Bupati Gresik Tantang Nakes Puskesmas Tinggalkan HP Selama Jam Kerja
JATIMPEDIA, Gresik – Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani memberi tantangan kepada tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas di Gresik untuk meletakkan handphone di dalam lemari atau loker selama melayani masyarakat. Ini sebagai salahsatu cara untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya pasien yang berobat di Puskesmas.
“Ayo berani apa tidak mulai jam 09.00 pagi hingga jam 12.00 siang semua HP dimasukkan ke dalam loker atau laci lemari. Kemudian para perawatan dan tenaga kesehatan lainnya fokus pada tugasnya melayani pasien yang sedang berobat,” tantang Bupati Gresik yang akrab dipanggil Gus Yani dalam dialog Integrasi Layanan Primer yang digelar Dinkes bersama PWI Gresik di Gedung GNI, Rabu (11/9).
“Mungkin berat ya saat ini dan saya maklum,” seloroh Gus Yani. “Namun langkah inilah yang dilakukan tenaga kesehatan di Singapura dan Malaysia sehingga pelayanan kesehatan di kedua negara itu bagus dan menjadi rujukan pasien asal Indonesia,” terang bupati.
Dijelaskan, Pemkab Gresik sedang berupaya memperbaiki pelayanan kesehatan khususnya di tingkat Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu (Pustu). Selain pembenahan SDM juga dilakukan perbaikan sarana dan prasarana. Saat ini masih banyak problem pelayanan kesehatan yang saat ini menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten. Ia bersama jajaran sedang fokus menyelesaikan hal tersebut.
Seperti keadaan Pustu yang memprihatinkan tapi tak bisa direhab sebab berada diatas lahan desa, gaji kader kesehatan yang masih kecil, dan lainnya.
“Kehebatan negara maju dalam pelayanan kesehatan adalah dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, layanan yang ramah dan cepat, peningkatan kapasitas SDM perawat. Ini yang perlu kita contoh dan benahi,” tuturnya.
Gus Yani itu juga meminta kepada Dinkes maupun Puskesmas agar memikirkan layanan konsultasi kesehatan dengan jarak jauh berbasis teknologi. Hal ini dianggap sangat inovatif untuk mengurangi antrean di Puskesmas saat berobat.
“Mungkin bisa kita coba, nanti honor pelayanannya diambilkan dari dana kapitasi. Tapi tidak harus semua wilayah, karena karakteristik masyarakat kita berbeda. Mungkin bisa dicoba di kota dulu,” pungkasnya
Kadinkes Gresik, dr Mukhibatul Husna mengatakan, Integrasi Layanan Primer bertujuan untuk menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan sosial yang terintegrasi dari tahap lahir hingga dewasa, serta di usia lanjut.
Dengan sistem baru ini, warga Gresik dapat mengakses layanan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka pada setiap tahap kehidupan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan.
“Integrasi pelayanan primer merupakan trasformasi baru pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan integrasi layanan primer ini, para pasien akan mendapatkan kualitas layanan yang semakin baik. ILP merupakan salah satu pilar transformasi bidang kesehatan di Indonesia yang melayani mulai dari ibu hamil, bayinya, remaja, dewasa hingga lansia,” ungkapnya.
Ditambahkan, Layanan primer ini menjadi tonggak masyarakat kelas bawah, mulai dari posyandu hingga di puskesmas. Sejak pencegahan sampai dengan pengobatan.
“Dengan adanya UHC tentu layanan ini akan sangat terintegrasi. Sehingga harapannya bisa bersinergi dengan legislatif, terutama soal pengawalan anggaran,” tuturnya.
Integrasi ini memiliki beberapa fokus, yaitu Menyelaraskan pelayanan kesehatan berdasarkan siklus hidup, Memperluas layanan kesehatan hingga ke tingkat kalurahan dan padukuhan, serta Memperkuat pemantauan wilayah setempat.
“Semoga bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat,” pungkasnya. (ris)