Bahan Baku Melimpah, SBI Lirik Industri Smelter
JATIMPEDIA, Jakarta – PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) atau SBI berencana memperlebar lini usahanya dengan merambah industri smelter. Inisiatif tersebut sehubungan dengan melimpahnya bahan baku (raw material) yang dimiliki perseroan.
Direktur PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Soni Asrul Sani menyampaikan bahwa perseroan tengah menggagas upaya untuk mendiversifikasi usaha di luar bisnis inti melalui optimalisasi sejumlah aset yang dimiliki perseroan.
“Kami melihat, ada kesempatan di aspek raw material yang sangat besar jumlahnya dan itu bisa kami gunakan untuk mendukung industri yang lain salah satunya smelter, sehingga ini merupakan kesempatan untuk bisnis baru di SBI,” jelas Soni belum lama ini.
Upaya lain, Soni melanjutkan, SBI terus melakukan intensifikasi pada unit bisnis perseroan terutama di Natabumi sebagai unit bisnis pengolahan limbah terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Dengan cara demikian diharapkan dapat memperbaiki kinerja sekaligus memberikan nilai tambah kepada perusahaan.
Selanjutnya, tutur Soni, perseroan juga mempunyai beberapa proyek bernilai tambah (added value) yang dikerjakan bersama mitra strategis, Taiheiyo Cement Corporation (TCC), yang pastinya memiliki pengetahuan yang baik dalam bidang konstruksi.
Bersama TCC, entitas dari SIG Group ini salah satunya sedang mengerjakan proyek soil stabilization. Sebuah proyek yang bertujuan untuk menyetabilkan tanah dengan biaya yang lebih efisien dan hasil yang lebih cepat dibandingkan cara-cara konvensional. Bahkan, perseroan sudah melakukan ujicoba di lahan dan cukup berhasil.
“Kami juga di beberapa tambang lain di Sumatra telah menggunakan soil stabilization untuk produk kami. Ke depan, saya kira dengan tanah dan karakteristik tanah di Indonesia yang cukup labil, melalui teknologi atau solusi soil stabilization dapat membantu merekonstruksi atau memperbaiki infrastruktur di daerah-daerah dengan lahan yang labil,” tambahnya.
Pada bagian lain, anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ini juga sedang mempertimbangkan beberapa opsi untuk memperbesar porsi saham yang dapat diperdagangkan di pasar regular (free float). Menurut Soni, inisiatif tersebut sebagai upaya perseroan untuk memenuhi ambang batas minimum free float, sehingga hal ini menjadi momentum positif bagi SBI guna mematuhi peraturan yang berlaku dan meningkatkan kepercayaan investor seiring dengan pulihnya perekonomian secara bertahap.
“Jadi, ada peraturan yang diberlakukan sejak 2021 di mana free float 7,5% kami harus lakukan. Namun, pada saat periode 2021-2022 situasinya belum memungkinkan karena kondisi Pandemi Covid-19, sehingga pada saat itu masyarakat masih fokus pada aspek atau sektor kesehatan,” jelas Soni.
Momentum lain yang juga akan memberikan sentimen positif bagi SBI, kata Soni, adalah kondisi backlog di sektor perumahan. Dirinya mencermati, backlog tersebut menjadi peluang yang menguntungkan bagi perseroan untuk menyuplai semen ke pasar.(raf)