Diskon Tarif Listrik Penyebab Jatim Deflasi 0,59 Persen Februari 2025
JATIMPEDIA, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat deflasi Jatim sebesar 0,59 persen (month-to-month/mtm) pada Februari 2025 yang dipengaruhi oleh turunnya beberapa harga komoditas mulai dari tarif listrik, bawang merah, cabai rawit, daging ayam ras, tomat, kacang panjang dan cabai merah.
“Pada Februari kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi yang didorong penurunan beberapa harga komoditas,” kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Senin.
Zulkipli menjelaskan tarif listrik pada Februari mengalami deflasi hingga 25,03 persen sehingga memiliki andil terhadap deflasi secara keseluruhan sebesar 0,7 persen.
Untuk bawang merah mengalami deflasi 16,58 persen dengan andil 0,07 persen, cabai rawit mengalami deflasi 5,92 persen dengan andil 0,03 persen, daging ayam ras deflasi 1,46 persen dengan andil 0,03 persen.
Untuk tomat mengalami deflasi 12,82 persen dengan andil 0,02 persen, kacang panjang deflasi 14,96 persen dengan andil 0,01 persen sedangkan cabai merah deflasi 6,54 persen dengan andil 0,01 persen.
Ia mengatakan dengan terjadinya deflasi pada Februari maka inflasi tahun kalender Februari 2025 terhadap Desember 2024 sebesar minus 1,13 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Februari 2025 terhadap Februari 2024 sebesar minus 0,03 persen.
“Ini sudah terjadi dua kali deflasi yaitu Januari dan Februari 2025,” ujarnya.
Dari 11 kabupaten/kota keseluruhannya mengalami deflasi dengan tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0,98 persen (mtm) sedangkan deflasi terendah adalah Sumenep sebesar 0,17 persen (mtm).
Sedangkan kota lain yaitu Banyuwangi 0,24 persen, Probolinggo 0,43 persen, Surabaya 0,53 persen, Malang 0,69 persen, Tulungagung 0,72 persen, Jember 0,76 persen, Madiun 0,78 persen, Gresik 0,8 persen, dan Bojonegoro 0,84 persen.
“Dari 38 provinsi sebanyak 33 provinsi mengalami deflasi. Jadi semua bisa melihat bahwa perkembangan-perkembangan harga sepanjang Februari memang cenderung ke arah negatif,” kata Zulkipli. (cin)