahas hiruk pikuk perkembangan gula di Indonesia, tantangan sistem pergulaan, hingga peluang besar yang belum digarap maksimal.

Dalam paparannya, Subagiyo menjelaskan bahwa buku ini lahir dari keprihatinan sekaligus harapannya terhadap industri gula di Indonesia. “Industri gula nasional adalah sektor strategis yang tidak hanya menopang ketahanan pangan tetapi juga memiliki nilai historis yang kuat. Namun, masih banyak persoalan mendasar, mulai dari tata kelola, efisiensi produksi, hingga keberlanjutan sistem distribusi,” ujar Subagiyo.

Baca Juga  Sukses Terapkan Green Port, TTL Raih Anugerah BUMN

Melalui buku ini, Subagiyo tidak hanya memetakan persoalan industri gula, tetapi juga menawarkan solusi dan harapan baru untuk mengembalikan kejayaan gula nasional. Beberapa bab dalam buku ini secara khusus mengupas bagaimana modernisasi teknologi, peningkatan produktivitas petani, dan dukungan kebijakan pemerintah menjadi kunci transformasi industri gula di masa depan.

Prof. Imron Mawardi memberikan pujian terhadap buku ini yang dinilai mampu memadukan analisis ilmiah dengan pengalaman praktis penulisnya di lapangan. “Buku ini merupakan karya komprehensif yang menggambarkan problematika sistem pergulaan di Indonesia. Penulis berhasil menyampaikan secara jelas bagaimana industri gula tidak hanya berperan dalam sektor ekonomi, tetapi juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional,” ungkap Prof. Imron.

Baca Juga  SGN Gandeng AGN Platform Aplikasi Basis Perkebunan

Menurutnya, tantangan utama yang perlu diatasi adalah ketergantungan pada impor gula dan rendahnya efisiensi di tingkat produksi. “Kita butuh kebijakan yang lebih berani untuk memperkuat sinergi antara petani, pabrik gula, dan pemerintah. Buku ini memberikan banyak gagasan yang bisa menjadi acuan bagi pemangku kebijakan,” tambahnya.

Lutfil Hakim, di sisi lain, menyoroti pentingnya keterbukaan informasi dalam industri gula. “Buku ini menyoroti fakta-fakta penting yang mungkin belum banyak diketahui publik. Saya kira ini adalah langkah awal untuk membangun transparansi dan kepercayaan masyarakat terhadap industri gula nasional,” ujarnya.

Acara ini ditutup dengan diskusi interaktif antara peserta dan panelis, yang menghasilkan berbagai rekomendasi strategis untuk masa depan industri gula. Salah satu poin penting adalah perlunya kolaborasi lebih erat antara akademisi, pelaku industri, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan industri gula.

Baca Juga  PTPN I Regional Genjot Pendapatan Melalui Kebun Teh Wonosari, Ini Strateginya

Subagiyo berharap buku ini dapat menjadi bahan refleksi sekaligus inspirasi bagi semua pihak yang peduli terhadap perkembangan industri gula nasional. “Melalui buku ini, saya ingin mengajak semua pihak untuk tidak hanya melihat tantangan, tetapi juga potensi besar yang dimiliki oleh industri gula Indonesia,” tutupnya.

Acara peluncuran dan bedah buku ini menjadi momentum penting bagi perjalanan industri gula di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan iklim. Dengan harapan baru yang ditawarkan, industri gula nasional diharapkan mampu bangkit dan menjadi salah satu penopang utama ketahanan pangan Indonesia. (eka)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *