“Berbagai sektor, mulai dari pembangunan kabel serat optik bawah laut yang menghubungkan Jakarta dan Singapura, pembangunan menara BTS (Base Transceiver Station), pembangunan data center hingga satelit telah kami dukung demi memperkuat konektivitas digital dan memperluas jangkauan layanan telekomunikasi di seluruh Indonesia,” kata Chief Investment Officer IIF M. Ramadhan Harahap dalam keterangan di Jakarta, Senin.

IIF, kata Ramadhan, ingin mengambil peran dalam mendukung penguatan ekonomi digital nasional melalui serangkaian langkah strategis dalam memberikan pembiayaan investasi di sektor tersebut.

Baca Juga  XL Axiata dan Smartfren Merger dengan 'Mahar' Rp104 Triliun
Pada akhir 2024, IIF sepakat bekerja sama dengan PT Smartfren Telecom Tbk (Smartfren) dan PT Smart Telecom(Smartel) untuk perjanjian kredit sindikasi dengan nilai total Rp10 triliun pada 14 November 2024. Dalam kerja sama sindikasi itu, sebagai salah satu lead arranger, IIF mendapatkan porsi penyaluran kredit sebesar Rp500 miliar.

 

Ramadhan menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi juga membantu mengurangi kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan. Dengan akses internet yang lebih luas, masyarakat di daerah terpencil dapat mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi yang lebih luas.

“Dalam era transformasi digital saat ini, infrastruktur telekomunikasi dan informasi menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi berbasis digital,” ujar dia.

Berdasarkan keterangan IIF, yang mengutip laporan e-Conomy SEA 2024 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai transaksi kotor (GMV) seluruh aktivitas ekonomi digital di Indonesia diperkirakan tumbuh dari 80 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 90 miliar dolar AS pada 2024. Laju pertumbuhan ekonomi digital RI tersebut akan terus bertahan hingga 2030, yang nilainya diperkirakan dapat mencapai 360 miliar dolar AS atau Rp5.680 triliun. (cin)