Hardjo Mislan, Jamaah Haji Tertua Tiba di Ponorogo, Begini Kondisinya

JATIMPEDIA, Ponorogo –  Jamaah haji kelompok terbang (kloter) 19 Embarkasi Surabaya, Jawa Timur telah tiba di Ponorogo pada Kamis  malam. Dalam kloter ini terdapat jemaah haji tertua di Indonesia, yakni Hardjo Mislan yang berusia 109 tahun.

Jemaah haji asal Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo ini berangkat bersama dengan pendampingnya, yakni anaknya, Sirmat (66). Keduanya berangkat pada 15 Mei lalu bersama dengan 620 jemaah haji lainnya yang berasal dari Ponorogo.

Sesampainya di Ponorogo, Hardjo Mislan yang turun dari bus nomor 6 bersama anaknya langsung disambut haru keluarga. Wajahnya tak terlihat lelah. Bahkan, Hardjo Mislan masih sanggup berjalan kaki hingga penjemputnya membawakan kursi roda.

Baca Juga  43 Persen Lahan Tol Kertosono-Kediri Sudah Dibebaskan

Dengan menjadi haji tertua, tak ayal Hardjo Mislan langsung disambut juga oleh para penjemput haji lainnya. Mereka langsung bergantian untuk mencium tangan Harjo dengan harapan dapat memperoleh keberkahan umur dan dapat menunaikan ibadah layaknya Harjo.

“Umur kulo pun satus, pun tuwo (umur saya sudah 100, sudah tua),” kata Harjo.

Saat disinggung bagaimana kondisinya saat menjalankan ibadah haji, Harjo mengungkapkan jika badannya sempat merasa meriang. Namun meski sempat merasakan sakit, Harjo mengaku hal tersebut adalah hal biasa.

“Penyakit lak niku mawon (penyakitnya ya hanya itu saja),” ungkap Harjo.

Sementara itu, anak Hardjo Mislan, Sirmat menuturkan, bapaknya sempat mengalami batuk selama dua hari menjelang selesai ibadah haji. Meski begitu, bapaknya masih bisa menjalankan ibadah di Madinah dengan sempurna.

Baca Juga  HUT Jatim Ke-79, Petrokimia Gresik Turut Perkuat Ketahanan Pangan di Jawa Timur

“Alhamdulillah, selama ibadah haji bapak itu sehat walafiat, hanya akhir-akhir itu ada batuk dua hari saja,” tutur Sirmat.

Anak Hardjo Mislan  mengingat saat ibadah di Madinah, ia bersama bapaknya sering pergi ke masjid, karena memang letaknya dekat dengan penginapan. Namun saat di Makkah ia hanya beberapa kali ke masjid kerena letaknya jauh.

“Ibadah bisa kita laksanakan baik untuk wajib maupun sunahnya,” imbuh Sirmat.

Bahkan selama menjalani ibadah, bapaknya juga masih kuat untuk berjalan kaki tanpa menggunakan kursi roda, hanya mengandalkan bantuannya dan tongkat. Namun, untuk ibadah tawaf, bapaknya terpaksa harus menggunakan kursi roda karena memang harus berjalan mengelilingi ka’bah sejauh 10 kilometer.

Baca Juga  Program SMS Pisan, Upaya Pemkab Banyuwangi Tingkatkan Produktivitas Sapi

Data dari Kemenag mencatat paa 2024 ini ada sebanyak 620 jamaah haji yang berangkat dari Ponorogo. Dengan total ada dua jamaah haji yang meninggal dunia, dan masih ada satu lagi jamaah yang belum bisa pulang karena masih dirawat.(cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *