Dukung Swasembada Gula, PTPN I Regional 5 Sulap 12 Ribu Hektar Kebun Karet Jadi Lahan Tebu
JATIMPEDIA, Malang – Untuk mendukung swasembada gula pada 2028 mendatang, pemerintah terus memperluas lahan tebu. Upaya itu salahsatunya dengan mengkonversikan kebun komoditas karet menjadi lahan tebu produktif.
Langkah ini dilakukan PTPN I Regional yang mengubah 12 ribu kebun karet yang tak produktif menjadi lahan tebu. Konversi karet ke tebu itu dilakukan di lahan PTPN Regional 5 yang ada di Jember dan Banyuwangi.
Regi Irawan, Kabag Sekretariat dan Hukum PTPN I Regional 5 mengungkapkan, konversi ini sejalan dengan Perpres 40 Tahun 2023 tentang Ketahanan Pangan.
Saat ini, PTPN sendiri memiliki roadmap perluasan lahan tebu di lahan HGU seluas ± 100 ribu Ha, dimana akan dilakukan konversi serta optimalisasi lahan yang sesuai dikembangkan untuk budidaya tebu.
Implementasi aksi korporasi ini salah satunya dilakukan terhadap lahan PTPN I Regional 5 yang ada di Jember dan Banyuwangi. Lahan konversi eks tanaman karet yang sudah tidak produktif itu akan dialihfungsikan menjadi tanaman tebu secara bertahap dengan rencana perluasan mencapai 12.000 Ha. Adapun, tanam perdana bibit tebu hasil kolaborasi PTPN I dengan PT SGN (Sinergi Gula Nusantara).
“Upayan inj merupakan salah satu wujud nyata PTPN Group dalam meningkatkan produksi gula kristal putih (GKP) menuju swasembada gula konsumsi 2028 mendatang.
Dikatakan, karena target swasembada gula nasional masuk dalam PSN, maka ini menjadi tugas bersama. Di dalam ranah Kementerian BUMN pihaknya mendapatkan arahan-arahan terkait permodalan dan korporasinya.
“Sementara di internal PTPN, kita juga membentuk project management office (PMO) yang anggotanya dari semua bagian terkait untuk melakukan mapping dan mendetailkan supaya geraknya lebih cepat,” ujar Regi di sela kegiatan Press Gathering di Kebun Teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang.
Dikayakan, meski lahan tersebut sudah tidak produktif untuk ditanami karet, tetapi secara agroklimat dan tipologi, lahan layak untuk tanaman tebu. Kesamaan lahan tebu dan karet adalah keduanya tidak berada di dataran tinggi.
“Beda dengan kebun kopi yang berada di dataran tinggi dan tanahnya miring karena berada di lereng perbukitan. Sementara karet lahannya datar dan konturnya cocok untuk tanaman tebu,” jelas Regi Irawan.
Lokasi penanaman juga didukung oleh kesiapan sarana irigasi berupa sungai dan pompanisasi, sehingga tanaman tumbuh normal dan dapat dipanen untuk bibit pada umur 6-7 bulan.
Dengan inisiatif ini, diharapkan PTPN Group tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan gula nasional secara mandiri. Selain itu, juga dapat penyediaan bioethanol sebagai bahan bakar nabati yang dapat mendukung program energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian dan energi. (ris)