Petani Tembakau Ponorogo Khawatirkan Musim Hujan

JATIMPEDIA, Ponorogo – Hujan di Ponorogo beberapa hari terakhir membuat petani tembakau ketar ketir. Mereka khawatir hujan berkepanjangan berdampak pada hasil produksi tembakau. Alhasil tembakau akan membusuk, sehingga petani rugi.

Seperti dialami Suwarto (56), petani tembakau di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. Betapa tidak, pada musim hujan ini, para petani tembakau kesulitan menjemur hasil panen.

Daun tembakau yang sudah diiris, seharusnya dikeringkan. Namun karena musim hujan, petani pun kebingungan untuk menjemur hasil panennya.

“Musim hujan itu yang bingung ya pas mengeringkannya. Kalau pas panas (terik.red), sehari itu bisa kering, tapi musim hujan begini, tiga hari baru kering, yang jelas mempengaruhi kualitas. Kalau hujan terus ya akhirnya tembakau banyak yang busuk, ” katanya, Selasa (5/11/2024).

Baca Juga  Kehadiran Listrik Tingkatkan Produktivitas Pertanian di Ponorogo

Dampak lainnya, hasil produksi tembakau para petani di musim hujan ini tidak bisa maksimal. Ia mengakui, tanaman tembakau di lahan miliknya sejatinya saat ini masih cukup banyak.

Namun karena hujan mulai turun, maka ia terpaksa memanen daun tembakau lebih awal kemudian dirajang. Selanjutnya hasil irisan tembakau itu diteduhkan di green house.

Ketika cuaca terik, baru dikeluarkan untuk dikeringkan. Akibatnya, ia harus mengeluarkan biaya tinggi untuk upah tenaga pengeringan.

“Harga tembakau kalau gradenya bagus ya Rp50 ribu per kg ke atas, kalau kuning atau merah sedikit harganya Rp30-Rp40 ribuan per kg,” terangnya.

Senada dikatakan petani tembakau lainnya Kateni (48). Ia mengakui, banyak tembakau miliknya busuk akibat musim hujan.

Baca Juga  Bapanas Klaim Sudah Gelar 5.569 Gerakan Pangan Murah

“Ya busuk karena terlalu lama penyimpanannya karena setiap hari hujan. Nunggu lama juga ini pengeringannya, ya tetap dijual kalau nggak gitu kita rugi,” urainya.

Ia pun merasa kesulitan menjemur tembakau rajang karena Ponorogo akhir-akhir ini telah diguyur hujan. Kini Kateni dan petani tembakai lainnya hanya bisa pasrah, dan berharap harga tembakau tidak anjlok.(sat)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *