Neraca Perdagangan di Oktober 2024 Catat Laba USD 2,48 Miliar
JATIMPEDIA, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 mengalami surplus USD 2,48 miliar.
Surplus neraca perdagangan ini terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar USD 4,80 miliar, sementara sektor migas defisit senilai USD 2,32 miliar.
Dengan surplus neraca perdagangan yang dibukukan pada Oktober 2024 ini, neraca perdagangan Indonesia surplus 54 bulan secara beruntun sejak Mei 2020.
“Pada Oktober 2024 nilai ekspor mencapai USD 24,41 miliar atau naik 10,69% dibandingkan September 2024,” kata Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/11).
Ia menjelaskan, nilai ekspor migas tercatat senilai USD 1,35 miliar atau naik sebesar 16,88 persen.
Nilai ekspor nonmigas juga tercatat naik sebesar 10,35 persen dengan nilai USD 23,07 miliar.
Peningkatan nilai ekspor ini didorong oleh ekspor nonmigas, terutama kode HS 15 atau lemak dan minyak nabati, HS 27 bahan bakar mineral, serta HS 64 atau alas kaki.
“Adapun lemak dan minyak nabati mengalami peningkatan nilai ekspor terbesar yakni 52,67 persen atau sebesar dengan nilai USD 1.046,5 juta (mtm),” lanjutnya.
Disusul bahan bakar mineral sebesar 5,50 persen dengan nilai ekspor USD 180,9 juta, kemudian alas kaki meningkat sebesar 25,87 persen atau dengan nilai USD 154,6 juta.
Komoditas lain yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian lainnya sebesar USD 124,9 juta atau naik 9,78 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya USD 113,7 juta atau 20,28 persen; besi dan baja USD 41,6 juta atau 1,89 persen; berbagai produk kimia USD 34,6 juta atau 6,18 persen.
Komoditas yang mengalami penurunan terbesar adalah logam mulia dan perhiasan atau permata sebesar 14,46 persen atau USD 102 juta,” ujar Amalia.
Sementara itu, capaian ekspor nonmigas pada Oktober meningkat 10,35 persen menjadi USD 23,06 juta dibandingkan dengan periode September (mtm), dan naik 11,04 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Secara total, periode Januari hingga Oktober nilai ekspor mencapai USD 217,24 miliar atau naik 1,33 persen (yoy).
“Nilai ekspor nonmigas juga mencapai USD 204,21 miliar atau naik 1,48 persen,” sambungnya.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada periode Januari-Oktober meningkat 3,75 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 (yoy). Hal ini disumbangkan oleh meningkatnya ekspor logam dasar mulia.
“Demikian juga dengan ekspor hasil pertanian, kekuatan dan perikanan naik 23,78 persen yang ditopang oleh peningkatan ekspor kopi. Sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 8,65 persen disumbangkan oleh penurunan ekspor batu bara,” jelas Amalia.
Negara tujuan ekspor nonmigas Oktober 2024 terbesar adalah Tiongkok yaitu USD 5,66 miliar, disusul Amerika Serikat USD 2,34 miliar, India sebesar USD 2,02 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,49 persen.
“Sementara untuk tujuan ASEAN dan 27 negara di Uni Eropa masing-masing sebesar USD 4,32 miliar dan USD 1,59 miliar,” imbuhnya.
Provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Oktober 2024 berasal dari Provinsi Jawa Barat dengan nilai USD 31,52 miliar AS atau 14,51 persen, diikuti Jawa Timur USD 21,44 miliar atau 9,87 persen dan Kalimantan Timur USD 20,86 miliar atau 9,60 persen.
Sedangkan nilai impor Indonesia Oktober 2024 mencapai USD 21,94 miliar, naik 16,54 persen dibandingkan September 2024 atau naik 17,49 persen dibandingkan Oktober 2023.
Impor migas Oktober senilai USD 3,67 miliar, naik 44,98 persen dibandingkan September 2024 atau naik 14,32 persen dibandingkan Oktober 2023.
“Impor nonmigas Oktober 2024 senilai USD 18,27 miliar, naik 12,13 persen dibandingkan September 2024 atau naik 18,14 persen dibandingkan Oktober 2023,” ungkap Amalia. (cin)