Dukung Arahan Wapres, Pemkab Gresik Dorong Pengusaha Sarang Burung Walet Jajaki Pasar Ekspor
Gresik,JP – Wakil Presiden Republik Indonesia K.H. Ma’ruf Amin, memberikan arahan dalam upaya menembus pasar global pada 29 peternak dan pengusaha Sarang Burung Walet (SBW) yang berbasis UMKM di Kab. Gresik.
Arahan ini disampaikan saat kunjungan kerjanya ke PT. Husein Alam Indah di Desa Golokan Kecamatan Sidayu Kab. Gresik didampingi Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Jumat (30/9).
PT. Husein Alam Indah adalah salah satu industri pengelolaan Sarang Burung Walet (SBW). PT Husein Alam Indah mendapatkan pasokan SBW dari para peternak dan pengusaha SBW yang berbasis UMKM.
Saat berkunjung, Wapres bersama rombongan juga meninjau perkembangan potensi ekspor industri walet di pasar global.
Di sela-sela mendampingi kunjungan Wapres, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menyebutkan, Pemkab Gresik mendukung penuh para pelaku UMKM SBW. Hal ini terlihat lewat kemudahan dalam pengurusan izin dan legalitas usaha.
Kemudahan itu mulai dari sertifikat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pengajuan merek dagang, sertifikasi halal, sampai dengan Nomer Induk Berusaha (NIB) yang bisa diurus secara online.
“Bersama Bea Cukai kami saat ini melakukan pendampingan terhadap peternak SBW dan UMKM lewat program Klinik Ekspor. Tujuannya agar peternak dan pengusaha SBW Gresik mampu menembus pasar global,” kata Gus Yani, sapaan akrab Bupati Gresik.
Dalam prakteknya, program ini telah terbukti keampuhannya. Pada tahun 2021, nilai ekspor Gresik yang hanya tercatat USD 6.920,51 mengalami peningkatan pada periode yang sama tahun ini menjadi USD 34.154,56.
Tercatat ada 21 UMKM yang sudah melakukan ekspor, salah satunya adalah UMKM Birdnestjoy milik Uly Darojah yang bergerak di sektor minuman kesehatan dari sarang burung walet. Lewat Klinik Ekspor per Oktober 2021, Birdnestjoy telah ekspor ke Hongkong dengan total transaksi Rp 800 juta.
Meskipun begitu, industri SBW masih memiliki beberapa lubang yang perlu ditambal. Dalam kesempatan ini, para peternak dan pedagang walet mengungkapkan keluh kesah dalam pemasaran SBW. Dimana, para pengekspor SBW kesulitan untuk menembus pasar di Tiongkok. Hal tersebut dikarenakan rijitnya persyaratan yang diwajibkan untuk bisa menembus pasar di Tiongkok.
Padahal Indonesia adalah produsen SBW terbesar di dunia. Sebab, 80% SBW adalah hasil produksi Indonesia. Dimana 30-40% pengusaha walet di dalamnya berasal dari Jatim. Lebih lanjut, berdasarkan data Kementerian Perdagangan, produksi walet di Indonesia per tahunnya mencapai 1.500 ton. Sedangkan yang bisa masuk pasar Tiongkok secara direct hanya 360 ton. Sementara sisanya, bisa masuk pasar Tiongkok namun harus lewat negara lain.
Melihat problema tersebut, Wapres Ma’ruf mengatakan bahwa permasalahan itu telah dibahas dalam Rapat Terbatas (Ratas) Kabinet bersama Presiden RI Joko Widodo. Sebab, menurut Presiden Jokowi SBW adalah salah satu komoditi yang memiliki nilai besar dan dapat mensejaterahkan masyarakat.
“Oleh karena itu pemerintah mengambil berbagai kebijakan untuk memperluas pasar kemudian memberikan bimbingan teknis dan mendorong upaya agar permodalan bisa diberikan melalui berbagai hal,” jelas Wapres Ma’ruf.
Dirinya kemudian juga mendengar beberapa sebab yang membuat sulitnya SBW produksi Indonesia ke pasar Tiongkok adalah berbedanya khasiat. Namun, pada dialog ini, dirinya menemukan bahwa bukan khasiatnya yang menjadi patokan.
“Memang untuk harga SBW yang potensial itu di RRC saja. Namun memang persyaratan-persyaratan yang tadi saya dengar sulit. Sehingga yang bisa masuk itu hanya yang memiliki kualifikasi tertentu dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Bahkan, banyak juga tidak bisa masuk saya tanya itu karena memang khasiatnya berbeda. Tetapi ternyata itu bukan soal khasiat, melainkan adanya perbedaan warna,” ujarnya menjelaskan.
Untuk diketahui, di Indonesia hanyak 30 perusahaan yang bisa menembus pasar tiongkok. Ini berbanding jauh dengan negara tetangga Malaysia yang telah memiliki 60 perusahaan yang mampu menembus pasar Tiongkok.
“Inilah yang menjadi fokus perhatian pemerintah yakni untuk memajukan industri Walet di Indonesia. Baik dalam pengelolaan pengolahan maupun dalam arti pemasaran. Kita akan bantu dengan pemikiran strategis untuk cari jalan keluarnya,” kata Ma’ruf.
Sosok yang pernah menjadi Ketua MUI ini kemudian menyampaikan pula bahwa sebagai negara yang memiliki kekayaan komoditi walet ini, masyarakat tidak bisa membiarkan adanya lahan tidur.
“Jangan sampai ada lahan tidur, jangan sampai ada masyarakat yang nganggur agar negara dan masyarakat makmur. Maka optimalisasi komoditi walet yang di Indonesia melimpah ini menjadi penting,” tandasnya
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak yang mendampingi mengungkapkan bahwa Pemprov Jatim selalu siap memberikan pendampingan termasuk juga memberikan kemudahan akses dan perizinan.
“Dimana tadi saya sempat dengarkan ada pengusaha walet yang berbasis UMKM. Disinilah peran pemerintah daerah untuk memberikan penguatan, dengan mudahnya akses perizinan seperti NIB dan kelengkapan legalitas, maka para pengekspor akan bisa menjangkau para pengusaha walet berbasis UMKM yang sangat banyak di Jatim,”
Tidak sampai disitu saja, sebagai wilayah yang memilihi fasilitas penunjang, Export Center milik Kementrian Perdagangan RI, Jatim juga siap membantu para pelaku UMKM untuk mengakses market pasar.
“Kita punya banyak program salah satunya Rumah Kurasi yang bisa menunjang penguatan akses pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Ini berlaku untuk semua produk UMKM. Jadi tidak perlu khawatir,”
“Namun mengingat problem pemasaran SBW juga menjangkau ranah high level. Kami sangat berharap akan adanya solusi yang tepat untuk menangani hal tersebut,” pungkasnya. (sat)