Wartsila Luncurkan Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Hidrogen

JATIMPEDIA, Jakarta – Grup teknologi Wartsila Energy meluncurkan pembangkit listrik mesin berskala besar yang siap menggunakan hidrogen 100 persen untuk mewujudkan sistem tenaga listrik dengan emisi nol bersih (net zero emission).

“Mesin kami yang berbahan bakar hidrogen akan memungkinkan 100 persen sistem energi terbarukan di masa depan,” kata Presiden Wartsila Energy Anders Lindberg dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Konsep pembangkit listrik mesin siap hidrogen yang dikembangkan oleh perusahaan energi asal Finlandia itu didasarkan pada platform mesin Wartsila 31 yang telah disertifikasi oleh TUV SUD.

Sertifikasi H2-Readiness TUV SUD terdiri dari tiga tahap dengan tiga sertifikat yang sesuai, di mana mesin Wartsila telah mencapai tahap pertama dengan Sertifikat Konsep untuk desain konseptual pembangkit listrik mesinnya.

Baca Juga  Berangkat Haji Jangan Bawa Kerikil dari Rumah, Pulang Jangan Bawa Kerikil dari Muzdalifah

Mesin siap hidrogen 100 persen itu ditargetkan akan tersedia untuk pesanan pada tahun 2025 dan memulai pengiriman pada tahun 2026.

“Kita tidak akan bisa mencapai tujuan iklim global atau melakukan dekarbonisasi sepenuhnya pada sistem tenaga listrik kita tanpa pembangkit listrik yang fleksibel dan bebas karbon,” tambah dia.

Wartsila  telah menyepakati perjanjian memasok genset untuk dua pembangkit listrik di Indonesia, yaitu Sumbawa-2 dan Tobelo.

Pemesanan tersebut telah dilakukan oleh KEPCO E&C, anggota konsorsium KEPCO E&C-Adhi Karya, konsorsium yang membangun pembangkit listrik milik negara, PT PLN (Persero) pada akhir tahun lalu.

Pembangkit Listrik Sumbawa-2 yang berlokasi di Pulau Sumbawa dan Pembangkit Listrik Tobelo di Maluku Utara yang masing-masing akan beroperasi dengan tiga mesin bahan bakar ganda Wartsila 31DF yang menghasilkan output sebesar 30 megawatt (MW).

Baca Juga  Terapkan Sustainable Agriculture, Wujud Nyata PTPN I Regional 4 Dukung Net Zero Emission 2060

Pada tahap awal, pembangkit listrik tersebut menggunakan bahan bakar campuran 35 persen biofuel dan 65 persen solar, sejalan dengan program biodiesel Indonesia. Pembangkit tersebut akan beralih menggunakan gas alam ketika sudah tersedia secara lokal.

Peralatan Wartsila dijadwalkan dikirimkan pada 2024 dan kedua pembangkit listrik tersebut diharapkan dapat beroperasi penuh pada 2025.(raf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *