Wow, Laba BCA November Tembus Rp 50 Triliun
JATIMPEDIA, Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA mencapai rekor baru, tembus Rp 50 triliun pada November 2024. Kemampuan bank menghimpun profitabilitas ini tak lepas dari keberhasilan memacu perkembangan kredit, namun dengan tetap menjaga tingkat beban bunga.
Berdasarkan laporan keuangan BCA, kredit dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 875,78 triliun atau meningkat 15,47% year on year (yoy) pada November 2024. Perkembangan kredit itu mendorong aset tumbuh 4,50% (yoy) menjadi Rp 1.415,40 triliun.
Selanjutnya, perkembangan kredit BCA tersebut juga mengerek pendapatan bunga yang naik 7,95% (yoy) menjadi Rp 80,81 triliun. Sementara beban bunga berhasil ditahan -0,10% (yoy) menjadi Rp 10,65 triliun.
Alhasil, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) dari BCA naik 9,28% (yoy) menjadi Rp 70,15 triliun pada November 2024. Perkembangan positif BBCA ini dicapai di tengah-tengah fenomena higher for longer, saat-saat tingkat suku bunga tinggi dari bank sentral bertahan dalam bertahan lama.
Selain NII, perusahaan juga menghasilkan pendapatan dari komisi/provisi/dan fee senilai Rp 16,28 triliun atau meningkat 7,20% (yoy). Pos ini ikut berperan ikut berperan terhadap rekor laba bersih dari BCA.
Di sisi lain dari sisi biaya-biaya, beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) bergerak turun 15,42% (yoy) menjadi Rp 1,72 triliun. Adapun total beban operasional lainnya bersih dari BCA juga turun 20,71% (yoy) menjadi Rp 7,77 triliun, satu hal lain yang menandai perkembangan positif
Dengan kinerja keuangan demikian, BCA mencatat laba operasional sebesar Rp 62,37 triliun atau naik 14,69% (yoy). Pada akhirnya, BBCA menghasilkan laba bersih tahun berjalan sampai dengan November 2024 mencapai Rp 50,47 triliun atau melesat 14,31% (yoy).
Bank swasta terbesar di Indonesia ini juga melaporkan masih mampu mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Namun sayangnya, DPK BCA per November 2024 hanya mampu tumbuh tumbuh 3,48% (yoy) menjadi Rp 1.109,45 triliun.
Ini lebih rendah dari perkembangan DPK di sektor perbankan dalam beberapa waktu belakangan, meski sama-sama tumbuh dalam kisaran single digit.
Secara rinci, DPK dari BBCA itu berasal dari giro senilai Rp 363,08 triliun, yang meningkat 8,55% (yoy). Kemudian tabungan naik tipis 3,75% (yoy) menjadi Rp 551,76 triliun. Serta deposito yang turun 5,45% (yoy) menjadi Rp 194,60 triliun.
Perkembangan DPK yang demikian mendorong nilai dana murah BCA mencapai Rp 914,85 triliun atau tumbuh 5,60% (yoy) per November 2024. Begitu juga rasio dana murah (current account saving account/CASA) secara tahunan yang semakin tangguh dari posisi 80,80% menjadi 82,46%.
Di samping itu, BCA juga tak banyak menarik pendanaan dari instrumen lainnya. Sebagai gambaran, pinjaman yang diterima BBCA dari pihak lain memang naik 163% (yoy), tetapi nilainya hanya Rp 251,98 miliar. Sedangkan surat berharga yang diterbitkan perusahaan masih tak berubah dalam kurun setahun belakangan yaitu Rp 500 miliar. (cin)