Bank Mandiri Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Bertahan di Level 5,17 Persen

Jakarta, JP – Di tengah krisis global akibat perang Ukraina dan Rusia, Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di level 5,17% yoy, baik sebelum ada invasi Rusia maupun setelahnya.

Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina mengungkapkan, sebenarnya ada kekhawatiran perekonomian Indonesia merosot setelah ada gonjang-ganjing ini.

“Namun, melihat kondisi pertumbuhan ekonomi semester I-2022 yang berhasil mencapai 5,23% yoy, Bank Mandiri masih optimistis pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun ini mampu mencapai 5,17% yoy,” kata Dian Ayu Yustina dalam media gathering media secara daring, Selasa (4/10).

Belum lagi, imbuh dia, kondisi perekonomian saat memasuki semester II-2022 masih menunjukkan kondisi yang menggembirakan. Berbagai indikator dini seperti indeks keyakinan konsumen, indeks penjualan ritel, PMI Manufaktur, dan mobilitas masyarakat masih menunjukkan tren positif. Ini makin mendorong keyakinan lembaga tersebut.

Baca Juga  PLN Sambung Listrik 13.474 Masyarakat Pra Sejahtera di Jatim

Namun, pada tahun 2023, Dian memperkirakan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan sekitar 5,04% yoy, atau lebih rendah dari perkiraan tahun ini.

“Jadi sebenarnya, pemulihan ekonomi Indonesia masih dalam tahap berlanjut meski ada invasi ini. Walaupun, akan tersendat sedikit akibat penyesuaian harga BBM, kenaikan inflasi, dan suku bunga acuan,” tandas Dian.

Dia kemudian menambahkan sebelum adanya perang Rusia dan Ukraina, dirinya meyakini inflasi Indonesia di tahun 2022 akan berada di kisaran 3% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga 4% yoy, atau masih ada di kisaran sasaran BI.

Sedangkan inflasi inti akan berada di level 3,5% yoy hingga 3,7% yoy. Peningkatan inflasi ini menunjukkan adanya daya beli masyarakat yang membaik, setelah keok oleh Covid-19.

Baca Juga  Hingga September, Kopra by Mandiri Catat Transaksi Rp14 Ribu Triliun

Nah, karena perang ini terjadi, maka inflasi pada tahun 2022 berpotensi membengkak. Perang kedua negara ini memberikan dampak berupa disrupsi rantai pasok global yang kemudian menyundut inflasi energi dan pangan.

Peningkatan harga energi global yang signifikan membuat pemerintah kemudian menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi Rp 502 triliun, atau tiga kali lipat dari pagu semula.

Karena harga energi global masih panas dan berpotensi makin memperbesar kocek yang harus dirogoh pemerintah, maka harga BBM dalam negeri pun dinaikkan.

Dikatakan, invasi Rusia ke Ukraina membawa dampak besar terhadap perekonomian global, termasuk perekonomian Indonesia. Bank Mandiri melakukan stress test. Hasilnya menunjukkan kondisi perekonomian akan lebih baik bila invasi ini tidak terjadi.

Baca Juga  Hingga Oktober, Transaksi QRIS Bank Mandiri Tembus Rp 2,6 Triliun

Dalam kesempatan itu Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menegaskan, bila Februari 2022 lalu Rusia tidak menyerang Ukraina, maka kondisi ekspektasi inflasi dan ekonomi global akan relatif baik-baik saja. Demikian juga dengan ekonomi Indonesia.

“Ekspektasi inflasi 2022 tidak setinggi saat ini, respons kebijakan ketat bank sentral dunia tak akan seagresif ini, ekonomi global relatif baik-baik saja. Kita akan menikmati situasi pemulihan ekonomi yang lebih panjang tanpa gejolak global maupun dalam negeri,” terang Andry Asmoro. (raf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *