Pemerintahan

Capaian Poskestren di Ponorogo Tertinggi di Jatim

JATIMPEDIA, Ponorogo Mayoritas lingkungan pondok pesantren (ponpes) di Ponorogo masuk kategori sehat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo sudah melakukan pendampingan terhadap 60 dari 97 ponpes yang ada bersamaan program Pesantren Sehat atas inisiasi Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama.

Kadinkes Ponorogo Dyah Ayu Puspitaningarti menyebut bakal ada pembentukan 15 Pesantren Sehat pada tahun ini. Dia juga mengeluarkan klaim bahwa 61 persen ponpes sudah mendirikan pos kesehatan pesantren (poskestren) hingga tercatat yang tertinggi di Jawa Timur. Capaian rata-rata poskestren di Jatim pada kisaran 38 persen sepanjang 2024 lalu.

“Poskestren menjadi garda pertama layanan kesehatan dasar di pesantren,” kata Kadinkes Ayu- sapaan akrabnya sebagaimana dikutip dari website resmi Pemkab Ponorogo, Rabu (2/7/2025).

Baca Juga  Butuh 89 PNS Pemkab Banyuwangi Buka Pendaftaran CPNS

Dinkes Ponorogo juga sudah menyalurkan bantuan alat kesehatan untuk 32 ponpes. Bantuan alkes berupa tempat tidur periksa, timbangan badan digital, tensimeter, dan termogun itu akan kembali disalurkan kepada 28 ponpes.

“Kalau tim pembina Pesantren Sehat akan melibatkan lintas OPD (organisasi perangkat daerah), organisasi masyarakat, rumah sakit pemerintah dan swasta, pondok pesantren, serta tenaga kesehatan (nakes),” ungkapnya.

Menurut dia, Pesantren Sehat bukan sebatas lingkungan fisiknya yang bersih dan nyaman. Namun menyangkut kebijakan berwawasan kesehatan, kemudahan mengakses fasilitas pelayanan kesehatan, serta pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Keberadaan tim pembina untuk memudahkan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Pesantren Sehat,” ungkapnya.

Pembinaan secara berkala selama ini, lanjutnya, adalah kunjungan rutin ke ponpes dari petugas puskesmas sesuai wilayah kerja. Petugas melakukan inspeksi sanitasi serta penyuluhan kesehatan.

Baca Juga  Petrokimia Gresik Tanam 1.250 Bibit Pohon di Desa Pengalangan

“Bagaimana menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta menyediakan makanan dan dapur yang sehat bagi santri, sehingga penyakit komunal di pesantren bisa dicegah,” terangnya.

Pelibatan puskesmas sebagai faskes tingkat pertama juga merupakan langkah promotif sekaligus preventif. Sedangkan rumah sakit mengambil peran kuratif dengan menindaklanjuti kasus penyakit yang memerlukan penanganan lebih lanjut atau rujukan. Kolaborasi ini membutuhkan komitmen yang matang dari segala lini.

“Sehingga SK tim pembina ini nantinya bukan hanya sekedar surat, tapi juga merupakan tanggung jawab kita bersama untuk meningkatkan kualitas kesehatan di Ponorogo, khususnya di pesantren,” jelasnya. (sat)