Pakar Bioteknologi Unair Teliti Potensi Ikan Teri Cegah Penyakit Menular
JATIMPEDIA, Surabaya – Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi ikan teri sebagai bagian dari pencegahan kematian dan penyakit menular menjadi perbincangan hangat. Baru-baru ini, suatu penelitian menyatakan bahwa konsumsi ikan teri secara luas dapat mencegah hingga 750.000 kematian pada tahun 2050.
Riset tersebut mengundang tanggapan dari berbagai pihak, termasuk Heru Pramono SPi M Biotech PhD, ahli Bioteknologi Universitas Airlangga (Unair). Menurutnya, data yang mendukung klaim ini masih perlu diperkuat.
Lebih lanjut, Heru menuturkan bahwa kandungan asam amino dalam teri memiliki banyak manfaat kesehatan, terutama bagi ibu hamil. “Terdapat 20 jenis asam amino yang terkandung dalam teri dapat mendukung kesehatan ibu hamil. Selain itu, kandungan kalsium sangat baik untuk tumbuh kembang janin,” jelas Heru.
Heru menilai konsumsi ikan teri sebagai alternatif daging merah guna mencegah penyakit bukanlah pendekatan yang tepat. Meskipun kuantitas daging dalam teri tidak sebanyak daging merah, namun menurut Heru konsumsi daging ikan lebih tepat sebagai suplementasi.
Heru juga meninjau manfaat kandungan omega-3 dalam teri. “Ikan kecil di laut biasanya mengkonsumsi plankton atau mikroba alam yang mengandung omega-3. Menurut penelitian, kandungan ini bermanfaat untuk perkembangan otak dan mencegah kardiovaskuler.Sedangkan kandungan kalsiumnya baik untuk pertumbuhan tulang,” ungkap Heru.
Tidak hanya itu, menurut Heru, kandungan protein dalam teri juga berperan sebagai bahan dasar penyusunan protein di dalam tubuh dan berpotensi sebagai anti kanker.
Mengenai proses pengolahan ikan teri yang benar, Heru menyarankan untuk memperhatikan kebersihan dan kesegarannya. “Ikan teri yang segar memiliki sedikit bakteri dan aman dikonsumsi. Meminimalkan proses pemasakan, seperti durasi masak singkat atau penyajian utuh, untuk mengurangi panas dan menjaga nutrisi,” tuturnya.
Selain cara diatas, Heru juga menyarankan untuk menambahkan teri dalam telur goreng sebagai pengganti garam. Hal ini guna mengurangi konsumsi garam secara berlebihan. Lebih lanjut, Ia juga menganjurkan untuk konsumsi teri dalam jumlah sedikit secara konsisten.
Alih-alih, Heru turut menghimbau agar mengkonsumsi ikan teri kering asin dengan tidak berlebihan. Pasalnya, ikan teri kering asin memiliki kadar natrium tinggi yang dapat memicu hipertensi. Ia pun menganjurkan untuk mengurangi penggunaan garam dalam makanan lain atau menggunakan teri sebagai pengganti bumbu.
Selain itu, Heru juga menekankan pentingnya mempertimbangkan kesegaran dan potensi kontaminasi bakteri pada ikan teri. “Ada riset yang menyebutkan, ikan yang dipasarkan dalam kondisi tidak higienis rentan terpapar bakteri yang patogen. Salah satunya adalah Escherichia coli atau sejenis salmonella yang dapat membahayakan konsumen,” kata Heru.
Heru tidak menganjurkan konsumsi teri dalam kondisi mentah di Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan negara tropis banyak sekali bakteri, kontaminan, dan patogen. Lebih lanjut, ia membandingkan konsumsi teri di Indonesia dan Jepang, di mana penambahan wasabi digunakan untuk anti parasit.
Menuruti literatur yang saya baca, sambungnya, sejumlah bakteri sejenis anisakis hanya menyerang mamalia laut. Walaupun begitu, Heru menekankan untuk mempertimbangkan nutrisi yang diperoleh dan menghindari risiko kesehatan jangka pendek maupun panjang.(cin)