Pupuk Indonesia Bersama MIND ID Amankan Bahan Baku Pupuk
Jakarta, JP – Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) atau PT Pupuk Indonesia (PI Persero) berupaya mengamankan bahan baku (feedstock security) untuk jenis pupuk Nitrogen, Phosphate, dan Kalium (NPK). Salah satu upaya yang ditempuh PI adalah akan melakukan akuisisi tambang fosfat dan KCL (kalium klorida) di Laos dan Spanyol yang dilakukan bersama dengan Mining Industry Indonesia (MIND ID).
Direktur Transformasi Bisnis PI Panji Winanteya Ruky mengatakan, pada 2023, kapasitas produksi pupuk urea PI mencapai 9,4 juta ton dengan permintaan urea bersubsidi sebanyak 5,5 juta ton. Sedangkan kapasitas pupuk NPK sebesar 3,3 juta ton, namun permintaan NPK bersubsidi mencapai 3,5 juta ton. Adapun total permintaan pupuk bersubsidi mencapai 24,3 juta ton per tahun.
Untuk itu, menurut Panji, PI dalam tiga tahun ke depan berupaya meningkatkan kapasitas dan melakukan pengamanan bahan baku serta menerapkan digitalisasi untuk sistem distribusi pupuk di pasar domestik. Strategi jangka pendek-menengah dalam pengamanan bahan baku pupuk jenis NPK adalah dengan mengakusisi tambang fosfat dan KCL di Laos dan Spanyol.
“Ini melalui kerja sama dengan MIND ID,” kata Panji dalam diskusi bertajuk Ensuring Indonesian Agricultural and Food Security di sela acara BNI Investor Daily Summit 2022 yang digelar di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (12/10).
Selain itu, PI akan mengembangkan cadangan strategis (strategic reserve) untuk bahan baku NPK. Sedangkan strategi jangka pendek-menengah untuk meningkatkan kapasitas produksi, PI tengah dan akan melakukan pembangunan pabrik pupuk urea baru dengan total kapasitas 2,1 juta ton per tahun, yakni di Palembang 0,97 juta ton per tahun dan di Papua Barat 1,15 juta ton per tahun.
PI juga membangun pabrik pupuk NPK baru dengan total kapasitas 1,4 juta ton per tahun, yakni di Aceh 0,5 juta ton per tahun, Cikampek 0,2 juta ton per tahun, dan Gresik 0,7 juta ton per tahun.
Sementara itu, strategi jangka pendek-menengah di bidang distribusi dan pemasaran, PI membangun 1.800 Kiosk serta mengembangkan Kiosk App (Rekan) dan product tracking.
Panji menjelaskan, pupuk urea diproduksi dari gas bumi dan pasokan gas untuk pupuk dalam kerangka ketahanan pangan masih memadai. Sedangkan untuk pupuk jenis NPK, khususnya untuk fosfat dan kalium, harga bahan bakunya yang harus diimpor dari Rusia dan Belarusia yang melonjak tiga kali lipat karena dampak perang.
“Barangnya (fosfat dan kalium) nggak ada, kalaupun ada harga mahal dan ada masalah di-docking. Dan, PI tidak bisa memproduksi itu. Jadi, untuk urea aman untuk seluruh kebutuhan Indonesia, bahkan ekspor, untuk fosfat dan kalium ini yang dicarikan solusinya. Ini sekarang hampir berharga seperti minyak bumi,” ungkap Panji.
Lebih lanjut Panji mengatakan, peran pupuk kimia masih sangat diperlukan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Dengan melonjaknya harga pupuk, biaya pupuk yang biasanya hanya 10-11% dari biaya usaha tani saat ini menjadi 26-27% atau sepertiga biaya usaha tani.
“Ini harus jadi bahan perhatian karena pupuk sangat dibutuhkan untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Karena itu, strategic reserve pun kami lakukan untuk bahan baku pupuk,” jelas dia.
Ke depan, PI juga berupaya melakukan diversifikasi produk agar tidak terlalu tergantung pada karbon dan memanfaatkan nitrogen yang sudah ada, selain berupaya mewujudkan pemupukan yang presisi. (raf)