2024 BPS Jatim : Inflasi di Jawa Timur YoY Sebesar 1,41%

JATIMPEDIA, Surabaya – Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat inflasi di Jawa Timur terbaru secara year-on-year (y-on-y) sebesar 1,41%. Sumenep menjadi daerah dengan inflasi tertinggi mencapai 2,15%, sedangkan Kota Kediri mencatat inflasi terendah sebesar 0,78%.

Demikian disampaikan Kepala BPS Jatim, Zulkipli melalui Berita Resmi Statistik (BRS) yang dikonfirmasi Rabu (4/12/2024).

 

Dinamika pergerakan inflasi Jatim  ini, menurut Zulkipli, dipengaruhi oleh kenaikan harga di berbagai kelompok pengeluaran. “Inflasi November 2024 di Jawa Timur sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok perawatan pribadi yang mengalami kenaikan signifikan hingga 7,05 %,” tukasnya.

 

Baca Juga  Juni 2024, Ekspor Jawa Timur Turun 10,79 Persen

Terkait Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, Zulkipli menyebutkan, pada bulan November 2024 tercatat sebesar 106,62. Kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran utama menjadi pendorong inflasi. Selain kelompok makanan, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mencatat kenaikan yang cukup tinggi sebesar 1,92%.

 

“Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di sektor jasa dan pariwisata. Namun, beberapa kelompok seperti transportasi dan komunikasi justru mengalami penurunan indeks, yang perlu menjadi perhatian,” sebut Zulkipli.

 

Selain itu, untuk inflasi month-to-month (m-to-m), Zulkipli juga mengatakan, pada November 2024 tercatat sebesar 0,24%, sedangkan inflasi year-to-date (y-to-d) sejak Januari hingga November 2024 mencapai 1,04 %.

Baca Juga  BPS : Kunjungan Wisman Agustus 2024 Capai 1,34 Juta

 

Ia menuturkan, Sumenep menjadi daerah dengan inflasi tertinggi di Jawa Timur sebesar 2,15%, didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan dan minuman. Sedangkan, Kota Kediri tercatat inflasi terendah hanya 0,78%.

 

“Kondisi ini mencerminkan perbedaan dinamika ekonomi di setiap daerah di Jawa Timur, baik dari sisi konsumsi maupun distribusi,” tutur Zulkipli.

 

Inflasi ini, dinilai Zulkipli, memiliki dampak yang beragam bagi masyarakat dan pelaku usaha. Meski ada kenaikan harga pada sektor jasa dan rekreasi menunjukkan adanya pergerakan ekonomi yang lebih aktif, namun, tekanan harga pada kelompok perawatan pribadi menjadi beban tersendiri bagi rumah tangga dengan pendapatan tetap.

 

“Pemerintah daerah perlu memastikan distribusi bahan pokok berjalan lancar, terutama untuk daerah-daerah dengan tingkat inflasi tinggi seperti Sumenep. Selain itu, efisiensi di sektor transportasi dan komunikasi juga harus diperbaiki untuk menekan biaya logistik,” ucapnya.

Baca Juga  Angka Kemiskinan Kota Malang 4,37 Persen, Terendah Kedua di Jatim

 

Meski demikian, Zulkipli tetap mengatakan bahwa Jawa Timur berada pada jalur yang baik untuk menjaga stabilitas ekonomi. Dengan catatan, kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi tantangan yang muncul, terutama di sektor-sektor yang menjadi pemicu inflasi.

 

“Data ini menjadi refleksi penting bagi kita semua, bahwa stabilitas harga harus tetap menjadi prioritas dalam menjaga kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *