OJK Catat NPL Kredit di Jatim Capai 3,87 Persen
Surabaya, JP – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Jawa Timur mencatat kinerja penyaluran kredit perbankan di Jatim hingga September 2022 mencapai Rp514 triliun dengan tingkat Non-Performing Loan (NPL) 3,87 persen.
Deputi Direktur OJK Regional 4 Jatim, Budi Susetyo mengatakan penyaluran kredit bank umum di Jatim ini banyak ditopang dari kinerja kredit bank umum di wilayah Surabaya yakni sebesar Rp244 triliun atau setara 47,54 persen dari total kredit di Jatim.
“Di tengah tantangan ekonomi global dan dampak pandemi Covid-19 saat ini, kinerja industri perbankan di Jatim masih mencerminkan tingkat kesehatan yang cukup baik. Hal ini tercermin dari NPL rata-rata di Jatim yang masih di bawah threshold yakni 3,87 persen di Jatim, dan khusus di Surabaya NPL-nya 4,60 persen,” katanya, seperti dikutip Bisnis, Rabu (9/11).
Selain itu, lanjutnya, untuk indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio pinjaman terhadap simpanan juga masih terjaga yakni di Jatim sebesar 73,43 persen dan LDR bank umum di Surabaya sebesar 63,19 persen.
“Kondisi ini mencerminkan bahwa perbankan Jatim maupun Surabaya masih dalam batas wajar untuk tingkat kesehatan bank,” imbuhnya.
Sementara, untuk kinerja aset bank umum per September 2022 di Jatim tercatat sebesar Rp746 triliun dan khusus di Surabaya sebesar Rp419 triliun atau berkontribusi sebesar 56,18 persen terhadap total aset bank umum di Jatim.
“Pertumbuhan aset bank umum di Surabaya per September 2022 ini juga mencapai 3,48 persen (yoy) dan pertumbuhan aset di Jatim 3,73 persen. Hal ini mencerminkan perbankan masih dapat dikembangkan lagi karena belum mencapai titik jenuh,” ujar Budi.
Sedangkan untuk kinerja Dana Pihak Ketiga (DPK) perbannkan umum di Jatim tercatat sebesar Rp700 triliun, dan DPK bank umum di Surabaya sebesar Rp387 triliun atau berkontribusi sebesar 55,24 persen terhadap total DPK bank umum di Jatim.
Budi menambahkan meski kinerja perbankan tahun ini sudah cukup membaik tetapi tantangan ke depan juga tidak mudah mengingat industri jasa keuangan sangat dinamis dan selalu berkaitan dengan perkembangan ekonomi global maupun domestik, terutama saat pandemi seperti saat ini.
“Untuk menjawab tantangan ke depan, perbankan perlu kreatif dan inovatif dalam memberikan produk jasa keuangan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan mitigasi risiko yang memadai,” tutupnya. (eka)